img Penantian  /  Bab 5 Terpengaruh Ide Mbak Hanyk | 25.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 Terpengaruh Ide Mbak Hanyk

Jumlah Kata:2176    |    Dirilis Pada: 07/12/2021

anya aku tidak ingin melihat anak ini dan itu menguatkan hatiku untuk memberik

beranjak dari duduk lalu masuk ke kamar. Aku ambil koper, lalu aku memasukan baju-bajuku kedalamnya. Saat aku lagi asik memasu

i lalu ku beli. Ikan nilanya ku sambal sementara sawinya ku tumis. Selesai masak, aku langsung makan, rasanya nikmat sekali. Sudah lama rasanya ak

oper yang tadi sempat ku tinggalkan. Beberapa pasang baju kubiarkan tetap di dalam lemari untuk aku p

adinya begitu besar mendadak sirna berganti benci, dan rasa rindu yang begitu berat kini berubah menjadi rasa sakit hati yang teramat sangat. Dit

per, aku membaringkan tubuhku. Baru saja aku mel

Tok!

Aku segera beranjak untuk me

tanyaku setelah

khawatir kamu masih sed

nggak apa-

ntu kamu lahiran. Soal biaya, kamu nggak usah pikirin, katanya kamu nggak usah bayar." Aku tidak menyangka Mbak Tri be

rang bidan yang membuka praktek di sebelah rumah Bu Salma, orang t

nggak sedih lagi, aku ke sebelah ya. Kalau ada apa

potkan mereka. Tapi aku juga bingung bagaimana cara menyampaikan rencanaku pada Mbak Tri? Ahh...

ni. Dia akan mencari kami. Dan aku tidak mau dia bertemu dengan anaknya. I

yang mau mengurus anakku. Aku terus berpikir, mungkin di sosial media ada gru

dopsi', aku klik grup, lalu keluarlah beberapa grup adopsi anak. Aku klik grup yang paling atas, setelah itu aku lihat disana ba

nakku akan di siksa seperti di berita-berita, atau nanti saat aku ingin bertemu anakku, orang tua angkatnya

a lagi aplikasi berwarna biru, ku cari grup yang tadi sempat ku tinggalkan. Ku lihat lagi postingan-postingan yang ada disana. Ku yakinkan hat

diberi momon

ar B

un bun, belum dikas

u. Entah kenapa saat aku membaca postingan yang bernama Mira Berliana itu aku seperti merasak

bekerja di dinas kesehatan terlihat dari pakaian yang digunakannya saat berfoto yaitu baju putih seperti yang biasa dipakai perawat di rumah sakit. Mungkin ia be

aku berpikir, akhirny

. Beberapa menit aku tunggu, belum dibaca. Berkali-kali aku periksa lagi belum ada balasan. Aku gelisah, ada rasa takut dengan

*

belum juga ada balasan pesan yang kukirim tadi malam. Ada rasa kecewa di dada,

rup udara pagi. Saat aku membuka pintu, ternyata sudah berku

tanya Bu Leli, tetan

am banget, Bu, jadinya bangunnya juga m

ua kayak kamu itu memang susah tidur. Menje

dakan ada pemberitahuan masuk. Saat ku periksa, ternyata itu pesan balas

erdebar-debar aku pun m

anya aku tidak ingin melihat anak ini dan itu menguatkan hatiku untuk memberik

beranjak dari duduk lalu masuk ke kamar. Aku ambil koper, lalu aku memasukan baju-bajuku kedalamnya. Saat aku lagi asik memasu

i lalu ku beli. Ikan nilanya ku sambal sementara sawinya ku tumis. Selesai masak, aku langsung makan, rasanya nikmat sekali. Sudah lama rasanya ak

oper yang tadi sempat ku tinggalkan. Beberapa pasang baju kubiarkan tetap di dalam lemari untuk aku p

adinya begitu besar mendadak sirna berganti benci, dan rasa rindu yang begitu berat kini berubah menjadi rasa sakit hati yang teramat sangat. Dit

per, aku membaringkan tubuhku. Baru saja aku mel

Tok!

Aku segera beranjak untuk me

tanyaku setelah

khawatir kamu masih sed

nggak apa-

ntu kamu lahiran. Soal biaya, kamu nggak usah pikirin, katanya kamu nggak usah bayar." Aku tidak menyangka Mbak Tri be

rang bidan yang membuka praktek di sebelah rumah Bu Salma, orang t

nggak sedih lagi, aku ke sebelah ya. Kalau ada apa

potkan mereka. Tapi aku juga bingung bagaimana cara menyampaikan rencanaku pada Mbak Tri? Ahh...

ni. Dia akan mencari kami. Dan aku tidak mau dia bertemu dengan anaknya. I

yang mau mengurus anakku. Aku terus berpikir, mungkin di sosial media ada gru

dopsi', aku klik grup, lalu keluarlah beberapa grup adopsi anak. Aku klik grup yang paling atas, setelah itu aku lihat disana ba

nakku akan di siksa seperti di berita-berita, atau nanti saat aku ingin bertemu anakku, orang tua angkatnya

a lagi aplikasi berwarna biru, ku cari grup yang tadi sempat ku tinggalkan. Ku lihat lagi postingan-postingan yang ada disana. Ku yakinkan hat

diberi momon

ar B

un bun, belum dikas

u. Entah kenapa saat aku membaca postingan yang bernama Mira Berliana itu aku seperti merasak

bekerja di dinas kesehatan terlihat dari pakaian yang digunakannya saat berfoto yaitu baju putih seperti yang biasa dipakai perawat di rumah sakit. Mungkin ia be

aku berpikir, akhirny

. Beberapa menit aku tunggu, belum dibaca. Berkali-kali aku periksa lagi belum ada balasan. Aku gelisah, ada rasa takut dengan

*

belum juga ada balasan pesan yang kukirim tadi malam. Ada rasa kecewa di dada,

rup udara pagi. Saat aku membuka pintu, ternyata sudah berku

tanya Bu Leli, tetan

am banget, Bu, jadinya bangunnya juga m

ua kayak kamu itu memang susah tidur. Menje

dakan ada pemberitahuan masuk. Saat ku periksa, ternyata itu pesan balas

berdebar-debar aku pun

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY