dangdut dari dalam rumah yang seluru
t bell pun, gak bak
tuk menyingkirkan emosi
dobel yang terbuat dari kayu jati berukir bunga dan
ali
kali
kal
da re
ggil nama dan memaki mereka satu-persa
satu daun pintu tebal yang gak mu
rtua dari 'Nyonya' Minah keluar dengan
or(Heh mbak, ngapain gedor
in di luar?! Pada basah beg
ta, lalu masuk ke dalam rumah tanpa menggubris pertanyaanku.
ik Minah, tak jelas diarahka
eh teras(Ini lho Ma, Mbak Mariska gedor-gedor, protes barangn
tinggal di sini, anak-a
u, sampean golek kosan liyo ae(Walah Mbak, kamu pindah saja. Setiap
Macam mana kampr
lapar dan kedinginan. Bukannya mengeluh, tapi ini fakta. Lagipula ini baru tanggal 2! Aku mema
gak punya waktu untuk meladeni
reka, pintu sudah ditutup di depa
saja
barangku. Barangku memang nggak
top
nya basah, semoga nggak rusa
ubuka zipper sof
ra
bu menyundul kakiku. Bulunya yang lebat dan
keluar juga! Keterla
ereka Kau beri bal
rus ke
dahal aku nggak pernah berlaku jahat pada orang lain. Kukemasi barangku yang cuma ditumpuk sembarangan itu secepatnya ke dalam
ulai de
po nggak j
kenakan ransel berisi Pippo di depan tubuhku, kuletakkan tas
re dua tahun lalu, untuk sekalian menjalani pengobatan kanker otak yang dideritanya sejak kelas 6 SD. Pippo sebenarnya adalah milikn
aganya. Namun, semenjak almarhumah mama Renata meninggal tahun lalu dan papanya ngga
nya sendiri. Aku yang awalnya tinggal di lantai satu, di mana kamar-kamarnya berukuran lebih besar daripada
yang sudah sepuh, menderita sakit stroke dan gerakannya terbatas hanya separuh tubuhnya. Pak Sukir ini adalah satu-satunya anggota keluarga Bik Mi
lebih tua dariku, sudah menikah beberapa tahun yang lalu, dan memiliki seorang put
i mereka. Mereka hanya makan, tidur, bertengkar, repeat. Mereka j
namanya. Dia suka mabuk-mabukan, judi, dan orangnya mesum sekali. Sering ada orang menagih hutangnya kemari dan Bik Minahlah yang
ini sebagaimana mestinya. Rumah ini jadi kotor dan bau, belum lagi banyak tikus dan kecoa berkeliaran. Untung
tuk tinggal di sini adalah untuk menghorm
retnya ke mana-mana. Sejak saat itu kubawa Pippo untuk tinggal di dalam kamarku. Kasihan juga dia lebih ser
alah seperti ini di penghujung malam. Juga tak kusangka akan secepat i
nggal di sini sampai lulus kuliah. Tapi