angan aneh di dinding, membuat suasana semakin suram. Rumah kami besar, megah, tetapi malam itu terasa seperti gua kosong yang dingin. Pikiranku kacau, berkecamuk.
otomatis yang terbuka. Mobil Tanika akhirnya tiba di rumah. Aku meletakkan gelas di meja
pak terlalu rapi untuk sekadar hangout bersama teman-temannya. Sepatu hak tingginya
ia memulihkan ekspresinya. "Kamu ngapain sih? Malam-malam begini
seperti biasanya-rambutnya tersisir rapi, makeupnya masih utuh. Tapi a
ih dingin dari yang kuharapkan. "Kamu d
nyindir. Dia melangkah menuju meja bar, menuang segelas anggur merah untuk dirinya sendiri. "Udah jelas kan, Kai? Aku ka
jam. "Aku cuma nanya, Tan. Apa susahny
alis terangkat. "Denger ya, Kai. Jangan mulai deh drama nggak j
amarah yang mendidih di dada. "Bukan maksudk
tres ya? Kerjaan beres kan? Jangan sampe bikin papi marah-marah lagi kala
elangkah masuk ke kamar tanpa menunggu jawabanku, meningga
kahnya terdengar di lantai kayu kamar, diikuti bunyi air mengalir dari kamar mand
sentuhan, setiap hal yang tak bisa kuhapus dari ingatan. Tanika tidak berubah sedikit pun
memaksa diriku untuk beristirahat, tapi hanya sesekali terlelap sebelum akhirnya terbangun lagi. Ketika aku melirik ke sisi ranjang,
dan menatap cermin dengan pandangan kosong. Wajahku terlihat lelah, lingkar hitam di bawah mataku mulai terlihat jelas. Tidak ada
. Jalanan masih sepi, lampu-lampu jalan perlahan mulai redup digantikan
mantap melewati meja resepsionis yang kosong. Jam di dinding menunjukkan pukul 6.45-masih terlalu pagi untu
ap ke pusat kota. Di pintu, papan nama dengan tulisan Kaindra Wicaksana – Business Development
karena menikahi Tanika. Sebelum pernikahan kami, aku bekerja keras, membuktikan diriku layak mendapatkan kepercayaan di perusahaan ini. N
tas dan kehormatan yang menyertainya. Tapi aku menolaknya dengan halus. Aku khawatir, jika aku menerima posisi itu, orang-orang akan semakin m
aan ini. Aku menangani proyek besar, menjalin hubungan dengan mitra bisnis, bahkan memutuskan strategi yang menentukan arah perusahaan. Meski
u. Rutinitas ini selalu membuatku merasa sibuk, tetapi di balik kesibukan ini, pikiranku tetap me
kehendak sendiri-melayang kembali ke rumah, ke Tanika, ke hotel itu. Bayangan tentang apa yang kulihat malam sebelum
ing atasnya belum tertutup. Bagian atas blus itu sedikit terbuka, memperlihatkan belahan dadanya yang menggoda. Tatapanny