Warning! Explicit mature content included Mergokin pacar tidur sama teman sekampus, diusir dari kos, kucing kesayangan dilempar keluar rumah, ditambah hujan deras yang sedang mengguyur kota Pahlawan. Sungguh perpaduan sempurna untuk melatih kesehatan mental! Padahal semua ini hanya karena telat bayar kos sehari aja, malah dia ditendang dari rumah yang sudah diamanahkan untuk ia rawat oleh mendiang pemilik rumah. Ujian berat inilah yang sedang melanda hidup Mariska. Seolah Ujian Akhir Semester tak cukup membuatnya berdebar-debar karena harus pandai mengatur jadwal kuliah di sela kesibukannya bekerja. Namun, kata orang badai selalu datang bersama pelangi. Di tengah sadisnya ujian hidup yang harus Mariska hadapi ternyata takdir malah membawanya menuju tempat kos baru yang lebih modern, bersih, dengan harga sewa murah. Belum lagi jantungnya ikut dibuat berdebar kencang saat tahu pemilik kos ternyata pria muda, lajang, dan rrrr- hottie. Plus satu lagi yang bikin lebih jantungan, saat si Om kos malah ngotot ngajakin Mariska nikah detik ini juga. Kok bisa?! Apa alasannya? Ingin menghindar, tapi tak punya pilihan. Belum lagi saat keduanya semakin dekat malah Mariska jadi lebih sering mendapatan mimpi yang terasa seperti Deja Vu. Tanpa sadar memori gadis ini dipaksa kembali ke masa lalu di mana sebuah tragedi mengerikan menimpa keluarganya. Sanggupkah Mariska bertahan menjadi salah satu penghuni kos yang diisi oleh sekumpulan manusia nyentrik dengan beragam profesi tak terduga? "Mungkin ini cara Tuhan untuk mengajariku agar tak mudah menyerah." Ares tak menyangka bahwa dia akan bertemu kembali dengan cinta pertamanya melalui jalan takdir paling manis meskipun terasa tragis bagi keduanya. Lalu bagaimana dengan Mariska? Kapan ia sadar bahwa Ares adalah cinta pertamanya saat masih bocah dulu? Kisah seru mereka hanya bisa dibaca di Om Kos!
Ares tersentak bangun dari tidurnya.
Lagi-lagi dia dihantui mimpi yang sama.
Mimpi yang indah, akan tetapi selalu berhasil membuatnya terbangun di tengah malam dan teringat kembali akan pahitnya kenyataan.
"Chika ...," bisiknya, lalu tersenyum pahit.
Dia menoleh ke samping tempat tidurnya, di mana dia meletakkan sebuah smart digital clock di atas nakas.
Angka hijau dari lampu LED di jam waker tersebut menunjukkan pukul 03.27 am. Terlalu awal untuk memulai hari, tapi terlalu pagi baginya untuk mencoba tidur kembali. Ares menghela napas panjang dan bangkit dari tempat tidurnya.
Dia memilih untuk bangun saja, dia bisa mengisi waktu dengan berolah raga lalu memasak sarapan untuk dirinya sendiri dan para penghuni lain di rumahnya. Dia mengganti celana piyama berbahan satin yang dipakainya dengan celana training berwarna hitam lalu mengenakan kaus di tubuh yang tadinya bertelanjang dada, kemudian berjalan keluar dari rumahnya untuk jogging.
Ditatapnya langit yang masih gelap. Matahari bahkan belum saatnya terbit.
'Harusnya saat itu aku nggak pergi,' sesalnya akan keputusannya pindah ke Singapore sebelas tahun yang lalu.
'Kalau aku tetap tinggal, aku nggak akan kehilangan Chika,' rutuknya pada sang takdir dan berlari lebih cepat memutari kompleks perumahan yang masih sepi.
Masih jelas ingatannya, yang terjadi 11 tahun yang lalu ...
'Cuma empat tahun,' batin Ares Dwipangga yang sedari kecil sangat bangga bila dipanggil dengan sebutan Ade, singkatan dari namanya.
Empat tahun lagi dia akan pulang kembali ke Indonesia dengan ijazah S1 dari universitas pilihan ayahnya di Singapura. Dia akan mengambil S2 di Indonesia saja, mungkin S3 juga, janjinya pada diri sendiri.
Dia punya cita-cita yang tinggi, yaitu meneruskan perusahaan turun-temurun keluarganya yang terus berkembang dan mulai menguasai pasar Asia Tenggara. Cita-cita yang sudah ditanamkan oleh ayahnya semenjak ia masih kecil sekali.
Sebenarnya tak mengapa baginya menuruti perkataan orang tua, tak ada buruknya. Namun makin ke sini, makin enggan hatinya menjauh dari Chika, gadis yang seusia dengan adiknya dan sudah dikenalnya sejak lahir ke dunia.
Orang tua Chika adalah partner bisnis merangkap sahabat ayahnya. Rumah mereka pun cukup dekat, bisa ditempuh hanya dengan 10 menit jalan kaki, membuat mereka otomatis tumbuh bersama. Terlebih orang tua mereka kerap kali melakukan perjalanan bisnis ke luar kota, bahkan luar negeri yang sampai berhari-hari lamanya, dan mereka ditinggalkan bersama supaya lebih mudah diawasi.
Suatu waktu Ares sedang menghabiskan waktunya di taman yang terletak di halaman samping rumahnya. Dia duduk di bawah pohon, memegang sebuah buku yang tampak seperti sedang dibacanya. Namun, siapa yang tahu bahwa pikirannya sedang melayang-layang jauh, yang sama sekali tak ada hubungannya dengan isi buku tersebut.
Ditatapnya Chika dan adiknya, Armilla, dari kejauhan. Mereka berdua sedang duduk berhadapan di bangku taman.
Botol-botol cat kuku berserakan di meja yang letaknya ada di antara mereka. Tetesan cat dari botol pewarna kuku yang tak sengaja tersenggol menodai gaun putih yang mereka kenakan. Mereka berdua sama-sama cantik, ceria, dan cerdas. Dengan warna kulit dan tinggi badan yang sama, terlebih ibu-ibu mereka gemar memakaikan gaun dan aksesoris berdesain senada, membuat mereka tampak seperti sepasang anak kembar.
Menjadi anak-anak dari keluarga dengan kelas ekonomi selevel ini membuat orangtua mereka terlalu paranoid untuk mengirim mereka bersekolah di sekolah umum, terlebih dengan maraknya penculikan anak yang diberitakan di media. Maka dari itu sejak kecil sampai pendidikan setara SMA, mereka diharuskan untuk menjalaninya bersama di rumah, walaupun beberapa kursus masih mereka jalani di luar rumah. Hal ini membuat hubungan mereka lebih erat karena seringkali mereka bertiga hanya punya satu sama lain untuk bergaul.
Chika baru menginjak usia sebelas tahun, akan tetapi Ares tak dapat memungkiri ketertarikannya pada gadis yang selama ini dianggapnya sebagai adik tersebut. Perasaan sayang yang tadinya hanya sebatas kakak kepada adiknya kini mulai bersemi menjadi cinta, seiring dengan Chika beranjak remaja. Paras cantik, kecerdasan, kepribadian, dan perhatiannya berhasil membuatnya terpikat.
'Ini cuma Singapore-Indonesia, aku akan sering pulang,' batinnya lagi. Uang bukanlah masalah bagi mereka, baginya harga tiket pesawat tidak seberapa.
Itulah mengapa dia terus mengulur waktu untuk memberitakan perihal kepindahannya ke Singapore pada Chika. Tak kuasa hatinya bila harus berpamitan pada gadis itu, si cantik pasti akan merajuk dan menangis, bahkan mungkin membencinya.
Sampai akhirnya tinggal dua hari lagi waktunya dia pergi dan dia terpaksa memberi tahu gadisnya.
"Kenapa baru sekarang Bang Ade kasih tau Chika?! Kita jadi gak punya waktu buat farewell party! Bang Ade nggak sayang sama Chika??" rutuk Chika setelah menerima pernyataan perihal keberangkatan Ares.
Belum sempat Ares menjawab, Chika sudah berlari pulang sambil menangis. Keesokan harinya tak seperti biasanya, Chika tak datang ke rumahnya. Ares yang merasa bahwa Chika butuh waktu untuk bersedih, membiarkannya.
Di hari keberangkatannya, hatinya sesak menyaksikan betapa bengkak mata Chika akibat terlalu banyak menangis, tak rela melepas 'Bang Ade-nya' pergi. Armilla, adik kandungnya bahkan tak sesedih itu.
Di terminal keberangkatan, dia berlutut di hadapan gadis manisnya, dan berjanji, "Chika sayang, Bang Ade janji akan cepat lulus, juga sering pulang untuk menemui Chika. Kalian juga bisa main ke Singapore sesekali buat ketemu Abang. Kalau Abang sudah lulus dan pulang ke Indonesia nanti, abang nggak akan tinggalin Chika lagi."
"Janji, ya?" tanya Chika dengan suara serak akibat terlalu banyak menangis, hingga tak tidur semalaman.
"Janji," ucapnya sambil memeluk gadis kecil tersebut, mencium puncak kepalanya untuk menyimpan memori akan wangi natural dari sosok Chika.
Namun, kenyataan berkehendak lain.
Nikah muda. Reaksi Fara saat ditanya mengenai hal itu adalah: "Gila! Bersiin kamar aja aku gak pernah," jawabnya sambil ngakak. Kebiasaan ada mama, papa, dan mbak Narti yang selalu manjain, bikin dia lupa kalau dia adalah perempuan, yang suatu saat akan jadi istri, dan tugasnya mengurus suami dan rumah tangga. "Apa gunanya, toh gak ada cowok berani deketin aku?" tanyanya getir. Fara bukannya gak menarik, hanya saja Adrian, papanya yang blasteran Perancis-Indonesia dan berbadan tinggi kekar itu, selalu sukses bikin cowok-cowok yang ngegebet Fara, lari kocar-kacir. Belum lagi abangnya yang super populer, dan sama protektifnya ke Fara. Fara sudah pasrah hidup menjomblo seperti ini. Semua berubah saat Tante Nadia, sahabat mamanya yang selama ini hidup di Amerika, pindah ke Indonesia dan menempati kembali rumah peninggalan orang tuanya, yang jaraknya hanya lima rumah dari rumah keluarga Fara, dan anaknya ngelamar Fara. Dominic jadi cowok pertama yang nggak terintimidasi akan kehadiran Adrian, dan malah akrab sama orang tua Fara. Dia ganteng, pinter, seksi, juga mapan di usia muda dengan usahanya sendiri. Jujur, Fara kegaet juga sama pesona Dominic. Dia mencoba sekuat tenaga untuk berubah jadi istri idaman dalam satu tahun, sebelum mereka menikah. Hanya sebulan sebelum pernikahan mereka, Fara melakukan kesalahan fatal, dan Dominic meninggalkannya. Fara tersiksa dengan patah hati yang membuatnya hampir gila. Pernikahan yang sudah disiapkan, nggak jadi dibatalkan karena ada orang lain yang melamar Fara. Pria misterius dengan tradisi keluarga yang cukup aneh, yaitu melarang mereka bertemu sampai setelah ijab-kabul dilaksanakan. Fara yang nggak yakin mampu membangun hubungan kembali, dan merasa ini adalah satu-satunya kesempatan untuk menikah, menerima lamarannya. Mampukah Fara menjalani kehidupan barunya sebagai seorang istri, dengan statusnya yang masih mahasiswi?
BIJAKLAH DALAM MENCARI BACAAN. CERITA DEWASA!!! Aderaldo menepuk punggung Naara yang sontak membuat wanita itu menoleh cepat, dan dalam hitungan detik pula, Aderaldo mencondongkan badannya dan menempelkan bibirnya ke atas bibir Naara. Naara melotot tanpa bisa mengelak. Pria itu tersenyum disela ciumannya pada bibir Naara. Dua lengan cukup kekar melepas paksa ciuman Aderaldo dan Naara dengan menarik bahu pria itu. Satu pukulan melayang di perut Aderaldo tanpa bisa dicegah, hadiah dari Xion. "Dasar b******k! Beraninya kau mencium Naara!" bentak Xion marah. Aderaldo memutar bola matanya seraya memasukkan kedua tangannya ke kantung celana kain yang ia pakai. "Kau tidak ada hak untuk melarangku. Memangnya kau siapa?" desis Aderaldo. Xion ingin melayangkan tinjunya pada wajah Aderaldo, tapi ditahan oleh pria tampan berkemeja hitam itu. "Jangan memancingku untuk menghancurkanmu," bisik Aderaldo pada Xion dan pria itu melangkah pergi dengan mengedipkan matanya ke arah Naara yang masih diam mematung. Aderaldo bersiul dan melangkah santai meninggalkan kampus tercintanya. "Manis! Aku menyukainya," gumam Aderaldo sambil mengelap bekas ciumannya bersama Naara barusan. (Ikuti setiap part-nya dan kalian akan menemukan jawabannya ❤️)
BACAAN KHUSUS DEWASA Siapapun tidak akan pernah tahu, apa sesungguhnya yang dipikirkan oleh seseorang tentang sensasi nikmatnya bercinta. Sama seperti Andre dan Nadia istrinya. Banyak yang tidak tahu dan tidak menyadari. Atau memang sengaja tidak pernah mau tahu dan tidak pernah mencari tahu tentang sensasi bercinta dirinya sendiri. Seseorang bukan tidak punya fantasi dan sensasi bercinta. Bahkan yang paling liar sekalipun. Namun norma, aturan dan tata susila yang berlaku di sekitranya dan sudah tertanam sejak lama, telah mengkungkungnya. Padahal sesungguhnya imajinasi bisa tanpa batas. Siapapun bisa menjadi orang lain dan menyembunyikan segala imajinasi dan sensasinya di balik aturan itu. Namun ketika kesempatan untuk mengeksplornya tiba, maka di sana akan terlihat apa sesungguhnya sensasi yang didambanya. Kisah ini akan menceritakan betapa banyak orang-orang yang telah berhasil membebaskan dirinya dari kungkungan dogma yang mengikat dan membatasi ruang imajinasi itu dengan tetap berpegang pada batasan-batasan susila
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Joelle mengira dia bisa mengubah hati Adrian setelah tiga tahun menikah, tetapi dia terlambat menyadari bahwa hati itu sudah menjadi milik wanita lain. "Beri aku seorang bayi, dan aku akan membebaskanmu." Pada hari Joelle melahirkan, Adrian bepergian dengan wanita simpanannya dengan jet pribadi. "Aku tidak peduli siapa yang kamu cintai. Utangku sudah terbayar. Mulai sekarang, kita tidak ada hubungannya satu sama lain." Tidak lama setelah Joelle pergi, Adrian mendapati dirinya berlutut memohon. "Tolong, kembalilah padaku."