ini akan menjadi salah satu hari yang bersejarah dalam hidup Citta. Pada hari ini Citta akan dikukuhkan sebagai guru besar di universitasnya. Selain predikat sebagai guru besar, akan ada "gelar" t
i pengakuan rektor atas pencapaian ge
eraih tingkat tertinggi dalam jabatan fungsional di dunia akademik. Citta berhasil menjadi guru besar di usia yang terbilang sangat muda, yakni tiga pu
a menggugah Citta dari lamunannya. Dengan perlahan ia berdiri dan memosisikan dirinya
menghadap ke arah datangnya serombongan orang yang memakai toga
awa acara. Citta kemudian menoleh ke sisi kanannya. Johan Rustenburg, ayah mertua Citta, setia mendampinginya di sana. Sesekali Joh
sisi kanan Johan yang kosong. Sedianya kursi di samping kanan Citta adalah untuk William, suaminya. Dan kursi kosong di sisi kanannya lagi adalah untuk Johan. Namun,
William menggenggam tangannya, mengalirkan ketenangan melalui sentuhan jemarinya yang lembut. Seandainya William menyaksikan dirinya memberi pidato pengukuhan, tentu lelaki it
." Johan yang tetiba bersuara kontan
atanya berkaca-kaca. Ia menyadari bahwa dukungan
mbuh Citta sambil berkali-kali memperbaiki pos
masuk." Ujar Citta lirih. Johan iba melihat menantunya. Dalam hati,
arkan pertanyaan yang tidak bisa dijawab Johan. Daripada menjawab pertanyaan Citta, Johan memilih unt
n berdiri." Suara pembawa acara sukses menyingkirkan kecamu
buh. Pandangannya lurus ke depan dengan sedikit mengangkat dagu. Citta kini terlihat
asal dari Belanda. Namun lebih dari empat puluh tahun bermukim di Indonesia membuat Johan sudah seperti orang Indonesia asli. Satu hal yang membua
aru saja dikukuhkan sebagai guru bes
Citta mengedarkan pandangannya yang kini lebih leluasa, menyapu seluruh hadirin yang datang. Untuk beberapa detik lamanya
adalah mustahil. Dengan memaksakan sebuah senyum getir, pandangan Citta
dirin yang mendengar. Kecuali Johan. Ya, Johan tahu jika Citta sangat menantikan kehadiran William. Sorot mata Johan yang tak henti terarah pada Citta menangkap bulir bening yang ter
*