img Grafiti Dinding Hati  /  Bab 2 Dua Sahabat | 7.69%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Dua Sahabat

Jumlah Kata:2281    |    Dirilis Pada: 18/11/2021

it

it tergesa menuju pintu utama. Ia pun berbalik ke arah sumber suara. Terl

yang berisi kopi pahit. Sambil menyeruput cairan hitam pekat yang m

rak menuju meja makan, mendekati Cahyo. Setelah mendaratkan ciuman di pipi k

yo menggeser kursi yang did

an." Citta berusaha menahan ayahnya agar

skan nasi goreng Ayah?" Cahyo kembali

mbil kotak makan dulu ya ag

an memanaskan

ang melangkah me

eh untuk melihat putrinya yang tengah me

Citta sambil menggerakkan gelas p

nyum. Ia pun kembali melanjutkan

g. Bukannya menjawab, Cahyo justru mengacak rambut putrinya. Ia merasa gemas den

, telan dulu makanannya.

sesekali melihat

i, Yah." Jawab Citta sambil meletakkan kotak makan di a

ab terus kalau

Goda Citta sambil tersenyum lebar. Cahyo tidak menjawab

k tadi." Citta menatap ayahnya penuh rasa bersalah. Selain karena tidak sempat memasak makanan un

Ayah, mengajak makan siang seka

an siap

Ruste

berusaha mengingat nama juga sosok

enutup mulut yang terbuk

Tanya Cahyo deng

nya sedang berusaha mengingat sah

ngat penasaran." Pancing Cahyo yang

an keluarga dengan Om Johan? Nama belakang mereka sama-sama Rustenburg." Citta sibuk membu

g, putra semata wayang sahabatnya. Ingin rasanyanya Cahyo bertanya lebih jauh tentang Wi

condongkan tubuhnya ke arah Cahyo. Bersiap mendapat pelukan, kecupan di pipi

ng. Hati-hati ketika menyetir ya." Kalimat Ci

itta menekan tuas pintu mobil agar terbuka, Cahyo melontarkan satu per

yang ingin A

a,

nal William

pasang matanya melirik ke arah ki

a media begitu menggilainya. Hampir setiap saat wajahnya muncu

serius?" Kejar Cahyo yang tampak

sanya Citta berlari menuju ruang kelas. Ia tidak ingin terlambat hadir sehingga tidak bisa mengikuti kuis. Citta

al

gan lupa na

gar suara sahabatnya

, Johan." Nada menyidir Cahyo kini memb

iat mengingatkanmu.

g yang ingin kubicarakan denganmu." Johan memberi ga

suatu denganmu, Johan. Baiklah, kita b

u akan

ja, sepasang mata Cahyo tetiba melihat pada pigura yang terpajang di atas meja kerjanya. Foto Citta bersama dirinya ketika mereka sedang liburan ke Yogyakarta. Tangan Cahyo terg

an mengusahakan yang t

a dengan senyum tipis yang

selembar kertas yang ditekuk menjadi tiga bagian. Bagian terluar dari

eperti ini. Biasanya tinggal mengirim berkas ke aplikasi pesan." Ra

Hebat." Ratih menepuk pundak sahabatnya. Ia tidak pernah menya

i kok sepertinya aku tidak sanggup ya?" C

siang lho. Untung kita tidak ada kelas." Ratih mengingatkan Citta

aku ya

dak mau diusir dan menjadi pusat per

sai, kabari aku ya. Kita bertemu di hall." Ratih mem

Cahyo kemudian memeluk sahabatnya. Cahyo tertawa mende

. Aku justru sangat berterima kasih karena Tuan Rustenburg bisa datang ke sini." Cahyo be

ak dengan nama kecilku." Johan memperlihatkan e

rus perusahaan kecil juga sering kelelahan. Terlebih akhir-akhir ini aku merasa kesehatanku menurun.

ap sahabatn

h menemui

i dokter pribadiku, Citta pasti akan cemas. Kau tahu

n memberi saran. Cahyo cepat menggeleng,

Citta sem

nglah Dokter Budi

a. Kau seperti tidak tahu dedikasinya saja." Lagi-lagi Cahyo melayangkan sindiran untuk sahabatnya. Mendengar kalimat sahabatnya,

ntukmu." Kalimat Johan terdengar seperti perintah yang harus dipatuhi

Dokter Andrew. Dokter ekspatriat seperti Andrew tentunya memasang tarif yang luar bias

lakan sahabatnya. Cahyo sahabatnya t

yo. Ia juga menyandang nama R

khir-akhir ini dikhawatirkannya benar-benar menyiksa dirinya. Cahy

dengan suara lirih. Mendengar kesediaan sahabatnya, Johan segera meraih ponselnya yang tergel

ini. Sekarang hubungilah Citta. Ka

dengan gerakan perlahan. Ia mengetikkan p

rlambat pulang karena harus mem

trinya membalas pesann

ah sekaligus makan m

g melihat temannya tidak bersemangat kemudian meraih ponsel Cahyo. Sen

mu." Johan memuji Citta sambil menarikan jemari

i rumah Om Johan. Alamatny

irim Johan. Seketika matanya t

atmu? Bisa-bisa Citta menyusu

a tidak mengetahui apa pun, meskipun

aku terpilih. Bye bye hidup santai." Citta tertunduk lesu sambil menceritakan

Kamu menulis skripsi

2 selama dua tahun. Secara keseluruhan aku menghabiskan lima tahun kuliah kemudian

u artinya kamu akan memiliki gelar tambahan

endirian di sini." Citta menatap sahabatnya dengan pandangan sayu. Ratih yang ditatap seperti itu, iba juga. Ratih melihat cita-cita yang b

mbil program fa

enuh kesungguhan dan t

udah sangat lapar." Ratih mengelus perutnya dengan gera

di tidak ke ruang b

a ke kantin sendirian." Ratih mem

dak segera aku khawatir tida

i menuju kantin. Lima menit lagi jam makan sian

dang penuh harap pada sahabatnya yang seda

ma

an M

Jalan Mawar merupakan lokasi perumahan

itta tidak segera menjawab. Ia lebih memilih mengh

k d

sana. Di ru

?" Ratih bertanya dengan hati-hati setelah

stenburg, ayah dari

hmu, Citta. Aku akan mengant

sahabatnya p

uk a

bisa bertemu William." Ratih menangkupkan kedua tangannya di pipi. Kelopak matanya berkedip lebih cep

njemput ayahnya. Membayangkan dirinya yang pasti gugup serta salah tingkah ketika bertemu William membua

kau bisa m

l ber

ngan tangan kirinya. Ia mencoba memperkirak

ukul sembi

a belanja do jam itu. Kenapa

ohan juga pasti masih sibuk di kantornya. Pastiny

ku melihat langsung wa

dengar apa yang di

Sahabatku

askan kekecewaanku dengan belanja bersama m

taksi

ati-hati y

Kan kita masih ada satu kelas lagi." Citta men

. Capek. Lagipula d

mengisikan daftar hadirmu, ya." Citta senga

saja." Jawab Ratih santai sambi

untuk berpisah arah. Tentu saja Citta tidak akan m

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY