an orang lain. Terhitung sejak kejadian di halaman rumah Riko dua hari y
dela tempat ia duduk. Ia merasa mobil yang di kemudikan Riko
resepsi pernikahan Rendy dan Melissa. Keduanya tampak larut dalam pi
ya saja ia takut lepas kendali. Pasalnya keduanya tidak memiliki hubungan khusus. Dan
-laki itu memilih tempat paling dekat dengan lift satu-satunya di sana. Setelah ia memarkirkan mobilnya
Mita mau turun." Uc
Riko. Membuatnya seketika menegang. Sial!!! Riko
antungnya yang berdetak kencang karena tatapan Riko yang seakan membunuhnya. Ia memang tak pernah pacaran, tapi
pakai saat ini terlalu tinggi dan dirinya kurang berhati-hati. Untung s
mu ini terlalu ting
n dahinya. "Kenap
hayakan kamu."
mpu menimbulkan semburat merah di
hati-hati." Sahut Mita gugup. Sial, berada di sek
biasa saja. Lebih aman,
ata malas. Ia diam
i
beberapa laki-laki yang berniat masuk. Riko langsung menarik Mita ke pojok. Tanpa laki-laki itu sadar, ia melin
benaknya, gadis itu berfikir 'apa begini perlakuannya pada setiap wanita'. Tanpa sadar ia
i
ngkarkan tangannya di pinggang Mita. Tentu saja membuat gadis itu gugup sekali. Apalagi saat ia mer
nya luntur saat melihat siluet seorang wanita berbalut gaun merah panjang dengan belahan mencapai atas paha dan belahan dada yang terbuka. Laki-l
angannya?" bisik Riko
membelai daun telingany
Mita gugup. Gadis itu kehilangan sebagian konsen
aki itu dengan santainya mengantar Mita menuju ruangan di mana adikn
p. Apalagi saat ini ia di rangkul mesra oleh laki-laki. Ia menyadari tatapan tak suka yang terang-terangan d
aku bareng Aya
ak Riko tida
t tatapan
nnya membuat ia kaget saat wanita ya
g dia bisa ngimbangin kamu?" Tanya wan
entunya, lebih muda, lebih cantik dan patuh." Riko menjeda perkataannya. "Ahh, dan satu lagi. Perem
annya. "Oh ya ... kamu yakin? Jangan-jangan dia hanya bisa me
belum pernah di kenalnya. Gadis itu merasakan remasan lembut di pinggangnya ketika dirinya hampir saja meluap
baik. Dan 'calon istri' Gue ini punya pendirian yang teguh. Bukan seperti Lo, yang
mbeku. Termasuk pria dan wanita paruh baya yang bar
ntar kamu ke dalam
n itu. Kedua pipinya merona tanpa bisa di cegah. Siapapun yang melihatnya
i itu semakin menarik Mita mendekat. Kedua hidung mereka nyaris menempel,
han nafas, terutama pria dan wanita paruh baya yang sa
saja tidak berfungsi dengan baik. Kedua t
cicit
ahut Ri
dalam-dalam. "Anta
hati." Riko dengan sengaja mengecup pipi Mita. Dan tindakannya sukses membua
nuntun dirinya masuk ke ruangan di mana sepasang pe
mu Ayah dan Bunda dulu." Riko mengusap pipi Mita lembut, membuat gadis itu te
sana. Tak terkecuali Melissa. Gadis yang baru saja resmi menjadi Nyonya Pratama itu m
pusing Mel. Jangan nambah-n
ilang nggak. Lha ini buktinya." Melissa geleng-geleng k
kinan ia berkata, "Iya gue suka Kak Riko.
a terkesiap. "A-apa gue gak s-sala
" Jawabn
a-kaca. Wanita itu mengha
asih." Uc
a kali ini mempunyai makna yang berbeda. Tak seperti biasan
sih? P
di pagi Bu
Meli pun
ko malah l
tar l
. Dari kenyataan hingga dugaan. Dan kali ini ia takkan mampu mengelak jika kedua orang tuanya mengetahui k
tih memutuskan untuk kembali ke salah satu ruang istirah
ki yang saat ini berdi
angsung membuka. "Hmm." Jawabnya singka
eradaannya. Laki-laki itu mendaratkan bokongnya tepat di sebe
ngapain?" ta
t." Jawab
ta menunjuk sofa lain yang le
lau di sana aku duduk
n jantungnya. Kini ia seperti bisa mendengar dengan jelas debaran yang
Riko menempelkan tangannya ke dahi Mita kemudian tur
Mita membeku. Ia terpaku saat kedua b
l dirinya sendiri agar tak lepas kendali. Namun ini terlihat sangat sulit. Kedua pipi yang merona
ek
a, laki-laki yang terbawa suasana itu memiringkan kepalanya, untuk
p
h Mita seketika menegang. Rasa pa
dahsyat pada hatinya yang dingin. Tiba-tiba satu suara wan
KALIAN LAK
mbung