nsel pria itu berbunyi
tnya?" tanya Mas Yusuf pa
ini aku melihat Mas Yusuf sehat-sehat saja. Dan lagi bukankah
-janga
ana aku wanita biasa. Perlu kejelasan terhadap sebuah
, aku terdiam dan berusaha mencerna
an, Dok?" ta
Sakit apa sampai dok
a tak pergi menjauh saat bertelepon? Apa dia
macam apa
m, nanti saya hubungi lagi. Saya tu
ngaduk nasi goreng di piring, b
uf kini kembal
. Melihat dua matany
a saling sapa
tai sambil kembali menyendok m
ggak. Sih.
api aku ngerti mana yang wajib dan nggak. Mana yang ditinggal
a tersinggung karena mend
Menghadapi orang seperti
ahan aku akan mengingatkannya bagaimana seorang muslim bisa mendapat pahal
cap salam. Tak harus mondok untuk membi'ahkan diri
enapa dia membahas mengenai hukum. Dia bahkan tak lagi menyematkan panggilan 'Dik'
anna. S
mah Papa dan Mama, ya." Pria i
em
ik Hanna sedang ulan
ini aku mulai bisa membaca karakternya, cara bicaranya b
a, belum pernah sampai membuatku penasaran lantaran memi
ya datar. Seolah tak c
rah dengan rumah Papa. Mas juga ingin lebih dek
Aku yakin ini ada kaitannya
ak. Kamu terus menolakku. Bahkan sejak bangun tidur sampai sekarang, tak kulihat
a keluarga saja. Katanya sekalian mau icip rumah baruku." Aku bicara
meyakinkan mereka. Yang pentin
bunyikan di sana. Dan dia sedang sakit. Itu kenapa Mas Yusuf meminta dokter datang membaw
cewa di wajah suamiku. Yakin, deh. Kali ini Mas Yusuf pasti tenga
s. Tampaknya Mas sangat kh
raan, Dik." Mas
dengan percaya diri menjawab telepon di depanku. Dia pikir, Hanna
al, di dalam asrama kami dididik hidup dengan keras, mandiri dan berinteraksi dengan banyak manusia. Dan aku .
u yang membulat. Seolah p
hasianya nanti, dan menjadi sebab perpecahan kami hingga kami berpisah, aku masih bisa
berbunyi. Dahiku mengerut men
n membukanya. Namun,
usuf lanjutkan makan." Aku
pun men
tahun, sepantaran denganku. Cantik, dan mataku menyipit melihat tangannya memegangi perut yang agak buncit. Hamil atau hanya kelebihan
ipanggil tadi untuk memeriksa perempuan cantik
dapat jawaban siapa wanita di bilik lain lantai dua, sekaran
siapa kamu