yang tampaknya risih terhad
amas?" t
dua alis. Seolah ingin ak
las dari kemarin. Argh, bikin penasaran saja bekas cakaran siapa itu? Setelah nanti kami mulai ak
enarnya kamu perbuat di bilik itu Mas? Bermain dengan wanita lain? Atau k
k memahami maksudku. Aku jadi bingung sendiri mau bert
hkan seluruh harga diriku semalam. Padahal aku sudah mau cuek dan tak peduli soal dia masuk bilik itu
usuf em keramas?" Kan a
rambut di depan cermin. Bicaranya sangat santai. Pantul
itu? Apa dia tak tahu aktifitas keramas buat suami istri berarti mereka
mempelajari kitab Qurrotul Uyun dan Fathul I
tu aku tidur, ada di tempat lain dan m
yang memang sangat sulit kuucapkan. Karena jika kalimat ini terlontar, bu
m?
g mengharuskan mandi?" tanyaku rag
aham tapi tak mau jujur? Atau memang menertawakan pertanyaanku yang membuatnya geli?
nya dengan mengalihkan perhatian. Tubuhnya kembali berbalik
di dalam bilik, tapi juga sikap Mas Yusuf yang misterius. Apa aku salah, menganggapn
aan yang lain benar, d
____
t ke arah tangga, sam
di kamar, katanya ada file yang harus d
ikiranku terus melayang ke sana. Aku menggeleng. Menepis p
k-banyak ingat Allah b
lkas. Kalau memperhatikan sekeliling, banyak perabot mahal, letaknya r
nda yang telah menyala tersebut, agar lebih mudah saat memasukkannya ke dalam wajan. Semuan
epat ke lantai. Berusaha sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan
Mas Yusuf masih sibuk dengan laptop dengan pak
menyangkut bilik di ujung koridor itu. Mataku kini menatap ke
ahang kokoh yang ditumbuhi jambang halus. Belum lagi mata elangnya yang sepad
f, seperti nama seorang Nabi yang Allah
dan aku sangat yakin ini ada kaitannya dengan sesuatu di dalam bi
ap," ucapku yang membu
ria itu ters
inya seorang bucin, karena kalau hal itu sampai terjadi, dia akan memanfaatkan perasaanku untuk berbuat semaunya sendiri, termasuk t
hkan tanpa dia bicara, aku bisa ta
masakanku dengan gaya centil menggodanya. Namun, kejadian di kamar
enapa?" tanyaku memberani
alah hal aneh buatku. Itu kenapa aku mencari-cari topik untuk bicara. Kurasa tepat men
natap ke arahku. Lagi, pria itu tersenyum. Manis, meski mulutnya sed
t tangan ke depan, memperl
menopang dagu dengan
ya bekas cak
ip cakaran tangan manusia. Apa karena bilik itu aku
in aku menyentuhnya," sambu
el pria itu berbunyi. Pr
tny?" tanya Mas Yusuf pad
ini aku melihat Mas Yusuf sehat-sehat saja. Dan lagi bukankah
-janga