irku akan m
linga Cahyo, tepat setelah lelaki berusia lima puluhan tahun itu
i ke rumahmu. Apa kamu sudah berada di rumah sekarang?" Terdeng
awab Johan dengan beberapa kata iya, Cahyo mengakhiri panggilan. Detik berikutnya, Cahyo terlihat mengemasi berkas-berkas yang berserakan di atas meja kerjanya. Ketika pekerjaan mer
ngan sekar
rjuang, Cahyo mulai merasakan napasnya kembali teratur. Nyeri di dadanya juga telah menghilang. T
makan malam dulu." Johan mengiringi Cahyo menuju meja mak
olak. Ia sangat ingin segera bertemu
han terdengar enggan mendengar
tepat waktu. Apa Citta
sendirilah yang justru abai dengan dirinya sendiri. Cahyo suka tidak jujur pada Citta, terlebih dalam urusan makan. Kebiasaan Citta yang tidak menemaninya makan dimanfaatkan Cahyo dengan baik. Se
tu saya menghabiskan
dak makan." Pak Edi
makan tadi
ang, Pak. Makan m
n bicara saja. Cepat
Andrew memberi kode pada Johan untuk k
a diri saya." Suara Cahyo yang sedikit bergetar karena panik berhasil menahan lang
ak Cahyo selama ini tidak pernah makan dengan teratur?" Tanya Andrew penuh selid
iri Cahyo. Sementara Johan menatap sahabatnya lekat,
lebih memilih meninggalkanku dan Citta." Cahyo bicara dengan berbisik kemudia
aku juga memi
?" Johan langsung me
u dengannya. Bulan depan ia akan genap dua puluh dua tahun, tapi hingga d
han mencoba menegaskan kalimat Cah
a. Sepanjang yang aku tahu, hany
rtanya dengan suara teramat li
is. Padahal, Citta terlalu asyik belajar sehingga lupa bersosialisasi dengan lebih banyak orang. Terutama laki-laki. Itulah kenapa Cahyo menyimpan kekhawatiran ber
ti di
eperti di neraka. Panas, penuh gejol
bertanggung jawab pada istri dan anaknya. Cahyo juga tidak memarahi Se
an apa yang telah diberikan Cahyo. Ia selalu mencari-cari kesalahan suaminya. Mengada-ada tentang kekurangan suaminya pada teman-temannya. Pun
irnya, Citta pun berinisiatif membuat puding. Puding buah-buahan menjadi pilihan Citta setelah melihat buah kalengan yang tertata rapi di meja dapur. Sambil menunggu puding mengeras, Ci
onsel dari dalam sling bag-nya. Ia hendak menelepon ayahnya, menanyakan ap
o, A
apa,
yah berbeda.
anik karena ayahnya tid
, Ay
. Tadi ayah baru bersin se
ar jawaban ayahnya. Ia benar-ben
h Om Johan sekarang, menjemput Ayah." Citta meraih tas kerta
yah mau pulang." Cahyo
alan, Yah. Sampai
.. t
membuat Cahyo terlihat panik. Dengan
Johan dan Andrew
sini." Cahyo menatap Joh
era mengangguk, tapi tidak dengan Andrew. Dokter itu merasa bahwa Citta sebagai satu-satunya ke
Cahyo mengikuti Johan disusul Andrew yang tampak berpikir keras.
ruang tamu. Obrolan ketiga orang dewasa itu pun seketika terhenti. S
lliam sambil berdiri. Tanpa segan, Cahyo berjalan
liam menyambut uluran tangan Cahyo kemudian m
i bagaimana kabarnya?" Wil
uga b
permisi
posisi tubuhnya untuk me
ari duduknya kemudian menga
g kita makan.
menunggu William?" Cahyo m
menyusul."
ap Johan, meminta persetujuan sahabatnya. Johan dan A
ke
alam saku. Tepat ketika William menginjakkan kaki pada a
mbil menggerakkan tangannya, mena
hnya yang tegang. Citta benar-benar tidak menyangka ji
Jawab William d
agi dengan suara bergetar. Sungguh ia b
w. Silakan masuk." William menggeser tubuhnya un
uju meja makan. Citta yang berjalan tepat di belakang William merasa jantungnya berdebar
." Johan beranjak dari dudukny
meraih tangan Johan kemudian menciumnya ta
enak Citta. Selama ini pujian yang mengatakan bahwa ia telah dewasa tidak pernah bermakna positif karena ujung-ujungnya pertan
h tingkat tiga." Cahyo terlihat
hat Citta dan William muncul bersama. Rasanya
abnya tak lain dan tak bukan adalah William. Johan seperti sengaja mengatur tempat duduk Citta dan
." Protes William. Suaranya yang dingin dan datar
n. Seharusnya ia memilih sudut lain meja makan di mana ayahnya duduk. Akibatnya Citta kembali terserang gugup ketika memotong puding buah berbentuk lingkaran itu. Alhasil delapan bagian puding yang dipotongnya
us. Wajah Citta langsung merona menerima pujian dari J
i tertuju pada William. Laki-laki itu kemudian memotong bagian ujung puding menggunakan garpu. Se
Ujar William sambil
kai puding buah.
pa, Will?" Tanya Cahyo cepat. Wi
Entahlah saya sendiri sang
yang Citta pilih untuk men
ing atau tidak? Citta sibuk b
ll. Kalau kamu mau ia bisa me
atas tawaran
ndak mengatakan sesuatu pada papanya, namun ke
kan serbet makan yang berada di pangkuannya ke atas meja. Ia kemudian berjal
yang serta merta mengh
Pinta Johan. William hendak menolak perinta
Om. Saya bisa
ah malam. Kam
am mengatakan kata demi kata dengan penekanan yang kentara.
nta tolong sopir
an Mobil Papa atau mobilmu sendiri." Johan masih teguh pada pe
suaranya. William mendengus melepaska
wabnya sambil berlal
am duduk di belakang kemudi. Cahyo yang merasa sang
uka memaksa." William berkata
k Citta maupun William tidak ada yang b
ng?" Suara Cahyo dari arah
m, Om." Jawab
tkan genggamannya pada kemudi. Citta yang sedari tadi
nya. Citta membuat kesimpulan sendiri set
Bisik Citta. Willi
enak punya banyak teman yang bisa d
dan gaya hidupnya. Yang pasti, kini giliran Citta yang wajahnya pucat pasi mendengar jawaban William.
tkan, Will. Batin Citta samb
ti-hatian, Citta mengambil ponsel dari dalam tasnya. Jemarinya begitu linc
h memastikan pesannya terkirim, Citta mematikan p
*