orang lain, membuat seseoran
in
🍑
yang menginginkannya semua putra-putrinya datang untuk makan malam bersama. Tapi tiba-tiba yang tadinya suasana hangat
melanjutkan study di Paris. Dan tiba-tiba saja, Austin menyela dengan se
n garpu dengan kuat. Kalimat Austin benar-benar membuat Crystal kecewa. "Kau ingin pergi dari mansion agar bisa bebas? Bersena
terngiang terus
wa, bahkan pandangan wanita itu mengabur, jika Izzy mengedipkan matanya maka, air matanya pun sudah dapat dipastikan aka
Mom ikut sakit mendengarnya. Kau sama saja meny
gera pergi dari meja makan––berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Autumn pun menggelengkan kepalanya,
gar pernyataan Austin. Seperti ada ribuan jarum yang menghantam secara bersamaan. Tidak pernah terlintas sedikit p
angat berarti bagimu. Mengatakan dirimu
dunia adalah sebuah kesalahan? Jika ya, bolehkah Crystal berdoa pada Tuhan untuk mengam
engannya sedang tersenyum lembut ke arahnya dengan mata yang berkaca-kaca. "Kakak," gumam Crystal memeluk tubuh Autumn. "Apakah keberad
a nyeri ketika Crystal mengatakan kalimat itu. "Tidak... t
ustin berbicara seper
umn yang memang tahu hanya dengan melihat gelagat Austin saja. Karen
. Hampir saja ia melupakannya. Dalam hati Crystal tersenyum getir ketika menyadari kemarah
tal. "Aku hanya ingin mandiri. Bahkan tidak pernah terlintas sedikit p
l tenang, Autumn segera menemui Austin ke kamarnya
hirnya melanjutkan fokusnya pada sebuah benda
Kak," balas Autumn dengan tajam. Ia menggeram ketika melihat
ta. Jadi, tidak ada yang
tkan Austin. "Kau tahu, itu adalah kesalahan terbesarmu.
tahu apa-apa terkena imbasnya," lanjut Autumn. "Sungguh, ini pertama kalinya aku benar-benar kecewa padamu, Kak." Tu
n kecewa. Bedanya, Austin melihat Crystal sebagai seora
lalu memilih beranjak dari duduknya d
ya. Dengan perlahan, Austin berjalan menghampirinya. Ternyata, Crystal sudah terlelap. Gadis itu begitu damai, Austin menyingkirkan sur
utumn. Meluapkan segala keluh kesahnya. "Baby," gumam Austin mengusap-usap pelan
rbuka. "Kenapa kau kemari?" tanya Crystal dengan ketus begitu penglihatann
n istirahat," kata Au
saha tersenyum meskipun sorot matanya tidak bisa berbohong jika menampilkan kekec
ngarkannya dengan baik," lanj
stin dengan mata berkaca-kaca. "Maaf, maafkan aku," lanjut
dak salah. Kau benar, tidak seharusnya aku memi
menangis. Dengan cepat, ia mengusap pipi Austin yang bas
imana bisa kata itu keluar dari mulu
nangis, Kak. Aku sakit melihatnya," balasnya dengan suara ber
isa melihatnya," lanjutnya menggelengkan kepalanya, menundu