이 멈
안 졌
rhenti, b
matahari tid
e lyri
EAS
🍑
nya secara tiba-tiba. Ia bahkan menahan napasnya selama beberapa detik ketika hi
n meletakkan dagunya di at
k dijawab pun seharusnya sudah tahu. "Lukisan yang sangat indah,
a untuk menjauh dari jangkauan Austin. "Pergilah," usir Crystal dengan ketus mem
engambil keranjang buahnya yang menyisakan beberapa biji stroberi dan blueberry, ia berniat akan pergi. Tapi, cekalan Austin pada
raih bahu Crystal dan membaliknya hingga mereka berdiri berhadapan dengan manik mata yang sal
n menyingkir tetapi diabaikan pria itu. "Menyingkirlah,"
bisakah kau memberiku wa
mberimu waktu? Untuk kita b
uskan napasnya
ya menaikkan s
me," kata Au
" Tegas Crystal, "Kau terlalu mudah mengataka
n hubungan kembali sampai a
ditahap menjalin hubung
i tidak meresmikannya karena kau yang menolak,"
ena jawabanku akan sama. T
anpa status, apa ka
sudah memiliki tunangan," katanya me
uren. Aku akan memutusk
anik mata Austin dengan pandangan tak terbaca. "Sampai kau mela
ku tidak bertunangan lagi dengan Lauren.
ini!" sentak Crystal dengan bibir bergetar. Wajah
ku," balas Austin dengan pan
merembas keluar. "Kak, please. Bisakah kau bersikap
an penuh kelembutan membuat Crystal yang terkejut menjatuhkan keranjang buahnya. Kedua tangannya sontak meraih kemeja puti
unya. Austin menarik kepala Crystal semakin mendekat untuk memerdalam lumatan mereka. Gadis itu pun bahkan terlihat tidak memberontak, membiarkan Austin berbuat sesuka
danya. Baiklah, untuk sekarang dirinya kalah dan membiarkan Austin menang hanya denga
letakkannya di atas meja. Ciuman semakin dalam, Crystal meremas rambut Austin. Hingga Crystal mendesah,
ng melihat hanya tersenyum miring penuh kemenangan. Perlahan, Crystal mengangkat kepalanya membuat manik mata mereka bertemu.
terlihat mengkilap. "Aku anggap ini sebagai jawabannya
kan pernah," ketus Crystal yang
l. "Tidak bisa. Sekeras apapun kau berusaha, kau
petak umpet padaku selama dua tahun." Lanju
an dengan mudah diruntuhkan kembali dengan
tus Crystal mengacungkan jari tel
wa ke bibirnya untuk dikecup. Ia mengedipkan
rena aku akan tetap pada pendirianku," ket
at detak jantung Crystal sontak berdegup dengan begitu kencang. "Lepaskan," gum
ah seperti ini," lanjutnya dengan ma
ika tubuhmu ternyata
au selama ini!"
nya di bagian tertentu saja, sisanya ramping,"
menyeb
it orange. Keduanya sama-sama menikmati momen saat ini yang sedang terjadi. Austin pun dengan cepat bisa mengikis jarak di antara mereka. Membuat Crystal
ka Crystal tertawa
*
love in
in
🍑
" tanya Austin menatap Crystal yang seda
g mereka lakukan adalah hanya berdiam diri dan menikmati suasana yang heni
balas Austin mengusap
"Bisakah kau diam. Aku benar-benar ingin menik
empatan, meskipun gadis itu tidak mengatakannya secara langsung. Karena sikap tidak bisa berboh
egois, memang seperti itulah sifatnya. Lagipula selama dirinya hidup, baru kali ini Austin di hadapkan oleh sebuah kenyataan rumit yang mengatas namakan perasaan. Selama ini, ia terlalu serius dalam hal berbisnis dan melanjutkan perusahaan X
lembut. "Crys...," panggilny
pa
suk ke rumah poh
sebelah alisnya, "
ya mendung, dan sepertinya se
g, dan hujan
Dressmu sangat terbuka. Udara lama-la
lu memperd
balas Austin dengan suara yang beg
at mereka berhadapan. Tangan Austin terangkat untuk mengusap rahang Crystal, mengusapnya lembut. Tanpa menunggu kalimat yang akan keluar dari bibir Crystal, Austin memili
di area sensitive milik Crystal, membuat gadis itu berulang k
tiba-tiba saja jatuh dari langit––membuat keduanya sontak berdiri dari posisinya dan segera mas
gitu deras bahkan angin pun tidak segan untuk berhembus dengan kencang. "Ku bilang juga apa
enyum simpul, ia menarik tangan Crystal pelan––membawanya untuk duduk, lalu melepas
snya. "Kau pun pasti juga kedinginan," lanjutnya menata
menegakkan tubuhnya, refleks Austin memeluk pinggang Crystal m
yang pakai, kau pasti kedinginan juga," gumam
idak perlu, sungguh. Jika
bisa menjalankan misinya. Dalam hati, Austin tersenyum miring. "Kau sungguh tidak kedinginan?" tanyanya menaikkan sebelah al
untuk menarik diri Crystal––membawanya ke dalam pelukan. "Aku tahu kau kedinginan, maka d
da maksud terselubung. Dan ia sangat paham akan hal itu. "Itu maumu saja," ketusnya berniat un
tan yang hanya bisa kau rasakan ketika bersamaku," balas A
bali? Batinnya bertanya pada diri sendiri. Pasalnya, Crystal tidak ingat betul dengan apa saja yang terjadi semalam. Ia hanya ingat, Austin mem
erangkat, menyentuh wajah Austin––mengusapnya lembut. Lalu beralih pada bulu mata lentik pria itu, menyentuhnya singkat. Tanpa disadari, C
da dari Austin dan jauh lebih tampan dan masih banyak lagi yang melebihi Austin. Ia juga tidak akan menampik jika banyak pria yang sedang mendekatinya
ya karena menghadapi kekolotannya untuk sekedar mengijinkan mereka memberikan ciuman pada pipinya. Tapi lama-lama, mereka
itu ia hanya harus berkata, "Apakah kau sudah puas memakiku?" Dan s