omen yang ia jalani. Gaun yang seharusnya melambangkan cinta dan kebahagiaan kini hanya sekadar simbol dari sebuah kontrak yang dingin.
nasi daripada kebahagiaan. Tidak ada keramaian keluarga, tidak ada tawa atau senyum yang hangat. Pernikahan ini hanya dihadiri oleh se
u, aku bisa melakukannya," gumam Hana pelan merap
uk menjalani ini. Semua demi keluarga. Ayahnya yang sakit, ibunya yang kelelahan, dan hu
g, wajahnya datar, seperti pria yang terbiasa menekan semua emosi. Bagi Ray, pernikahan ini adalah solusi praktis, sebuah cara untuk menjag
rdiri berdampingan, para tamu menatap mereka dengan senyum yang terkesan formal. Tidak ada tepuk tangan meriah, hany
*
apa pun selain detak jantungnya sendiri. Ray tetap memandang lurus ke depan, fokus pada tugasnya, m
gin, seolah ini hanya bagian dari negosiasi bisnis. Hana menelan ludah, berusaha menenangkan diri saat ia menden
k ada kehangatan di matanya. Mereka kemudian berjalan berdampingan, berpose singkat untuk fot
*
yang luas dan megah itu tampak indah dengan interior modern yang elegan. Namun, rumah itu terasa begitu dingin. Hawa keheningan
terintimidasi oleh ukuran rumah itu. Rumah ini jauh lebih besar daripada apa pun yang pernah i
, memecah keheningan. Suaranya terdengar datar, hamp
, i
k awal, ia tahu bahwa tidak akan ada kedekatan fisik atau emosio
luas di lantai dua. "Ini kamarmu," katanya sambil membuka pintu. "Kalau ad
k, Pak
na datar. "Pan
n, dan lemari yang lebih besar daripada kamarnya di rumah dulu. Namun, semua kemewahan ini tidak menghapus perasaan kosong d
a tanda kehidupan di sini, hanya kesendirian dan keheningan yang menyiksa. Dia memikirkan keluarganya, terutama a
idak ada janji cinta yang tulus, tidak ada kebahagiaan yang biasanya menyertai momen seperti ini. Hana mencoba meyakinkan dirinya sendiri
*
opnya, dan mulai bekerja seperti biasa. Baginya, pernikahan ini hanyalah solusi praktis. Ia tidak m
menjatuhkannya. Skandal yang baru-baru ini mencuat hampir menghancurkan karirnya, dan pernikahan ini adalah salah satu cara untuk menutupi s
ta itu tampak begitu tenang dan tegar, meski jelas ia berada dalam tekanan yang sama besar. Ray tidak bisa memungkiri
untuk perasaan. Pernikahan ini adalah bisnis, dan dia tidak boleh mel
*
yi. Dia tahu bahwa hidupnya kini telah berubah selamanya. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menjalani satu tahun
i Ray, tidak ada sentuhan hangat, hanya jarak yang terus memisahkan mereka. Dan di balik semua itu,
ng itu, Hana tahu bahwa perjal