ai kota, ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Pikiran tentang keputusan yang harus ia buat menggelayuti setiap saat, membuatnya terjaga den
arkan memenuhi ruang dapur, menciptakan kehangatan di pagi yang dingin. Ia melihat Asha duduk di kursi maka
t, suaranya penuh empati, "apaka
ya terasa seperti lautan yang bergelombang, tak tahu ke mana arusnya akan membawa. "Aku tidak tahu, Rafael. Bagai
nakutkan, Asha. Tapi, kadang kita perlu melangkah ke arah yang belum past
am bayangannya, diikuti dengan ekspresi hangat Rafael. Setiap pilihan terasa seperti pisau yang tajam, memotong bagian dari dirinya yang sudah lam
i Hada
tan merah. Suara pintu yang diketuk keras membuatnya terkejut. Ia membuka pintu, d
tar, "aku tahu ini sulit, tapi
embali berdegup kencang. "Raka, apa yang
Aku tahu aku salah. Tapi aku datang bukan hanya untuk meminta maaf. Aku datang untuk memberitahumu bahwa aku m
a yang mulai menggenang membuatnya merasa rapuh. "Raka, aku ingin bisa percaya padamu, tapi aku tidak bisa
kamu memaafkan aku. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku ingin yang t
sebelumnya. Ia mengalihkan pandangan, menatap api yang berkobar di perapian. Apakah aku masih me
uan di
edamaian. Langit cerah dan angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga yang harum. Di bangku taman,
ut dan penuh perhatian, "bagaimana
seperti berada di persimpangan jalan yang sulit. Aku tidak tahu apakah aku ha
ih antara impianmu dan kenyataan. Itu tentang membuatmu tahu bahwa aku selalu ada, tida
kata itu. Ia tahu bahwa apapun yang terjadi, Rafael adalah seseorang yang tulus mencintainya. Ia tidak hany
gar, "aku ingin mencoba. Aku ingin mengejar mimp
ingan yang penuh makna. "Kamu tidak akan pernah sendirian, Asha
ata kebahagiaan, air mata pengharapan. Dan di dalam dirinya, Asha merasakan kekuatan baru yang m
api Mas
menerima tawaran dari Sultan Malik, mengambil langkah berani untuk memulai babak baru dalam hidupnya. Dengan Rafael di sisinya, dan dengan keputusan
p menghadapi apa pun, dengan harapan yang baru dan cinta yang lebih kuat
i kota, ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Pikiran tentang keputusan yang harus ia buat menggelayuti setiap saat, membuatnya terjaga denga
arkan memenuhi ruang dapur, menciptakan kehangatan di pagi yang dingin. Ia melihat Asha duduk di kursi maka
t, suaranya penuh empati, "apaka
ya terasa seperti lautan yang bergelombang, tak tahu ke mana arusnya akan membawa. "Aku tidak tahu, Rafael. Bagai
nakutkan, Asha. Tapi, kadang kita perlu melangkah ke arah yang belum past
lam bayangannya, diikuti dengan ekspresi hangat Rafael. Setiap pilihan terasa seperti pisau yang tajam, memotong bagian dari dirinya yang sudah lam
-
i Hadapa
an merah. Suara pintu yang diketuk keras membuatnya terkejut. Ia membuka pintu, dan
ar, "aku tahu ini sulit, tapi ak
embali berdegup kencang. "Raka, apa yang
ku tahu aku salah. Tapi aku datang bukan hanya untuk meminta maaf. Aku datang untuk memberitahumu bahwa aku men
yang mulai menggenang membuatnya merasa rapuh. "Raka, aku ingin bisa percaya padamu, tapi aku tidak bisa.
amu memaafkan aku. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku ingin yang ter
sebelumnya. Ia mengalihkan pandangan, menatap api yang berkobar di perapian. *Apakah aku masih men
-
muan di
edamaian. Langit cerah dan angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga yang harum. Di bangku taman,
ut dan penuh perhatian, "bagaimana
eperti berada di persimpangan jalan yang sulit. Aku tidak tahu apakah aku haru
ih antara impianmu dan kenyataan. Itu tentang membuatmu tahu bahwa aku selalu ada, tida
kata itu. Ia tahu bahwa apapun yang terjadi, Rafael adalah seseorang yang tulus mencintainya. Ia tidak hany
ar, "aku ingin mencoba. Aku ingin mengejar mimpik
ngan yang penuh makna. "Kamu tidak akan pernah sendirian, Asha.
ata kebahagiaan, air mata pengharapan. Dan di dalam dirinya, Asha merasakan kekuatan baru yang m
-
dapi Mas
menerima tawaran dari Sultan Malik, mengambil langkah berani untuk memulai babak baru dalam hidupnya. Dengan Rafael di sisinya, dan dengan keputusan
yang pasti-Asha siap menghadapi apa pun, dengan harap