erusaha menunjukkan ekspresi tenang seolah tidak ada yang terjadi. Meski
melayang kembali ke saat pertama kali aku bertemu deng
harus kupelajari memenuhi mejaku. Saat itu aku menjabat sebagai Sales Development Represe
lku keras, memecah konsentr
gak dengar! Bos manggil ke ruangannya," katany
gi, Fi?" tanyaku
uan ke sana," balas
ruangan Pak Desmond, CEO perusahaan ini
ngar suara teg
a yang duduk santai di depan meja besar Pak Desmond. Dia sibuk dengan ponselnya, meman
ku. Dia anggun, dengan rambut hitam yang tergerai rapi. Gayanya menunjukkan kelas dan kemewahan
ap produk apa aja?" tanya Pa
VitaShield, ActiMax, dan NeuroPlus. Saya
atian ekstra. Saya nggak tahu apa yang salah dengan tim sebelumnya
coba maksimalkan," j
i Tanika. Anak tunggal saya. Dia baru saja pulang dari studi di Singapura. Say
ya mengangkat pandangan dari ponselnya dan
nggak tertarik sama farmasi," katany
Dia anaknya pintar, otaknya cepat nyerap. Umurnya juga cuma lebih tua
ulurkan tangan. "Kaind
tangannya. "Tanika Putri Wijaya," jawabnya si
temu dengan Tanika-wanita yang k
suara Pak Desmond me
rusaha mengendalikan diriku. "Kami nggak ribut kok.
uh tanya. "Kalau gitu, kenapa wajah kamu kayak pe
. Aku memang sengaja datang ke kantor pagi-pagi supaya b
jam namun penuh perhatian. "Hmm," gumamnya pelan. "Papa udah kenal kamu cukup lama,
a mempertahankan
an, meskipun kamu bukan anak kandung Papa, tapi Papa sayang
"Enggak ada apa-apa kok, Pa. Aku cuma kecapekan aja
amu minum-minum. Kenapa, ada masalah apa? Kalau ada, bil
erjalan lancar, tanpa celah yang bisa merusak reputasi keluarga atau bisnisnya. Selain itu, pernikahan ini juga menjadi pengikat
pa-apa, Pa. Kemarin ada yang kasih Hennessy, aku udah lama nggak minum itu. Ya, aku coba beberapa sh
ya. Papa tahu kamu nggak macam-macam. Tapi lain kali, kalau mau minum yang enak,
it lega. "Boleh tuh, Pa.
gan serius. "Ngomong-ngomong, gimana? Kamu masih betah di divisi BD
ggak jauh beda, kok. Lagian, menurutku posisi yang sekarang lebih pas buatku. Aku bisa lebih fokus me
guan. "Kamu ini memang beda, ya. Tapi Papa nggak pernah ragu sama ke
ih, Pa," ja
Aku bangkit dari kursi, siap untuk berpamitan. Tapi sebelum aku sempat
a, membuatku ber
gan jelas. "Papa mau ingetin, Papa nggak mau ada kejadian aneh-aneh di p
uk dengan tegas. "Saya mengerti,
enak sebelum mengangguk pel
dering. Dia melambaikan tangannya, isyarat aga
r. Ucapannya barusan seperti peringatan terselubung-halus, ta
n, tapi kata-kata Pak Desmond terus terngiang-ngiang
menjadi jingga gelap. Ketika aku melihat jam, angka digital di sudut laptop menunjukkan pukul 17.52
api tidak ada apapun darinya. Perutku mulai terasa lapar, membuatku berpikir untuk meme
. Penampilannya sudah rapi, jel
ng bisa saya bant
lang, ya?" tanyaku sam
au Pak Kai ada keperluan, saya bisa bantu kok
nasi. Lagi laper banget nih. Tapi kalau kamu udah ma
saya beliin. Pak Kai kaya sama siapa aja." Dia menepuk dadanya.
tku, lalu memberikannya padanya. "Kalau gitu, tolong beliin
!" jawabny
ruanganku terbuka lagi. Fiona muncul di sana dengan
melangkah masuk, menaruh kotak pizza itu di mejaku. "Tadi aku ada me
. Matanya bolak-balik memandangku dan Fiona. Ekspresin
saya. Kamu langsung pulang aja
uarkan uang seratus ribu yang tadi kube
ulang sana," kataku sambi
as membungkuk hormat seb
janya. "Kok tau aku belum pulang? Kalau ternyata aku udah pulang gimana? Tadi kamu
menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga, gerakan kecil yang terlihat begitu diseng
il menunjuk ke luar jendela. "Lihat
n namun penuh niat, setiap gerakannya terasa seperti perencanaan yang cermat. "Iya, maaf deh," ucapnya dengan suara lembut, sep
a yang panjang dan hitam terurai, membingkai wajahnya yang cantik dengan sempurna. Tangan kanannya memegang kabel laptop, "Colokan d
itung, terencana, dan menggoda. Saat dia membungkuk, blusnya sedikit tertarik lagi, memperlihatkan belahan dadanya yang jelas disengaja. S