/0/2834/coverbig.jpg?v=adf507028e4f3f79b0285199008acca1)
Ririn harus menelan pil pahit ketika ia berkunjung ke rumah mertuanya. Ia diberitahu bahwa suaminya, Arman, akan melangsungkan pernikahan. Dan, pernikahan itu tetap akan dilaksanakan meski ia tak merestui. Mau tak mau Ririn harus rela ia dimadu. Asal ia yang mengurus semua persiapan pernikahan mereka. Namun, ternyata itu hanyalah akal-akalan Ririn agar bisa memberi mereka pelajaran. Saksikan keseruannya dalam cerita Terpaksa Dimadu.
Di ruangan yang harusnya dingin ini, kulihat Mas Arman bercucuran keringat.
Kupandangi satu persatu wajah yang beberapa saat lalu begitu kuhormati.
Bapak mertua. Orang yang selama ini begitu kusegani. Tak menyangka ia akan tega melakukan hal ini padaku.
Ibu mertua. Wanita yang selama ini dengannya aku berusaha menahan sabar. Wajah itu, entah kenapa seperti menampakkan senyum kemenangan. Tutur lembutnya sejak dahulu memang pura-pura.
Para ipar. Kakak-kakak dari suamiku ini seperti tak mau tahu. Aku penasaran, jika mereka berada di posisiku apa yang akan mereka lakukan.
"Jadi gimana, Rin? Bapak berhutang budi banyak pada Pak Handoko. Salah satu caranya ya hanya itu," ucap Bapak.
Aku terdiam tak menanggapi.
"Lagi pula, bukankah di agama dibolehkan lelaki menikah sampai empat kali," ucap Ibu.
Aku mendongak menatapnya. Ajaib sekali wanita ini. Sesaat yang lalu ia meminta maaf dengan lembut. Namun, sekarang belum juga ada satu jam ia berkata seolah ini hal yang mudah.
Aku menatap Mas Arman. Lelaki itu sejak tadi tak juga bersuara. Hanya butiran keringat sebesar biji jagung yang menetes dari dahinya.
Aku menghela napas panjang. Kucoba memupuk kekuatan. Aku sendiri. Masalah ini harus selesai dengan caraku. Tak ingin kulibatkan keluarga yang ada di kampung.
"Ririn terserah Mas Arman saja, Pak," ucapku. Aku harus kuat, sekuat tenaga kutahan agar tak menangis di depan mereka.
Kulihat Bapak tersenyum. Senang sekali sepertinya.
"Nah, Arman. Sudah beres. Apa yang perlu dikhawatirkan lagi. Ririn sudah setuju," ucapnya pada suamiku.
"Tapi, Pak," ucap Mas Arman. Ia seraya melihat ke arahku.
Ayo, Mas. Kenapa diam? Ayo tolak permintaan bapakmu. Aku ingin lihat kesungguhan cinta yang selama ini kau selalu ucapkan.
Aku menunggu Mas Arman menyanggah ucapan bapaknya. Namun, ternyata jawabannya di luar dugaan.
"Ya, sudah. Kalau begitu Arman setuju." Bagai ada petir di siang bolong, tubuhku bergetar mendengar ucapan Mas Arman.
Sekuat tenaga aku menahan bulir bening yang hendak melesak ke luar. Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Aku tak mau ini terjadi.
Bersamaan dengan hancurnya hatiku, aku mendengar Bapak tertawa dengan keras. Ibu mertua mengucap syukur. Bahagia sekali sepertinya mereka.
Harus kucegah, setidaknya aku tak mau sakit sendiri.
"Tapi, Ririn punya syarat, Pak." Dengan lantang aku berucap.
Ruangan yang beberapa saat lalu riuh dengan suasana sukacita mendadak senyap.
Semua mata memandang ke arahku. Terlihat Ibu mertua mengerutkan keningnya.
"Ririn mau calon bertemu dengan calon madu Ririn sebelum memutuskan Mas Arman boleh menikah lagi atau tidak," ucapku.
Terlihat helaan napas dari Bapak dan Ibu.
"Oh, tenang aja, Rin. Nanti kamu pasti suka. Anaknya baik, cantik, sudah gitu kaya lagi. Ya setidaknya pas dengan Arman. Pokoknya mantu idaman ibu, deh." Ibu mertua begitu antusias membicarakan wanita yang akan menjadi maduku.
Saat ia mengatakan itu, ada yang tercubit di dalam sini. Sakit sekali. Ia sepertinya menyadari perubahan di wajahku.
"Ibu juga mau merasakan punya mantu kaya, Rin. Karir bagus, cantik, besan yang bisa dibanggakan. Apalagi Arman anak lelaki satu-satunya," ucapnya lagi.
"Setidaknya, calon mantu ibu yang ini tak hanya pandai menghabiskan uang suami saja," ucapnya menyindirku.
Bagaimana ia memandangku selama ini? Ah, aku tahu aku tidak kaya. Akupun rela meninggalkan karirku yang tak hebat demi berbakti pada keluarga ini. Tapi, tak bisakah itu mengambil hatinya. Kebaikanku selama enam tahun ini.
Tak bisakah ia melihat perjuanganku yang bertaruh hidup dan mati demi melahirkan generasi penerus keluar ini. Aku rela pindah dan jauh dari orang tua demi Mas Arman fokus pada pekerjaannya. Jarak tempuh satu jam membuat Mas Arman capek kalau harus bolak balik dan aku mengalah demi itu.
Mendadak aku menjadi rapuh saat mengingat ada anak yang harus diperjuangkan.
"Ririn minta secepatnya, Pak. Setelah itu, Ririn akan beri keputusan," ucapku.
"Oh, tentu. Besok kita bicarakan hal ini lagi. Lebih cepat lebih baik."
Setelah pembicaraan itu, aku dan Mas Arman pulang ke rumah kami. Aku diam sepanjang jalan. Ia pun tak berusaha mengajakku mengobrol.
Aku Ririn sebenarnya sangat sakit hati ketika keluarga suami memintaku agar mau dimadu. Ah, bukan meminta sepertinya. Tapi, memaksa. Mau tak mau harus mau.
Suami yang aku harapkan menjadi tameng dan mau menolak pernikahan keduanya, ternyata hanya diam. Bagai kerbau dicicil hidungnya oleh burung gagak ia hanya diam.
Saat itu, rasanya ingin sekali aku berteriak perceraian. Namun, ada Haidar. Anak lelaki lima tahun, buah cinta aku dan suami yang harus diperjuangkan masa depannya.
Menikah dengan Mas Arman enam tahun lalu, merupakan sebuah anugerah terindah yang kudapatkan. Mendapatkan suami tampan, pekerja keras, dan yang terpenting sangat mencintaiku membuatku menjadi wanita paling beruntung di dunia.
Dahulu, meski penolakan datang bertubi dari keluarganya terutama sang ibu, Mas Arman tetap maju. Ia memperjuangkan hubungan kami sampai Ibu mertua mau menerimaku.
Tapi, sepertinya ia belum sepenuhnya menerimaku. Karena, sejak menikah kami tak boleh tinggal berjauhan dengannya. Mulai dari tempat tinggal, model rumah, dan hal-hal sepele dalam kehidupan pernikahan kami semua diatur olehnya. Baik Bapak maupun Ibu mertuaku.
Aku berusaha sabar dan menurut saja. Sampai permintaan tak masuk akal itu terlontar dari mulut mereka.
"Rin ...," lirih Mas Arman memanggil namaku. Saat ini kami sudah berada di rumah kami. Tak jauh dari tempat tinggal mertuaku.
"Hmm." Aku menjawab sambil mengusap punggung Haidar yang sedang tertidur pulas.
"Maaf," ucap Mas Arman.
Aku bergeming.
"Mas gak bisa nolak," ucapnya lagi.
"Kenapa?" Akhirnya pertanyaan itu terlontar juga dari bibirku. Sekuat tenaga aku berusaha menahan tangis.
"Mas gak bisa, Rin," ucapnya.
"Iya, kenapa?" desakku.
"Kamu tahu, kan Ibu dan Bapak?" Ia balik bertanya.
"Aku tahu," ucapku singkat.
Terlihat wajah penuh lega di sana.
"Mas minta dukungan dan sedikit pengorbananmu, Rin." Mas Arman menggenggam tanganku.
Pengorbanan? Apa lagi ini? Bukankah selama ini aku yang banyak berkorban. Aku berhenti bekerja, jadi babu di rumah ibunya, berusaha menurut meski hati tak mau. Lalu pengorbanan seperti apa lagi?
"Mas minta kamu mau dimadu. Mas mohon. Mas hanya ingin berbakti," tutur Mas Arman.
Berbakti. Ya, itu yang selalu dijadikan senjata kedua mertuaku. Bagi mereka Mas Arman bukan anak berbakti karena memaksa menikah denganku.
"Kalau begitu, Mas sudah siap apapun keputusanku?" tantangku.
Mas Arman terbelalak.
"Memang apa keputusanmu?" tanyanya.
"Besok kita akan tahu," ujarku.
Kita lihat besok, Mas. Apa kamu akan terkejut dengan keputusanku? Bahkan sepertinya bukan hanya kamu saja, tapi Ibu dan Bapak juga.
Bersambung
Tak ada angin tak ada hujan, Mas Ibram, suamiku menghilang begitu saja. Hanya secarik surat yang ia tinggalkan. Dan isinya membuat hatiku remuk redam. Aku ditalak. Entah apa salahku sampai ia tega menalakku, lewat surat pula. Tapi, aku tak akan tinggal diam. Akan aku cari ke mana perginya Mas Ibram dan meminta penjelasan darinya.
Suci terusik dengan suara bayi yang ia dengar saat menelepon suaminya. Namun, ia tak ingin berburuk sangka pada suaminya. Hingga, kejanggalan demi kejanggalan ia temui. Subscribe sebelum membaca ya...
Blurb Kehidupan rumah tangga, tak lengkap jika sang malaikat kecil belum hadir. Lima tahun sudah kami mengarungi bahtera rumah tangga. Namun, tanda-tanda malaikat kecil belum hadir juga di rahimku. Segala cara sudah kami coba. Namun, tak ada satupun yang berhasil. Hingga suatu hari, seorang bayi perempuan ditinggalkan seseorang di depan rumah kami. Awalnya kami akan melaporkannya pada ketua RT. Namun, sebuah ide gila hadir di otakku. Dan suami menyetujuinya. Kami mengadopsi bayi itu dan memberikan nama keluarga suami padanya. Entah apa yang terjadi tanpa sepengetahuanku. Segala kejanggalan terjadi semenjak bayi itu datang. Mulai dari liontinku yang hilang ada pada bayi itu, sampai sikap suamiku yang tiba-tiba berubah. Bayi itu seakan menjadi pusat utama dunianya. Bukan karena aku cemburu, tetapi sikapnya sangat berlebihan. Semuanya menjadi aneh, terlebih banyak hal-hal yang disembunyikan dariku. Suamiku, Papa dan Mama mertua, dan yang lebih mengherankan pembantu di rumahku. Akankah semuanya akan terbongkar? Dan dapatkah aku bisa menghadapi semuanya?
Setelah tiga tahun menikah, Becky akhirnya bercerai dengan suaminya, Rory Arsenio. Pria itu tidak pernah mencintainya. Dia mencintai wanita lain dan wanita itu adalah kakak iparnya, Berline. Suatu hari, sebuah kecelakaan terjadi dan Becky dituduh bertanggung jawab atas keguguran Berline. Seluruh keluarga Arsenio menolak untuk mendengarkan penjelasannya, dan mengutuknya sebagai wanita yang kejam dan jahat hati. Rory bahkan memaksanya untuk membuat pilihan: berlutut di depan Berline untuk meminta maaf, atau menceraikannya. Yang mengejutkan semua orang, Becky memilih yang terakhir. Setelah perceraian itu, Keluarga Arsenio baru mengetahui bahwa wanita yang mereka anggap kejam dan materialistis itu sebenarnya adalah pewaris keluarga super kaya. Rory juga menyadari bahwa mantan istrinya sebenarnya menawan, cantik, dan percaya diri dan dia jatuh cinta padanya. Tapi semuanya sudah terlambat, mantan istrinya tidak mencintainya lagi .... Namun, Rory tidak menyerah dan tetap berusaha memenangkan hati Becky. Apakah Becky akan goyah dan kembali ke sisinya? Atau akankah pria lain masuk ke dalam hatinya?
"Aku sangat membutuhkan uang untuk membayar biaya pengobatan Nenek. Aku akan menggantikan Silvia untuk menikahi Rudy, segera setelah aku mendapatkan uangnya." Ketika saudara perempuannya melarikan diri dari pernikahan, Autumn terpaksa berpura-pura menjadi Silvia dan menikahi Rudy. Satu-satunya keinginannya adalah bercerai setelah satu tahun. Rudy adalah pria yang sangat kaya dan berkuasa. Namanya telah dikaitkan dengan banyak wanita. Rumornya, dia punya pacar yang berbeda untuk setiap hari dalam setahun. Mereka tidak menyangka bahwa mereka akan jatuh cinta dengan satu sama lain.
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
Niat untuk melamar pekerjaan sebagai pengasuh, karena membutuhkan pekerjaan tambahan demi menyambung hidup dan membiayai pengobatan ayahnya, justru mengantarkan Laura pada kegilaan Greyson yang merenggut kesuciannya, dan mengikat untuk menjadi pemuas nafsu. Akankah Laura bersedia menjadi budak pemuas Grey demi sejumlah uang untuk pengobatan ayahnya?
Bagi publik, dia adalah sekretaris eksekutif CEO. Di balik pintu tertutup, dia adalah istri yang tidak pernah diakui secara resmi. Jenessa sangat gembira ketika mengetahui bahwa dia hamil. Tapi kegembiraan itu digantikan dengan ketakutan ketika suaminya, Ryan, menghujani kasih sayangnya pada cinta pertamanya. Dengan berat hati, dia memilih untuk melepaskan pria itu dan pergi. Ketika mereka bertemu lagi, perhatian Ryan tertangkap oleh perut Jenessa yang menonjol. "Anak siapa yang kamu kandung?!" tuntutnya. Tapi dia hanya mencemooh. "Ini bukan urusanmu, mantan suamiku tersayang!"