. Meski Mas Bima awalnya menolak karena masalah gaji, namun aku berusaha meyakinkannya kalau gaji Bik Marni
e luar kamar. Entah apa yang akan dilakukannya. Begitu mencurigakan. Dia menutup pintu sepel
dah malem banget. Yang jualan bakmi jawa kesukaanmu i
l barunya. Gegas kuambil ponsel di atas nakas dan mereka
sudah berusaha bicara sepelan mungkin, heningny
an langsung dengan pintu kamarku. Duduk membelakangiku
mungkin mas pergi malam-malam begi
enghela na
berusaha mencuri hati Yuka dan Yuki. Walau bagaimanapun mereka harus ikut aku jika kedua
sekali Mas Bima sudah merencanakan perpisahanku dengannya sampai s
ang. Saat ini aku cuma berat di a
ali menghela
si kembar tetap anakku juga. Aku harus mengasihi
u ngidam emang begitu, ya? Harus d
ir-akhir ini benar adanya. Mas Bima memang selingkuh
ima sengaja ingin memisahkanku dengan anak-anak. Tak akan pernah kubiarkan itu terjadi sampa
ya. Atau pesan gofood aja gimana?
rang sana yang jelas Mas Bi
untukmu sekarang juga," ucapnya sed
nci mobil dan berjalan menuju garasi. Kututup ponsel dan memasukkannya
Bik Marni segan, biarlah. Yang penting mereka tak sendirian di rumah, ada
n semoga saja dia tak tahu aku sedang membuntutinya. Apala
enti di warung pinggir jalan, memesan bakmi jawa seporsi. Ta
kemudian dia membelokkan mobilnya menuju sebuah rumah minimalis tak jauh da
. Hanya membunyikan klakson kecil, Mas Bima sudah diijinkan masuk. Aku tak ingin me
uan menyambutnya di teras, mencium punggung tang
ima, namun tetap saja penglihatanku tak terlalu jelas. Karena terlalu
tanya pada satpam sekarang terlalu beresiko. Aku nggak ingin ketahuan Mas Bima. Setidaknya sampai rumah
matikan motor dan balik lagi ke kamar. Anak-anak tak ada yang terbangu
apan. Ingin melihat ekspresi Mas Bima saat dia menyalakan lampu nanti. Kaget a
*