muti butiran salju yang jatuh perlahan, menyelimuti jalanan dan atap-atap bangunan dengan lapisan putih ya
n diri dengan membereskan apartemen kecil yang kutinggali. Tanganku meraih sebuah celengan berbentuk be
satu di antara keduanya berdoa, 'Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfak,' sedangkan yang satu
at bahwa kemarin malam aku tak membel
at dikirim oleh ibu sewaktu aku masih di Jakarta. Roti ini menjadi satu-satunya penghubung antara aku dan
it goin
tepat saat aku baru saj
How's your
"Ya, seperti yang kau lihat. An
resleting jaket duck down mi
rja?" tanyaku, memperhatikan Belva yang berdiri di
untuk membuang sampah ini," jawabnya
tangan wanita bermata indah itu
nggu pun datang, tepat sesuai jadwal yang semalam sempat kucari di internet. Bus merah menyala dengan atap
ari jendela, aku bisa melihat beberapa tempat populer yang sering dikunjungi
i yang kuduga. Padahal, tujuanku masih jauh. Aku seharusnya mencari tahu lebih dulu sebelum naik bus ini, ternyata jangk
mungkin untuk mengkalkulasikan setiap pengeluaran. Jangan karen
i yang kebetulan berpapasan, akhirnya aku tiba di depan sebuah high-ri
ja resepsionis, menyampaikan maksud kedatanganku. Perempuan berambut cokelat yang dikuncir kuda itu mengangguk singk
enjauh dari meja resepsionis, tiba
u menoleh k
dapanku. Setelan suit hitam yang pas di tubuhnya semakin menegask
ng. Kupikir aku baru saj
maaf
langkah pergi begitu saja, diikuti dengan ses
cuh seraya melangkah
berdiri di hadapanku setelah aku me
kut berdiri d
perusahaan ini." Ia mengulu
ut ulurannya, berja
i, W
y menuju lift. Pintu logam itu terbuka, dan kami
hat deretan ruangan kerja dengan dinding tra
ng terletak di sudut kiri dekat jalan utama masuk. Suasana di lantai ini terasa m
gan dan menunjukkannya padaku. "Ini a
engamati ruangann
akan menjadi tanggung jawabku, wanita be
disediakan untukku. Di atas meja, sebuah
kubawa, alat tulis, beberapa dokumen, dan buku
ai
erdiri di sampingku, tersenyu
" sah
anya sambil men
ut ulurannya. "Kamu bisa berbahasa In
nya semakin lebar. "Aku
ngan tak percaya. Dari raut wajahnya, sama
ari ekspresi heranku. "Aku blasteran
antas
rti bahasa Indonesia," ta
lu teralihkan oleh beberapa lembar
" kat
dan membaca sek
" jawabn
gus. "Seri
, "Itu list penjualan produk y
ngguk. "Apa aku
itu adalah hasil rekapan minggu lalu. Sebelum mere
mulai memahami tu
ja. Kalau ada apa-apa,
kasih,
sahutnya seraya ber
unjukkan pukul dua belas
ri cubicle-ku, mengaja
sjid terdekat di daerah sini?"
nya di dagu, matanya meneraw
Tapi kalau agak jauh sedikit, ada. Mungkin seki
panjang. Satu jam
sholat?"
gangguk
ngan kosong. Kalau kamu mau, kamu bi
eri
guk mantap. "Ayo, aku
s senyuman dan menyapa ramah seorang wanita paruh baya yang aku yakini bekerja
uah ruangan kosong yang cukup kecil,
kata Maya, menunjuk ruanga
ih, Maya,"
senyum sebelum
an gawainya. Begitu melihatku, ia langsung menarik tanganku dengan
nti ketika ia menarikk
h, May?" ta
, hanya menunjuk
pada seorang pria dengan setelan formal yang
tanyaku, mera
perusahaan ini," jelas
tu dia Dave Davidson William. Tunggu... bukankah