a. Tak ada jadwal Ardan di kelasnya saat ini, jad
hasiswa yang ada di kelas itu sibuk
u akun instag
sti mau men
sedikit,
tahuan i
ja. Pengen lihat foto-fo
mau kepala empat. Nggak kebayang gimana
nteng sama ca
-temannya. Sambil menumpu dagu dengan tangan kiri, tanga
dan? Kok nggak balik sampai selesai? Pak Ardan kelihata
t. Pas udah mau balik, ternyata dosennya udah keluar
dia Dosen baru, takutnya nggak nyaman ngajar d
una sambil ter
ahasiswa lainnya. Hal itu karena ia sempat menunda kuliah selama tiga tahun. Setelah umur C
nya. Ia mengambil kartu berwarna hitam dari dalam tas, menyimpannya
u untuk bertanya kepada dosen atau mahasiswa, takut mereka akan curiga. Setelah beberapa lama tak menemukan so
sambil berlari kecil m
ya dan menatap Luna dengan alis tera
njawab. "Emh... Ibu tahu di mana D
erut. "Pak Ardan?"
gguk cepat.
annya. Kenapa
ik mobil, jadinya saya ambil terus saya simpan," jawab Luna berbohong, lalu me
jadi sinis. "Itu nggak kamu ambil kan, isinya?
sedikit tersinggung. "Alhamdulillah
yang kasih ke Pak Ardan," kata B
kasih sendiri aja, Bu. Saya yang menemukan, jadi saya
bih lanjut, ia melangkah pergi begitu saja tanp
ya sambil sesekali melirik setiap pintu yang dilewatiny
menoleh, dan di sanalah ia melihat seseorang keluar dari kamar mandi. Tubuhny
ya pelan namun
dengan tisu, mengangkat wajah dan menata
berwarna hitam. "Nih," katanya singkat, nada suar
ya sekilas sebelum berkata, "Bawa ke ruangan saya." Lalu,
mudian dengan cepat mengikuti
ertuliskan Dosen Pembimbing - Ardan Willy Kusuma. Ardan membuka pintu itu dan mela
an laptop di atasnya. Sebuah rak buku menempel di dinding, penuh dengan buku-bu
marin?" tanya Luna heran, matanya mengitari ruangan yang te
onggarkan dasinya. "Duduk," tambahnya samb
tas meja. "Lunas. Aku udah nggak berhutang apa-apa ke kamu. Soal uang yang kamu sumbang
ak yakin, apakah uang di kartu in
jari aku kalau uang di kartu
sinis. "Apa yang bisa dipercaya dari mulut seorang
ai percaya semua yang dia katakan?" tanya Luna,
Karena memang ada buktinya," tamba
aktu yang menjawab. Kita lihat nanti, siapa yang pada akhirnya terbukti bers
eluar, Ardan tiba-tiba menghalangi pin
ada geram, merasa frustasi deng
enjawab, "Kamu tahu tempat jualan
a HP, punya teman, punya kenalan. Kenapa ha
ngan nada santai, seolah tidak ad
i, nanti juga ketemu sendiri. Di pinggir jalan
food yang paling enak, bukan d
an cepat meraih tangannya dan menariknya keluar dari
u. Namun, Ardan tak menyerah dan kembali menggen
, berusaha melepaskan diri. Namun, Ardan tetap menggen
benta
i mobil. Kalau kamu nggak datang, jangan salahin saya kalau besok foto perselingkuha