eorang berdiri disana. Dia te
ya malah bengong!" sungutnya
..." Aku terhuyung, tidak ma
melewatiku yang masih bersandar lemas di pintu. Ia langsung k
y," ujarku lemas, membu
ok. Kontrakan tempat kami tinggal terdiri dari empat pintu. Aku tinggal di kontrakan paling ujung dan Mbak Tri p
Mas Roby nggak pulang
in! Doakan aja suamimu sehat, dan c
i sambil membuka tutup mangkuk yang dibawa ny
per nih!" ujarnya sam
i rumah. Suami Mbak Tri kerja sebagai sekuriti di sebuah pabrik. Mereka memiliki
Mbak Tri saat membuka magic com yang
ya beranjak. Dan tidak lama kemudian dia kembali d
era." ucapku ketika Mbak Tri meny
mu. Nih, dikit aja." ujarnya sambi
bukan, bahkan mungkin seperti ibu. Aku yang tidak pernah merasakan kasih sayang
embawaannya yang keibuan membuatku ny
anya setelah kami selesai makan. Aku h
u harus gimana setel
nghela nafas. Mungkin dia juga t
ggak tau juga harus bantu gim
kerja, kami makan apa? Benar-benar pusing aku, Mbak! Kalau di titipkan sam
Mbak Tri membulat ke arahku. Terkadang aku memang merasa bahwa anak ini pembawa sial. Dulu, Mas Robby tidak pernah p
ih, Win? Nggak boleh ngomong
kin aku nggak sepusing ini, Mbak!" Mbak Tri tidak menanggapi ucapanku, dia m
tanpa harus mikirin anak ini, aku bisa bebas, Mbak! " ucapku lagi, air mataku turut berkejaran kelu
ambat laun mulai berubah. Kini mulai ada rasa sakit hati pada Mas Roby. Bagaimana mungkin dia tega membiarkanku s
m tau apa yang terjadi sebenarnya. Nggak usah khawatir,
alau suamiku nggak pulang-pulang?" Nada suaraku agak meninggi
s Roby aku nggak punya siapa-siapa," Mbak
ng," Ia masih memelukku samb
kaknya si Roby, siapa tahu merek
harusnya keluarganya yang mengambil alih tanggung jawab itu, karena kamu mengandung darah d
s Roby bisa membantuku, paling tidak mengurus anak ini. Ada sedikit ras
k Tri menoleh ke arahku, men
inta tolong sama Mba
isa. Apa yang bisa kubantu?" tanya Mbak
us kesana seperti yang Mbak saranin tadi." pin
Kebetulan lusa dia libur, siapa tau dia b
Mbak, nggak tau aku mengadu pada
h menganggapmu adik. Jadi nggak usah
!" Mbak Tri mendorong tubuhku
tau udah bangun. Belum makan dia tadi." ujar Mba
anyak makan, biar anakmu sehat." Mbak Tri menutup mangkuk
*
ke tempat Mas Joko dengan menggunakan mobil milik orang tua Mbak Tri, yang memang
gal. Dulu sebelum kami menikah, Mas Roby sering datang kesana. Disanalah
an model minimalis. Seorang wanita berdaster terlihat sedang menyapu teras rumahnya. Terlihat wa
s Joko. Ia menatap ke arah mobil, mung
ilku, sepertinya ia te