hebat di atas ranjang," puji Fadlan terengah-en
umawa sambil mengikat rambutnya yang basah kar
lagi, Mes. Biarpun sempit aku tau kau
bukan perjaka. Suami oran
?" goda Fadlan. Ia mencium
pasti kutinggalkan ! kata-katamu
beruang," b
. Walaupun sudah tak perawan tapi tetep k
saja, sekarang!" Memes merajuk
up
Memes. Dan Memes terjatuh dal
Tas yang kemarin kamu pinta," lagi-lagi Fa
, Mas," Memes menatap F
h lagi. Maafin Mas ya, Sayang," Fad
am hitungan menit sudah bereaksi," batin
ku memuaskan, 'kan?
t ketagihan! pengen
rimu sudah pulang dari Buti
dah jam segini. Telat
ya biasa aja, Mas,"
ana cerewetnya Widya. Kamu sabar, ya. Di
aupun di sepanjang jalan Memes hanya cemberut tapi ia tak mengindahkan Memes. Yang ada
*
e ditemani rintik hujan. Wanita berambut ikal sebahu itu dengan setia menunggu suaminya. Butik sejak satu jam tadi suda
ap langit yang semakin menghitam. Mendung menggelayut pertanda hujan akan segera datang. Ha
lat. Ia menangkap bayangan putih melesat cepat dari ujung jalan. Ya ,
kii
ra
t," Fadlan berlari menemui Widya. Di tanga
," Widya membalas p
. Bau apa ini?
Fadlan menyerahkan buket mawar merah yan
ini kamu tambah romantis," puji W
nar kan?" ujar Fadlan memasang muka polosnya. Dalam hati
uk mendengar ce
ersih-bersih, kita salat magrib barengan, ya?" pinta Fadlan. Lagi-lagi ia mampu be
*
ngan Widya. Fadlan berbaring dengan gusar. Ia tak dapat memejamkan m
annya yang menggoda. " Fiuhhh,
s. Fadlan memalingkan wajahnya ke arah Widya . Ada rasa kasihan terse
*
iaman
inum darah haidmu itu?" cecar seorang wanita paru
enteng. Ia membuang tasnya ke sembarang tempat dan m
i orang kaya. Dan kita terbebas dari kemiski
tu, Ma. Makasih ya, Ma,
a yang lebih dasyat lagi. Besok
ang lebih baik, aku akan mengikutin