ucur, tangannya terulur untuk mengambil salah satu kue berwarna cerah yang ter
h, langsung mau makan kue, kotor banget pasti tuh
i enak sekali. Ak
baru makan kue. Gan
an segera bergegas berdiri dari
*
ku tetap saja nggak bakal kebagian," keluh Axel dalam hati. Setelah berganti pa
eorang perempuan paruh baya yang
uk di kursi. Menopang pipi gembilnya dengan kedua tangan.
e padanya. Segera ia mengambil kue tersebut. Wajah bocah lelaki tersebut mendongak
rsebut dengan cepat. Ia kemudian mengacungkan jempol dan
p kuenya, wanita yang tadi seger
. Kapan kau akan menceritakan tentang dia, Liz?" tanya beli
yahnya. Aku bisa mem
l juga membutuhkan sosok laki-la
leng. Ia bisa membesarkan Axel sendiri. Ia bisa menjadi
au mungkin bisa mencoba dengan pria lain,
h memiliki aku, dia tidak butuh orang la
*
dup dulu selalu ia sambut dengan penuh antusias dan keceriaan. Namun, semua berubah sejak hampir delapan tahun lalu. Saat
ng seperti Liz datang ke kota tersebut untuk mendapat peke
tahu jika ia tetap menolak, mungkin mereka tidak akan ada lagi yang mau berkawan dengannya. Namun, kini Liz tahu seharusnya ia tetap menolak. Jika malam itu ia tidak pergi,
ang pernah ia terima. Hanya saja ia menyesal kebodohan yang ia buat, juga orang tua yang telah ia buat kecewa. Ia menyesal tidak bisa memberika
, kesalahan sudah terjadi kini. Air yang telah tumpah tidak bisa kemb
*
jak angka dua tiga. Malam tersebut ia mabuk berat setelah putus dengan Jasmine, gadis yang selama ini menjadi kekasihnya. Siapa sangka Jasmine
tuk memilih dan nyatanya Ja
Ia bisa memberikan apa yang aku mau," uj
yang sama?' geram Caden dalam hati. Kegeraman yang sampai kini masih d
am pandangan dia adalah Jasmine. Semalam ia dan gadis tersebut menikmati malam
us tubuh polosnya dengan selimut. Akan tetapi, Caden tetap yakin bahwa gadis tersebut hanya bersandiwara. Sengaja berpura-pura terkejut di depannya agar bisa memeras dirinya. Caden kemudian gadis itu sejumlah uang. Tem
knya berhenti di depan sebuah gedung pencakar langit. Gedung berdinding pualam nan mewah t
elihat padanya. Tony -nama sopir tersebut bukan hanya sopir Cad
pria itu. Ia berulangkali membuka mulut, seperti h
Caden tidak sabar. Akqn tetapi,
lagi?" tanya Caden kemudian. D
pan tahun lalu, gadis yang tidur bersamanya ter
emberi uang padanya. Tidak perlu