/0/23321/coverbig.jpg?v=c89608054ff40e33bb10a7065b3c3daa)
Sebagai seorang CEO muda yang dingin dan ambisius, Dave tidak pernah mengira hidupnya akan berubah hanya karena kehadiran seorang wanita. Wafa, sekretaris barunya, adalah sosok yang berbeda dari semua wanita yang pernah ia kenal. Anggun, tegas, dan berprinsip kuat, Wafa bukan hanya sulit disentuh, tapi juga tak bisa digoyahkan. Pertemuan pertama mereka jauh dari kata menyenangkan. Namun, di balik bentrokan itu, tumbuh benih perasaan yang tak bisa Dave kendalikan. Perlahan, Wafa mengajarkannya sesuatu yang tak pernah ia sadari bahwa seorang wanita adalah mutiara yang harus dijaga, bukan sekadar dimiliki. Bersama Wafa, Dave menemukan sisi dirinya yang tak pernah ia kenal, sisi yang ingin menjadi lebih baik demi seseorang yang bahkan mungkin tak bisa ia miliki. Namun, di antara mereka terbentang jurang yang tak bisa dilompati. Keyakinan mereka berbeda, dan cinta dalam diam yang mereka rasakan hanya menjadi luka yang tak terucapkan. Bagi Wafa, cinta sejati bukan berarti harus bersatu. Terkadang, cinta sejati justru berarti melepaskan, karena apa artinya cinta jika orang yang kau cintai tak mencintai Tuhanmu? Mampukah Dave dan Wafa melawan takdir atau justru harus menyerah pada garis yang telah digoreskan sejak awal?
Sudah lima tahun aku bekerja di salah satu perusahaan ternama. Meskipun hanya sebagai karyawan biasa, aku tetap bersyukur atas setiap langkah yang telah kutempuh. Karena berada di titik ini bukanlah perkara mudah.
Proses masuk ke perusahaan besar seperti ini penuh tantangan. Ribuan kandidat terbaik bersaing, masing-masing membawa harapan dan ambisi. Aku melewati berbagai rintangan, ujian yang melelahkan, hingga akhirnya lolos seleksi dan mendapatkan tempatku di sini.
Namun, dunia kerja tak selalu tentang usaha dan kompetensi. Nepotisme dan kolusi masih merajalela, menjadi momok bagi mereka yang berjuang dengan keringat sendiri. Di zaman yang semakin keras ini, di mana pekerjaan lebih sedikit daripada pencari kerja, banyak yang memilih jalan pintas. Ada yang menyerah sebelum berjuang bahkan ada yang menjual harga diri demi sebuah posisi. Tapi aku selalu percaya satu hal, rezeki tak akan pernah tertukar. Jika Allah sudah berkehendak, tak ada satu tangan pun yang mampu menghalanginya.
Setelah menempuh perjalanan sekitar lima belas menit, akhirnya ojek online yang kutumpangi tiba di perusahaan tempatku bekerja, The Golden Crown Company, sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di berbagai bidang.
Saat hendak melangkah menuju ruangan, langkahku terhenti. Suara dari pengeras suara terdengar, menginstruksikan seluruh karyawan untuk segera berkumpul di auditorium.
"Anya! Ada apa?" Wanita berparas cantik itu tersentak kaget lalu berbalik.
"Ih, kamu ngagetin aja, Fa."
Aku mengulas senyum, sedikit merasa bersalah. "Maaf."
"Kamu nggak tahu kalau hari ini Pak Dave akan datang?"
Aku mengernyit, bingung. Nama itu tidak asing. Sepertinya aku pernah mendengarnya, tapi entah di mana.
"Dave?"
Anya mengangguk.
"Dave siapa?" Aku mencoba mengingat, tapi tidak mendapatkan gambaran apa pun.
Wanita berambut coklat sebahu itu menepuk jidatnya, tampak frustasi. "Ya Allah, Fa, sudah berapa lama sih kamu kerja di sini? Sampai-sampai nggak tahu siapa pemilik perusahaan ini!" Ia menarik napas lalu melanjutkan, "Dave Davidson William, putra sulung Robert Davidson William, pemilik tunggal The Golden Crown Company."
"Loh, terus Pak Irawan?"
Selama ini, yang aku tahu, pemimpin The Golden Crown Company adalah Pak Irawan Sujatya. Bukan aku tidak ingin tahu, hanya saja aku tidak mau terlalu kepo terhadap hal-hal yang bukan menjadi ranahku. Tugasku hanyalah menjalankan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab. Mencari tahu seluk-beluk masalah keluarga pemilik atau pemimpin perusahaan bukanlah bagian dari tugasku.
Anya menghela napas, lalu menatapku dengan serius.
"Dengerin baik-baik, Wafa Nurul Alimah! Pak Irawan itu general manager, orang yang bertanggung jawab atas seluruh pejabat di perusahaan ini. Dia diberi tugas langsung oleh Direktur untuk memimpin perusahaan, menjadi fasilitator bagi seluruh karyawan di semua level jabatan, serta mengelola operasional harian kantor. Selain itu, dia juga merencanakan, melaksanakan, mengoordinasi, mengawasi, dan menganalisis semua aktivitas bisnis di perusahaan."
Aku hanya mengangguk-angguk, berusaha mencerna semua informasi yang baru saja kudengar.
Sejujurnya, aku belum terlalu paham tentang struktur organisasi The Golden Crown Company, meskipun aku sudah bekerja di sini cukup lama. Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, aku hanya fokus menjalankan tugas dan tanggung jawabku tanpa terlalu memikirkan hal lain di luar pekerjaanku.
"Terus, Pak Dave?" tanyaku, masih penasaran.
"Pak Dave adalah CEO sekaligus pemilik saham mayoritas di perusahaan ini," jawab Anya.
Sebelum aku sempat merespons, suara sambutan dari pengeras suara menghentikan percakapanku dengan Anya. Seketika, seluruh mata tertuju pada MC yang berdiri di atas panggung.
Acara dibuka dengan sambutan dari Pak Irawan. Tak lama kemudian, dengan penuh hormat, beliau mempersilakan seseorang untuk naik ke atas panggung.
Sosok pria bertubuh tinggi dan tegap melangkah ke depan. Setelan suit hitam yang dikenakannya melekat sempurna pada tubuh atletisnya, menambah kesan karismatik yang kuat.
Pak Irawan turun dari panggung, menyerahkan sepenuhnya momen itu kepada pria tersebut, yang kini bersiap memulai pidatonya.
Senyum tipis terukir di wajahnya sebelum ia mulai berbicara. Suaranya dalam dan tegas saat membahas berbagai aspek perusahaan, dari prosedur kerja hingga visi ke depan. Ia juga menyampaikan apresiasi atas dedikasi setiap karyawan dalam menjaga kinerja The Golden Crown Company.
Setelah beberapa jam duduk mendengarkan pidato dari para atasan dan pemimpin perusahaan, akhirnya acara itu berakhir juga.
"Bukankah Pak Dave sangat tampan?" tanya Anya saat aku, Rara, dan Andin tengah duduk di kantin kantor.
"Iya, kamu benar! Dan aku dengar kalau Pak Dave masih single, loh," timpal Andin penuh semangat.
"Menurutmu gimana, Fa?" Rara menoleh ke arahku dengan penasaran.
"Apanya?" tanyaku, lalu menyeruput orange juice milikku.
"Pak Dave. Menurutmu, dia itu gimana?"
Aku hanya mengangkat bahu, tak terlalu peduli dengan topik itu.
"Kamu nggak asik, ah," keluh Andin dengan wajah sedikit kecewa.
Aku tersenyum tipis lalu berkata, "Daripada kalian sibuk membahas orang lain yang bisa berujung ghibah, lebih baik kita shalat. Dengar, Allah sedang memanggil hamba-Nya."
Begitu suara adzan Dzuhur berkumandang, aku segera melangkah menuju masjid yang berseberangan dengan kantor, diikuti oleh Anya, Rara, dan Andin.
Setelah shalat Dzuhur dan memunajatkan doa kepada Sang Khaliq, menumpahkan segala kerinduan dan keluh kesahku. Seperti biasa, aku tak pernah lupa membaca Ayat Kursi setelah shalat.
Dari Abu Umamah, Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
"Barang siapa yang membaca Ayat Kursi setelah setiap shalat fardu, maka tiada penghalang baginya untuk memasuki surga kecuali hanya mati."
"Wafa!"
Aku menoleh saat mendengar seseorang memanggil namaku. Seorang wanita dengan rok hitam selutut dan high heels setinggi tiga sentimeter berlari kecil menghampiriku.
"Apa kamu sibuk hari ini?" tanya Mbak Faridah, Chief Marketing Officer di The Golden Crown Company.
"Tidak, Mbak. Ada yang bisa saya bantu?" tanyaku sopan.
Mbak Faridah tersenyum. "Bisa bantu Mbak menganalisis data pengeluaran produk untuk bulan ini? Sebenarnya ini tugas Mbak Susi, tapi dia sedang cuti melahirkan, sementara Mbak harus ke kantor cabang di Bandung untuk mengurus pengembangan produk."
"In syaa Allah, bisa, Mbak."
"Terima kasih ya, Wafa. Maaf merepotkan," ucapnya sambil menyerahkan map biru berisi dokumen.
"Iya, enggak apa-apa, Mbak," jawabku dengan senyum tipis.
Aku kembali ke meja kerja, membuka map yang baru saja kuterima. Mataku melirik jam dinding, jarumnya menunjukkan pukul setengah lima sore. Itu artinya, hanya tersisa tiga puluh menit sebelum jam kerja usai.
Namun, setumpuk dokumen di hadapanku seolah memberi tahu bahwa hari ini aku harus lembur.
"Wafa!" Kudongakkan kepala.
"Kamu dipanggil sama Pak Irawan ke ruangannya. Sekarang!" ujar Sintia, asisten manajer, yang berdiri di depan cubicle-ku.
Aku mengangguk cepat, lalu bergegas menuju ruangan beliau.
Setelah diperbolehkan masuk dan tak lupa mengucapkan salam, aku melangkah mendekat. Pak Irawan tampak sibuk memeriksa beberapa berkas di mejanya.
"Maaf, apa Bapak memanggil saya?" tanyaku sopan.
Pak Irawan mengangkat wajah dan tersenyum tipis. "Ah, Wafa. Silakan duduk!"
Aku duduk di kursi yang berhadapan dengan beliau, hanya terpisah oleh meja kerja besar yang penuh dengan dokumen.
Pria berumur setengah abad itu melepas kacamata minusnya, lalu melipat kedua tangannya di atas meja. Tatapannya tajam, namun terasa hangat.
"Kamu tahu kalau aku sangat bangga dengan kinerjamu selama ini, kan?"
"Iya, Pak," jawabku sambil tersenyum.
Selama bekerja di perusahaan ini, aku sudah tiga kali menerima piagam Model Employee. Penghargaan itu menjadi salah satu alasan yang membuatku semakin giat dalam bekerja. Namun, yang paling memotivasiku adalah dukungan Ibu, sosok yang selalu menjadi penyemangat dalam setiap langkahku.
Ayah telah berpulang ke rahmatullah sepuluh tahun yang lalu. Sejak saat itu, Ibu adalah segalanya bagiku.
Pak Irawan membuka laci di sisi kirinya, lalu mengeluarkan sebuah amplop putih. Ia menyodorkannya kepadaku dan memberi isyarat agar aku membukanya.
Tanganku merobek bagian tepinya dengan hati-hati, lalu menarik selembar kertas di dalamnya. Mataku membelalak saat membaca isinya.
"London, Pak?" tanyaku tak percaya.
Letnan Arya Pradipta, seorang anggota pasukan khusus Indonesia, ditugaskan dalam misi rahasia untuk menyelamatkan Alana Weston, seorang relawan kemanusiaan yang disandera oleh kelompok teroris internasional. Namun, misi penyelamatan berubah menjadi pertempuran bertahan hidup ketika mereka terjebak di wilayah musuh dan menemukan bahwa ada konspirasi politik yang lebih besar di balik penculikan Alana.
Kayshila Putri, seorang mahasiswi asal Indonesia, berhasil meraih beasiswa penuh untuk kuliah di Amerika Serikat. Di kampus barunya, ia bertemu Kylie Abraham, seorang wanita cantik bermata abu-abu yang dijauhi banyak orang karena desas-desus tentang kakaknya-Adrik Abraham, pria kejam tanpa belas kasihan. Namun, Kayshila tak peduli dengan semua itu. Ia justru menjalin persahabatan erat dengan Kylie, meski banyak yang memperingatkannya, termasuk Alex, pria playboy yang menyukai Kylie tetapi tak berani mendekatinya karena takut pada Adrik. Suatu malam, sepulang dari pekerjaan sampingannya, Kayshila menemukan tubuh Kylie tergeletak tak sadarkan diri di sebuah gang sempit. Panik, ia berusaha meminta bantuan, tetapi sebelum sempat melakukan apa pun, sekelompok polisi tiba-tiba mengepungnya. Tanpa sempat menjelaskan, Kayshila justru ditangkap dan dijadikan tersangka utama dalam kasus ini. Saat ia berjuang membuktikan dirinya tidak bersalah, bayang-bayang pria misterius mulai mengintai. Adrik Abraham, sang kakak yang penuh dendam, yakin bahwa Kayshila terlibat dalam peristiwa yang membuat adiknya koma. Dengan dunia yang seakan berbalik melawannya, Kayshila harus bertahan di tengah ancaman, pengkhianatan, dan rahasia kelam yang lebih besar dari yang pernah ia bayangkan. Siapakah dalang sebenarnya?
Warning! Banyak adegan dewasa 21+++ Khusus untuk orang dewasa, bocil dilarang buka!
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
Pernikahan itu seharusnya dilakukan demi kenyamanan, tapi Carrie melakukan kesalahan dengan jatuh cinta pada Kristopher. Ketika tiba saatnya dia sangat membutuhkannya, suaminya itu menemani wanita lain. Cukup sudah. Carrie memilih menceraikan Kristopher dan melanjutkan hidupnya. Hanya ketika dia pergi barulah Kristopher menyadari betapa pentingnya wanita itu baginya. Di hadapan para pengagum mantan istrinya yang tak terhitung jumlahnya, Kristopher menawarinya 40 miliar rupiah dan mengusulkan kesepakatan baru. "Ayo menikah lagi."
GAIRAH TERLARANG KAKAK IPAR MENGANDUNG KONTEN DEWASA 21+++. YANG MASIH KECIL MINGGIR DULU YA! Deskripsi Bercerita tentang seorang wanita cantik bernama Renata Adinda, yang dijodohkan dengan Mehesa Adi Sanjaya. Sejak pernikahan mereka, Adi tidak pernah melihat Renata sedikitpun atau menganggapnya sebagai seorang istri. Perhatian dan kebaikan yang Adi berikan untuknya hanya karena status mereka sebagai suami istri. Adi tidak pernah memberikan nafkah batin dan biologis untuk Renata. Bahkan tidur dalam satu ranjang pun tidak. Akhirnya datang seorang pria gagah dan tampan, yaitu kakak Adi bernama Ryota Anggara, atau sering disebut bang Rio. Ia tertarik dengan Renata dan mengetahui keadaan rumah tangga Renata dan adiknya yang hanya penuh dengan keterpaksaan. Akhirnya Rio mendekati Renata dan terjadilah hubungan terlarang antara mereka. Bagaimanakah kelanjutan hubungan terlarang antara adik ipar dan kakak ipar ini? Apakah mereka sanggup bertahan, atau malah berpisah? Ikuti saja kelanjutan kisahnya yang akan update disetiap harinya ya!
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?