/0/3038/coverbig.jpg?v=f6843068f7360214f4c2a8c2f0dd0042)
Aku memanggilnya Mas Yusuf, lelaki itu mencurigakan sejak kakiku menjejak di rumahnya. Ada satu kamar yang selalu terkunci, dan anehnya pria itu suka mengendap-endap di malam hari masuk ke ruangan tersebut membawa makanan dan minuman. Apa yang disembunyikan Mas Yusuf di sana?
Akad nikahku dan Mas Yusuf digelar di rumah kami. Pernikahan yang terjadi tanpa pacaran. Bahkan hanya taaruf sebulan, aku langsung setuju untuk menikah dengannya.
Mataku menyipit, menajamkan penglihatan kala tampak luka seperti bekas cakaran di tangan suamiku. Bekas yang merah kecoklatan itu sebagian tertutup lengan tuxedo yang dikenakannya.
"Dik Hanna," panggil Mas Yusuf yang membuatku terhenyak.
"Ah, ya." Segera kucium punggung tangan lelaki tampanku itu. Saat melihat senyumnya yang menawan segala pertanyaan mengenai bekas cakaran itu menghilang dari pikiran.
Usai acara yang dilangsungkan, Mas Yusuf pamit pada keluarga, akan memboyongku ke rumahnya.
Sepanjang jalan aku tersipu setiap kali melihat ke arah Mas Yusuf dan ternyata pria itu juga menatap ke arahku. Mungkinkah debar jantung yang kurasa Mas Yusuf juga merasakannya?
Sampai di sebuah rumah besar, mobil yang mengantar kami berbelok. Rumah ini tampak sepi. Di depan pintu pria itu mengeluarkan kunci. Apa iya di rumah sebesar ini Mas Yusuf tidak menyewa pembantu? Atau orang bantu-bantu. Hem. Entahlah, barang kali karena sudah malam, para pekerja sudah pulang.
"Em. Maaf, kunci rumah Mas masih manual. Belum sempat mengurus ini, belakangan memang sibuk sekali," ucap pria itu sambil sibuk memasukkan anak kunci.
"Hem. Santai saja, Mas. Aku biasa hidup susah," kelakarku. Pria itu tertawa renyah.
Ya, aku sudah mandiri sejak SMP. Sejak masuk Pesantren segala hal kuurus sendiri, aku bahkan yang mengurus keperluan sebagian santri setelah menjadi senior dan dipercaya ustazah untuk ikut andil di Pesantren.
"Masuklah." Mas Yusuf tersenyum. Wajahnya makin bersinar saat kuamati lengkungan di bibir itu untuk kali pertama.
Ini juga pertama kali aku menjejakkan kaki di rumah pria yang baru menghalalkanku.
Satu-persatu ruangan di lantai satu diperlihatkan padaku hingga kami naik ke lantai dua. Pria itu memperlihatkan kamar kami yang besar. Namun, sebelum masuk mataku tak sengaja menangkap bayangan pintu di ujung lorong. Gelap. Tak ada jendela atau penerangan di sana.
"Itu ... juga kamar?" tanyaku ragu.
Seketika Mas Yusuf menoleh melihat ruang yang kutunjuk.
"Ehm. Itu hanya gudang," jawabnya tampak gelagapan.
Gudang? Kenapa letaknya di lantai dua? Tak masuk akal. Dan yang membuatku heran ada apa dengan ekspresi itu? Apa dia menyimpan seorang gundik di sana? Apa dia menyimpan monster?
"Sudah, masuklah. Ini malam pertama kita jadi ...."
Aku yang sebelumnya sempat curiga, sontak tersenyum melihat ekspresi malu-malu di wajahnya. Kami canggung. Karena sedari awal perkenalan, ta'aruf sebulan tanpa pertemuan dan interaksi intens, akad segera digelar.
Kami pun masuk. Hatiku semakin berdebar karena ini kali pertama memasuki kamar seorang pria dan melakukan hal yang memang hanya boleh dilakukan pria dan wanita yang telah halal.
"Kita sholat taubat dulu, ya?"
"Hem, sholat taubat?" Mataku melebar.
"Hem, bisa jadi banyak sekali dosa yang sudah kita perbuat sebelum pernikahan ini."
"Ah, ya." Aku menuruti kemauan Mas Yusuf. Tak salah keluargaku menyetujuinya sebagai imamku. Dia pria sholeh dan teliti terhadap amaliyahnya.
Mas Yusuf mengajak sholat dan mendoakanku.
Lelaki itu memuji kecantikanku. Mas Yusuf bertindak seolah sangat menginginkanku sebagai seorang wanita, akan tetapi pria itu memutuskan di tengah-tengah. Saat di mana aku sangat menginginkan menjadi wanita seutuhnya lantaran bisa melayani suaminya.
"Maaf, Dik. Mas letih. Kita kerjakan lain kali saja, ya," ucapnya sambil memijit tengkuk.
Aku yang kecewa mengangguk lemah. Tentu saja tak mungkin sebagai seorang wanita aku menyerangnya duluan. Itu memalukan. Kami pun akhirnya tertidur. Dengan perasaanku yang penuh kedongkolan tentunya.
____________
Tengah malam aku terbangun seperti biasa. Untuk buang air dan membasahi kerongkongan karena haus. Entah, apa sebabnya aku tak bisa jauh-jauh dari air putih. Barangkali hanya karena aktifitas yang kujadikan rutinitas, hingga tak sadar jadi kebiasaan dan merasa aneh jika tidak melakukannya.
Itu juga yang membuatku bisa terbangun beberapa kali saat malam, guna mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dalam bentuk air seni.
Kuraih botol yang kusiapkan di nakas. Setelah minum, aku baru sadar Mas Yusuf tak ada di sampingku.
Ke mana dia? Kamar mandi? Tak mungkin. Karena pintu kamar mandi terbuka dan tak ada suara apa pun dari sana.
Kupegangi perut karena tak tahan lagi menahan pipis. Padahal ada keinginan mencari Mas Yusuf, tapi biarlah kubuang dulu hal yang sangat mengganggu ini.
Begitu keluar dari kamar mandi, Mas Yusuf masih belum kembali ke ranjangnya. Penasaran aku pun memutuskan untuk keluar. Barangkali dia sedang kelaparan dan tengah berada di dapur. Atau sedang menonton bola? Apa dia seorang bola maniak? Ah entah. Lebih baik aku langsung memeriksa sendiri.
Namun, baru membuka pintu langkahku terhenti kala melihat sesosok bayangan masuk ke dalam ruangan di ujung koridor yang gelap.
Dari kejauhan aku bisa melihat dia tengah membawa nampan dengan gelas dan piring di atasnya.
Mataku semakin menyipit. Menajamkan pandangan untuk memindai keberadaan sosok itu. Apa itu Mas Yusuf suamiku? Jika iya, apa yang dilakukan tengah malam begini di dalam ruangan yang katanya adalah gudang? Apa ini ada kaitannya dengan penolakannya tadi? Jangan-jangan dia penganut ilmi hitam dan aku adalah tumbal pengantinnya?
Seorang pria beristri yang terjerat perawan tua hingga perempuan itu hamil. Tidak ingin kehilangan istrinya, Aryo pun memindahkan janin selingkuhannya pada rahim sang istri. Semua itu menimbulkan banyak masalah dalam kehidupannya dengan sang istri.
Ketika Nadia mengumpulkan keberanian untuk memberi tahu Raul tentang kehamilannya, dia tiba-tiba mendapati pria itu dengan gagah membantu wanita lain dari mobilnya. Hatinya tenggelam ketika tiga tahun upaya untuk mengamankan cintanya hancur di depan matanya, memaksanya untuk meninggalkannya. Tiga tahun kemudian, kehidupan telah membawa Nadia ke jalan baru dengan orang lain, sementara Raul dibiarkan bergulat dengan penyesalan. Memanfaatkan momen kerentanan, dia memohon, "Nadia, mari kita menikah." Sambil menggelengkan kepalanya dengan senyum tipis, Nadia dengan lembut menjawab, "Maaf, aku sudah bertunangan."
Mature Content. Please be awise to reading!!! Bocil harap menyingkir, please!! Menikah selama 2 tahun dan belum di karuniai anak menjadikan Nay sedikit sedih. Apalagi suaminya jarang sekali menyentuh. Dia mencari kesibukan dengan berjualan kue dan takdir mempertemukan Nay dengan Alex.
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Novel ini berisi kumpulan beberapa kisah dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan panas dari beberapa tokoh dan karakter yang memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan rumah, tempat kerja, profesi yang berbeda-beda serta berbagai kejadian yang diaalami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dan bergaul dengan cara yang unik dan berbeda satu sama lainnya. Suka dan duka dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita ini baik yang protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerita dewasa yang ada pada novel kumpulan kisah dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!