dingin ini, kulihat Mas A
wajah yang beberapa sa
begitu kusegani. Tak menyangka ia
nahan sabar. Wajah itu, entah kenapa seperti menampakkan sen
ti tak mau tahu. Aku penasaran, jika mereka b
udi banyak pada Pak Handoko. Salah s
am tak me
a dibolehkan lelaki menikah
yang lalu ia meminta maaf dengan lembut. Namun, sekarang b
tak juga bersuara. Hanya butiran keringat s
Aku sendiri. Masalah ini harus selesai dengan carak
capku. Aku harus kuat, sekuat tenaga ku
senyum. Senang se
perlu dikhawatirkan lagi. Ririn s
as Arman. Ia seraya
an bapakmu. Aku ingin lihat kesungguhan c
ah ucapan bapaknya. Namun, tern
Bagai ada petir di siang bolong, tubuh
hendak melesak ke luar. Bagaimana ini? Apa y
ar Bapak tertawa dengan keras. Ibu mertua meng
tidaknya aku tak
yarat, Pak." Dengan
t lalu riuh dengan suasan
rahku. Terlihat Ibu mertu
adu Ririn sebelum memutuskan Mas Arman
an napas dari
tu kaya lagi. Ya setidaknya pas dengan Arman. Pokoknya mantu idaman ibu, de
it di dalam sini. Sakit sekali. Ia sepe
ir bagus, cantik, besan yang bisa dibanggakan. Apa
ni tak hanya pandai menghabiskan ua
ela meninggalkan karirku yang tak hebat demi berbakti pada keluarga ini. T
us keluar ini. Aku rela pindah dan jauh dari orang tua demi Mas Arman fokus pada pekerjaannya.
h saat mengingat ada anak
ak. Setelah itu, Ririn aka
bicarakan hal ini lagi.
ulang ke rumah kami. Aku diam sepanjang jala
rga suami memintaku agar mau dimadu. Ah, bukan memi
k pernikahan keduanya, ternyata hanya diam. Bagai ker
n. Namun, ada Haidar. Anak lelaki lima tahun, buah cin
h yang kudapatkan. Mendapatkan suami tampan, pekerja keras, dan yang terpen
a terutama sang ibu, Mas Arman tetap maju. Ia memperju
tinggal berjauhan dengannya. Mulai dari tempat tinggal, model rumah, dan hal-hal sepel
a. Sampai permintaan tak masuk aka
ku. Saat ini kami sudah berada di rumah k
mengusap punggung Haidar
ucap M
berg
sa nolak,"
erlontar juga dari bibirku. Sekuat
bisa, Rin
enapa?"
bu dan Bapak?" Ia
," ucapku
jah penuh l
kit pengorbananmu, Rin." Mas
erkorban. Aku berhenti bekerja, jadi babu di rumah ibunya, berus
Mas mohon. Mas hanya ingin
a kedua mertuaku. Bagi mereka Mas Arman bukan
udah siap apapun kep
an terb
keputusanm
a akan tah
ut dengan keputusanku? Bahkan sepertinya bu
sam