img Crossing Faith  /  Bab 4 Midnight | 80.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Midnight

Jumlah Kata:1217    |    Dirilis Pada: 15/03/2025

g membungkus tubuhku dan berlari masuk ke dalam kam

memastikan jam yang tertera. Sejak semalam aku harus begadang mengerjak

ed light yang menyala, hingga terdengar suara bunyi klakson mobil yang refleks membuat kepalaku menoleh ke samping. T

akhir dar

ang terlalu tipis antara hidup dan maut. Dari balik jendela yang perlahan turun, seo

sudah bosan

erdetak di luar batas normal, seakan berusaha melepaskan diri dari dadaku. Rasanya darahku mengering, wajahku p

are yo

nita paruh baya menatapku penuh khawatir. Aku mengerjapkan

I'm

beranjak pergi setelah mem

t kepalaku kembali menoleh ke depan, mobil itu, mobil yan

ah tadi itu

aku hampir melayang, tapi aku tak punya waktu untuk terus memikirkannya. Dengan

an membiarkan tubuhku bersandar di kursi, mencoba menenangkan diri. Mobil melaju dengan

lu, dan akhirnya a

kamu ter

lidik, menopangkan le

sahutku singkat, tetap f

pasti gara-gara d

ar bola m

pisode demi episode drama Korea. Tapi, hanya kalau

er

, mengalihkan perhatian pada wajah c

ri oleh Mrs. Belinda kurang ban

dari ucapanku, tapi tawa nyaringnya cukup menarik perh

h perusahaan bukan

henti seketika. Aku refleks berdiri be

Bel

berusia empat puluh tiga tahun itu me

ada kerjaan? Kenapa m

ahuan berbuat salah oleh gurunya. Aku menelan ludah saat Mr

emarin?" Suara tegas Mrs. Belinda-Chief Marketing Office

ntanya. Wanita itu menerimanya, matanya mengamati setiap halama

ia men

anda bahwa laporanku sudah

dan kurangi bergosip!" ucapnya s

it tersinggung. Namun, aku memilih fokus kembali, duduk

ku adalah waktu untuk menunaikan

g shalat, (yaitu) orang yang lalai

erapa hafalan, aku bergegas men

osoknya di antara pengunjung yang ramai. Maya yan

Michelle, ini Wafa," ujar Maya

berambut putih panjang itu. Kami saling b

anya Maya, bangkit dari

di dagu, berpikir sejenak. "Hm... O

Maya kini menatap w

ange juice," jawab

egera datang, ladies," ujar May

ih jauh. Kami berbincang tentang kegemaran masing-masing, aktivitas di luar ke

dengan pesanan kami, meletakkan

awa saat salah satu dari kami mengatakan sesuatu yang kocak. Suasana makan siang terasa

masing-masing, kami pun kembali ke kantor, bersiap

yang penuh angka dan laporan. Jemariku sibuk mena

ergeletak tak jauh dari sisi kanan komputer, menyalakannya, ternyata sudah

lagi. Saatnya menunaikan

kantuk mulai menggelayut. Tapi aku harus menyelesaikan semuanya malam ini karena besok adalah weekend. Aku sudah berencana

laporan dan revisi, aku menekan tombol save u

ih tas, mematikan lampu ruangan,

menenangkan. Aku memilih berjalan kaki, menikmati angin sepoi-s

iptakan bayangan panjang di trotoar. Mungkin sebagian b

ak

itu suara drum yang terjatuh? Kutelan ludah, jantungku berdentum keras d

ia tergeletak bersandar pada tembok bangunan. Isi dr

ia baik-

ar, kakiku melangkah mendeka

?" tanyaku, suarak

p. Napasku memburu saat mataku menangkap cairan merah yang

lai merayap dalam benakku. "Tu

ngannya yang dingin dan lemah mencengk

bibirnya bergetar mengucap satu permoho

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY