. Pak Desmond, bos sekaligus ayah mertuaku, memperkenalkanku kepada putri tunggalnya, Tanika. Saat itu aku sudah mulai meniti karier di perusahaan beliau,
kit tertutup, dan memiliki aura yang sulit dijelaskan-seperti seseorang yang menyimpan banyak cerita di balik
ya. Sebaliknya, dia lebih menyukai gaya hidup bebas bersama teman-teman sosialitanya. Ketika aku sedang bekerja keras di kantor, Tanika lebih sering terlihat d
aat kami memberi kabar itu. Aku yakin beliau berpikir pernikahan kami adalah langkah besar karena melihat potensiku yang bisa meneruskan warisan b
ukenal. Awalnya aku pikir itu hanya teman biasa, tapi saat mereka berbincang di kafe, aku melihat tangan mereka saling menggenggam. Bahkan Tanika menangis, dan pria itu
auhan, mengamati, dan mengambil foto mereka dengan ponselku. Aku menyimpan foto itu di galeri tanpa tahu apa yang harus kulakukan. Ma
alam pikiranku, aku ingin percaya bahwa hubungan kami lebih kuat daripada hal-hal kecil yang mungkin t
mencintaiku. Dan dengan keyakinan itu, aku melangkah menuju hari pernikahan kami
undangan keluarga Tanika dan rekan-rekan bisnis Pak Desmond. Hanya sedikit dari undangan itu yang benar-benar kukenal-rekan kerjaku di perusahaan milik Pak Desmond dan beberapa teman lamaku
mond Wijaya. Aku tidak peduli. Materi? Status? Bukan itu alasanku. Aku benar-benar percaya, saat itu, bahwa aku dan Tanika saling mencintai. Bahwa hubungan kami dilandasi oleh ra
iba menjadi istri yang perhatian. Dia mendengarkan ceritaku, mencoba memahami beban kerja yang kutanggung di perusahaan keluarganya, bahkan
. Dia hampir tidak pernah menatapku, bahkan di saat yang paling intim. Sesekali aku menangkap sorot matanya, bukan dengan cinta atau gairah, tapi dengan sesuatu yang lebih mir
i putri tunggal, Tanika adalah penerus garis keturunan keluarga Wijaya, dan Pak Desmond sudah tak sabar menimang cucu. Nam
pembantu yang bertugas memastikan segalanya berjalan dengan sempurna. Sementara itu, Tanika sibuk dengan hidupnya sendiri. Jika
njungi, seperti karaoke atau klub malam. Tapi yang kutemukan hanya dia bersama teman-teman wanitanya, tertawa tanpa beban. Aku m
ati janji kami untuk sejenak melupakan kesibukan masing-masing. Tapi saat aku masuk ke rumah, Tanika tampak te
dan tanpa berpikir panjang, aku memutuskan untuk mengikutinya dari jauh. Mobilnya meluncur men
ah kulihat beberapa minggu sebelum pernikahan kami. Mereka masuk ke dalam lift, dan aku tahu apa
di. Dengan kamera ponselku, aku merekam momen itu dari kejauhan. Malam itu aku melihat mereka b
rian di dalam mobil, aku memutuskan untuk diam. Apa gunanya? Dengan segala kenyamanan dan materi yang sekarang kumiliki, menin
engubah segalanya. Jika Tanika bisa mempermainkanku, kenapa aku tidak bisa melakukan hal y
. Apa pun yang bisa membuatku merasa hidup lagi, meski untuk sementara. Jika cinta tak lagi menjadi alasan untuk b