tar dua bulan yang lalu aku lulus kuliah. Telat satu setengah tahun dari orang-orang kebanyakan. Sekarang aku hanya jadi beban untuk orang tuaku saja. Setidaknya ini adalah s
ngkan kau harus jongkok berjam-jam dan berjalan pelan kebelakang. Alhasil ketika sampai rumah pinggangku kaku semua. Aku juga kadang heran kepada bapak sama petani-petani lainnya yang sanggup melakukan hal-hal demikian dan masih bisa tersenyum. Apakah aku saja yang kurang bersyukur? Mungkin iya. Buktinya sekarang aku hanya bisa meracau dan men
u sangat monoton sekali. Rutinitas yang bisa diblang sangat membosankan. bunyi mesin laptop berdesing, walaupun terbilang sudah sangat jadul dan ketinggalan zaman laptop ini sangat membantu dalam kegiatanku. Aku masuk pada kontak
ari sarapan. setidaknya walaupun peng
ndara motor yang memakai jas hujan dan helm, itu terlihat seperti orang-orangan sawah yang sering aku temui dikampungku. Menggelembung dan unik. Ketika hendak aku membuka pintu untuk keluar, dibawah kolong pintu ada sebuah amplop coklat. Aku ambil lalu aku baca. Tertulis untuk Banyu
k: B
i:
mi selanjutnya. Aku tahu asti ini membingungkan bagimu, tetapi simpan saja bimbangmu karena segala pertanyaan akan di
gi, maaf mengg
pikiran isi dari kalimat surat itu. Ini sangat mengganggu. Akhirnya aku putuskan untuk menghilangkan rasa penasaranku, aku akan mendatangi alamat itu. Jika surat itu berbohong setida
multinasional MNG group. Aku masuk kedalam jalan tersebut. Jalan yang luasnya kira-kira dua meter itu dipenuhi perumahan elite dengan bangunan-bangunan mewah. Sepertinya ini adalah tempat orang-orang kaya. Aku baru tersadar, harus kemanakah Langkah kaki ini. Aku sampai lupa bahwa tidak ada alamat
a yah?" tanyann
tu membuatku jadi kik
apat surat dan disuruh ke sini" ucapku sambal
ang mas, nggak ada alamat sp
rjain nih sama orang yang ngirim surat ini" s
si bapak "ada nomor telepon yang bi
ran. Apa sebaiknya saya pula
begitu" jawab bapak p
ya pak" ucapku sambal
awabnya yang juga ikut
li lagi pada awal jalan ini. aku duduk dibatu bulat yang terbuatdari semen yang terletak dipinggir jalan. Sambal munggu angkot , aku buka
ar dari belakang. Sontak itu membuatku k
u?" tanyak
adar aku menurut dengan napas yang dia ucapkan. Atau mungkin aku mem
urat pagi tadi." Ucapnya santai tanpa beban. Sedangkan aku masih focus dengan roti ditanganku
au ini menyebalkan sekali
jut dengan perny
k punya sopan santun lagi denganku. Kau ini bisu atau gimana? Heuh, Seha
seenaknya tanpa disaring dulu, padahal aku baru tahu hanya sekedar namamu, buk
ku pastikan mulutmu tidak selanca
empatnya" sambungnya, lalu dia berjalan dulu
Heuh setidaknya ini lebih baik dari pada harus mendengarkan omongan sombongnya. Aku masih kagum dengan rumah-rumah ditempat ini. aku teng
awa siapa tuh...
nnya ibu" jawab Susan dengan gampan
adi muter-muter" uc
ng tadi yah..."
perempuan sialan ini, gerutuku dalam
n menjelar, aku tidak tahu apa Namanya, dan beberapa pot bunga yang menghiasi rumah bagian depan. Ada yang digantung dan ada juga yang besar diletakan sebelum pintu masuk, seperti sengaja dipasang untuk ucapan selamat datang. Aku masuk keruang tamu, tempatnya lumayan luas dan ada sebuah meja Panjang dengan sekitarlebih dari sepuluh kursi yang melingkar. Dan diats dinding ada televisi dengan layer 88 inci, sepertinya ini digunakan untuk rapat. Gumanku dalam hati. Disamping ruang tamu ada ruangan seperti ruangan kerja yang setip sekatnya dibatasi dengan kaca bening. Jumlahnya sekitarsama dengan jumlah kursi yang ada diruang tamu. Terlihat ada enam orang yang sedang mengerjakan sesuatu ditempatnya masing-masing. Selebihnya kosong. Entah itu belum terisi atau pemiliknya se
?" ucapnya dengan s
boleh bu" uca
epan pandangan kami. Cangkir itu mengelu
relax" ucapnya menyilahkanku sembari i
i dalam cangkir. Ada rasa manis yang pas dengan kehangatan yang masuk dalam teng
apun yang kau ingin ketahui" lagi-lagi ia mengucapkannnya dengan senyum t
h? Sepertinya aku tidak pernah meletakan
lah sebuah tempat yang kau butuhkan"
bu" aku menggaruk-garuk
ah brgabung dengan kami
Baiklah kami akan menyiapkan jadwal Latihan untukmu. Untuk meningkatkn
an jawaban apakah aku akan b
anyu?" balasnya dengan santai samb
gan jobdesknya
diatur tergantung kondisinya. Bukankah air sa
enar tahu semuanya tentangku. Jika benar, si
mengamatiku enam bulan te
ah Susan telah menj
tuntun oleh takdir. Saya setuju" ucapku tegas. Meyakinka
u bahwa Namanya adalah Ningrum. Serta ada sebuah disk yang bertuliskan namaku. Beliau menyuruhku menyimpannya sebagai tanda pengenal, yang kemudian aku bikin me
ara aku introvert? Entahlah. Tapi setidaknya tulisanku kini telah mencapai angka tiga ribu lima ratus kata. Angka demikian sudah