Bima. Suasana begitu hening. Malam mulai merayap naik.
l lamanya memang tertinggal, tapi kenapa dia tak menggunakan ponsel barunya? Atau p
i semakin terasa sepi. Kulangkahkan kaki menuju dapur, membuat kopi un
onselku berdering. Da
men. Mumpung besok libur. Nggak enak kalau langsung cabut pulang nan
lla bilang nggak ketemu Mas Bima di kantor,
h. Siapa lagi?"
ntor. Jangan sampai kamu ketahuan bohong, ya, Mas. Karena sekali
ong. Bella nggak lihat mungkin, karena aku langsung ke r
manager, Mas? Kok nggak bilang-bil
jabatan tapi setelah itu dia nggak pernah cerita apa pun. Nggak tahun
ornya kini. Apa dia memang keceplosan bicara? Seandainya tak
agi sikap Mas Bima yang mendadak gugu
ok, Dek
u sekarang atau aku akan t
n yang lalu, Dek,
ri tambahan belanja sepeser pun untukku. Bahkan aku minta asisten untuk sek
naik jabatan juga dapat bonus. Dia simpan di
sudah bilang kalau kebutuhan si kembar makin banyak apalagi sudah mulai
ak enak ini ponsel minjem. Lagian temen-temen mul
Mas? Coba aku mau
u pulang. Kalau kamu sudah ngantuk, tidur dulu
ta saja rasanya nggak bisa. Bolak-balik melihat jarum jam. Menurutku ini bukan
ang. Kutelepon nomer tak dikenal yang dipakai Mas Bima
mobil Mas Bima mulai masuk ke garasi.
nenteng map, mungkin berkas yang dia maksud tadi. Ap
Melepas sandal dan menatanya di ra
di sana," ucapnya mencoba meyakinkan. Aku hanya mengangguk pe
dulu, Dek. Tolong masu
ikannya padaku. Lagi-lagi aku hanya
u kan sudah mandi. Kok sekarang
a mencari alasan. Bola matanya melirik ke kanan dan ke ki
h berumah tangga dengannya, aku cukup tahu jika saat ini d
Tidur juga nyenyak," ucapnya lagi. Dia t
membuat kopi untuk sekadar menghangatkan bada
aos abu-abunya. Bau parfum yang menempel di kaosnya saat ini berbeda, bukan seperti yang biasa dipakai Mas Bima. Kuhirup beb
selingkuh dengan ses
ri kamar mandi deng
n kamu malam-mala
*