*
an karena tanpa alasan tapi wanita paruh baya bernama Lisha An
erman S
i seorang janda beranak satu, Lisha punya kewajiban memperkenalka
t dirinya di kaca cermin. Sudah lama ia hidup sendiri, sudah barang t
nya Bri di ambang pintu, melongok mamanya yang masih mema
da putrinya penuh bahagia. "Bri, coba sini sayan
kit menghempaskan diri di ranjang, Bri melihat mamany
menunjukkan gaun merah sepanjang bawah lutut dengan lengan pendek. Akse
aunnya lebih sopan daripada
i." Lisha Andini tersenyum puas lalu melepa
enasaran sembari terus mengamati mam
akan malam di Alexandra Resto. Mama pengen kenalin seseorang
ya, dahinya berkerut tak mengerti.
andan yang cantik ya. Mama sibuk nih," ucap
ya. Terus berpikir tentang seseorang yang istimewa, Bri melakukan instruksi maman
*
apa hidangan yang mereka pesan. Beberapa yang lainnya tengah asyik menyaksikan
Resto adalah restoran terkenal kedua di kota ini," ucap Br
k bisa ditandingi dengan banyaknya uang. Gak papa ini rejeki Alexa
daftar menu dan kembali setia menunggu o
Bola mata Bri memutar, ia membelalakkan mata ketika tahu siapa sosok tersebut. Bukan sosok spesial ya
eino. Wajah keduanya mendadak pucat keti
but, mereka terlihat begitu akrab dan bahagia
ut pada Lisha Andini. Wanita paruh baya
jawabnya deng
ya-tanya, Bri dan Rheino kembali d
i Mama." Wanita paruh baya dengan danda
tu shock. Om Herman tersenyum padanya namun gadis b
ri juga bisa terima Om apa adanya." Om Herman bertutur dengan lembut, sesekali
Bagaimana ia tidak terguncang jika pria di had
berparas tak kalah tampan di sampingnya. "Ini Rheino Devgantara. Sepertinya usia kalian sebaya,
jadi Bri bisa panggil Rheino kaka
punya adek perempuan." Akhirnya mereka kembali terta
g begitu berbahagia, sepasang kek
kembali. Seperti yang kalian tahu, selama ini kami selalu sendiri. Kami lelah. Mak
orangtua, mereka berharap jika anak-anak mereka bisa memb
suara Rheino benar-benar men
h pikirkan hal ini masak-masak?" tanya Rheino dengan
mu sudah memikirkannya jauh-jauh hari. Pernikahan bukanlah hal untuk main-main. S
annya meremas kuat. "Baiklah jika itu mau ka
ela, ia beranjak bangun lalu secepat kilat meleng
isha pada putrinya d
h Lisha dengan wajah resah. Herman merangkul w
," sahut Rheino lalu beranjak b
tap Rheino penuh harap. Pria muda itu meng
*
entikan langkah, ia belum juga berbalik hingga akhirnya Rheino menarik tangan Bri dan
. Bibirnya bergetar, ia tak sanggup mengatakan a
amu juga sama. Mereka bertemu dan it
gumam Bri pelan. Gadis itu akhirnya hanya bisa menangi
penting dari segalanya. Papa aku sangat mencintai mamamu, begitupun sebaliknya. Kita tidak bisa egois karena kita tidak mau dianggap durhaka. Kita tidak tahu berapa panjang umur
Bri tak sanggup melanjutkan ucapannya ketika terlinta
ingin menghindar dengan apa yang sudah aku lakukan tapi ..., m
*