koridor kampus cukup ramai sehingga teriakan Ratih mampu teredam dan tidak terlalu mencuri perhatian
luk sahabatnya erat. Pelukan Ratih yang erat sukses mengunci le
Napasnya benar-benar tersengal karena sepasang lengan Ratih yang me
eringis melihat wa
indir Citta sambil merapikan k
rdosa. Citta mengepalkan kedua tangannya ke
geraskan suaranya, terutama ketika menyebut nama William. Sontak Citta membekap mulut Ratih. Bahkan, Citta
gan sahabatnya yang menjengkelkan luar biasa hari ini. Ratih terlihat ingi
ji d
tangannya dari mulut Ratih begitu melih
t, tapi melihat Citta yang mendelik
rah padamu." Citta berk
ahabat itu saling diam. Citta memungut bukunya yang terjatuh dalam posisi t
h selidik. Yang ditanya hanya memamer
mm
ak dari duduknya kemudian melihat ratih yang tengah
Citta sambil meraih tangan Ratih tidak
sti di sana sepi." Tawar Ratih
ol
sepasang alisnya jenaka. Citta menggeleng melihat tingkah sahabatnya. Namun, bukan Citta
ke
angan kanannya memegang gelas plastik berisi jus buah. Citta tidak segera memenuhi per
sabar melihat Citta yang masih saja menyed
menuju tempat sampah terdekat. Tak lama kemudian
kan sepasang matanya untuk melihat ke sudut kiri atas. Ia tengah meng
ita." Ratih memukul p
menjemput ayah. Ternyata ada Willia
kali. Kamu kaget tidak?"
sa s
ngatakan yang sebenarnya pada Ratih bahwa dia sangat gug
mudian meneliti wajah Citta, melihat apakah ada perubahan rona wajah atau ekspresi dari sahabatnya. Se
hela napas lega. Hampir saj
lian salin
id
ih. Itu kan kesem
mpatan untuk me
nap
gsung mengajak semua
ua o
na selain ayah, om Johan, dan
lookin
engingat-ingat sosok yang
. Sementara Andrew memanggil Om Johan dengan Jo, saja.
ai aja hanya panggil nama. Bebas. Kalau di kita? Bisa dicap kurang ajar."
ya dia diundang untuk mem
u saki
engatakan apa-apa. Kata Om Jo
gguan Kesehatan apa pun." Ratih m
berpikir yang tidak-tidak, ni
tu. Doakan s
dengan baik. Apa aku batalkan saja ya k
tasi semua, Citta. Kurasa kamu juga
" Ratih berusaha mengalihkan pembicaraan
terus yang dipikirk
tta. Dia pantas diidolakan,
ak
tidak sabar. Ia benar-benar ingin tahu semua tentang William. Citta yang tubuhnya diguncang sahabatnya lebih memilih d
ekat seperti apa? Entahlah. Citta berusaha menep
pergi meninggalkan Ratih. Ratih yang merasa diabaikan sahabatnya pun ikut beranjak dari duduknya. Sebelum men
Kau pria penuh pesona.
tahan menghiasi wajahnya. Ia pun s
Buktinya aku nggak te
angan kirinya sekilas kemudian kemb
Terlalu lama di sini kam
ih. Ratih yang mendengar k
gaimana
i. Kita tidak ta
eraih tangan Citta kemudian mengajaknya pergi. Menjauh da
." Ejek Citta
nyampaikan keinginannya, yaitu menjodohkan Citta dengan William. Cahyo seperti enggan
nya memutuskan untuk menelepon Johan dan menga
a hendak menghubungimu, tapi nanti set
a kita bertemu sambil m
akan perjodohan. Namun, Johan yang merasa sahabatnya agak a
. Dokumen kerja sa
dokumen. Sebenarnya, dokumen itu masih jauh dari kata selesai karena catatan perbaik
a?" Tanya Cahyo sambil meliha
empat biasa sekitar pukul tujuh bel
ke
ata, Cahyo meng
lambat lagi karena mengurus dok
m sendiri ya? Ti
m Cahyo segera mendap
pulangnya hati
n beberapa gambar hati warna merah ia kirimkan juga. Di ujun
yah mengi
ayahnya. Biasanya sang ayah lebih memilih meng
bebani pikira
han Rustenburg adalah sahabat sejati
nya. Ia tahu bahwa Cahyo masih bergelut dengan kekhawatiran yang belum mampu ia taklukkan. Cahyo lebih memilih menderita d
g kuceritakan pa
an. Ia kemudian mengambil gelas berisi a
an terus mendesak. Cahyo menghela napas da
u mencemas
n Citta hingga kam
belum terealisasi, Johan.
an, Cahyo justru menjawab pertany
m hal
kan William d
ngan William. Sebenarnya Johan setuju dengan ide Cahyo. Johan menyukai Citta. Menurut Johan, Citta adalah gadis yang baik. Ia juga patuh
rasanya terlalu dini untuk memutuskan bahwa Citta adalah gadis yang baik, tapi tetiba Johan mendapat sebuah ide un
nlah tipe wanita yang diinginkan William. Ah, tetiba Johan merasa kepalanya pening. Ia masih belum tahu baga
pertanyaannya. Johan memejamkan mata sejena
kita nikahkan anak-a
*