ereka dengan pikiran yang campur aduk. Keduanya berusaha menjalani kesepakatan untuk 'mencoba' menjalani
kesalan terhadap Leonard. Namun, di sisi lain, ia mencoba merelakan
rusaha bersikap tegas dan profesional, ia merasa tergugah setiap kali teringat tatapan kecewa Arlena. Suatu hal di da
-
agi, di Ru
Pagi itu ia merasa sedikit lega, karena akhirnya bisa meluangkan waktu untuk dirinya sendiri tanp
mnya sambil menatap
ran. Setelah menarik napas panjang, ia akhirny
nard?" tanyanya d
uatu yang perlu kita bahas," jawab Leonar
ng semua ini?" Arlena mencoba mempertahankan nada
ard. "Aku ingin mendiskusikan beberapa hal denganmu
bang, namun akhirnya ia mengangguk pe
menunggumu di sana jam 11," jawa
-
K
tu di ponselnya. Arlena menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sebelum menghampiri Leonard. Pria itu me
lena," Leonard memulai percaka
ena menyandarkan tubuhnya di kursi, m
n kita tidak mudah. Tapi aku ingin kita benar-benar mempertimbangkan pernikahan
"Apakah kita tidak memang sudah te
gendalikan diri, mengangguk pelan. "Ya, mungkin benar. Tapi aku ingin kita memiliki hubungan yang bai
d akan mengatakan hal semacam itu. Sekilas, ia melihat kesungguhan di mata pria it
semua yang terjadi...," Arlena berhenti sejenak, menelan ludah. "K
hu permintaan maafku tidak akan menghapus apa yang sudah terjadi. Tapi jika ada c
a nada tulus dalam ucapannya yang membuat hatinya goyah,
an harap aku bisa langsung menerima sem
tidak akan memaksamu. Kita bisa melangkah pelan-pelan. Aku han
an namun juga kelegaan. Mungkin, hanya mungkin, i
-
yang Ber
rhatiannya, meski Arlena masih menjaga jarak. Setiap kali mereka bertemu, ada ketegangan
keduanya berbicara dengan lebih santai, bahkan ada beberapa tawa yang mulai menghiasi per
tu. Tapi aku sungguh berharap kita bisa... memulai dari awal," ujar L
kebingungan yang ia rasakan, ada secercah kehangatan yang membuatnya
-
muncul. Di saat hubungan mereka mulai sedikit membaik, mantan kekasih
tang menghampiri mereka. Dengan senyum angkuh dan tatapan penuh
ira berbicara dengan nada meremehkan. "
eh provokasi itu. Leonard, yang melihat ekspresi terluka di wajah Arlen
ap Leonard dengan nada tegas. "Arlena
begitu ya? Tapi apakah kau sungguh yakin, Leonard? K
a berusaha mempertahankan wibawanya. Sementara itu, Leonard
lagi. Aku sudah membuat pilihan, dan pilihan it
asa hatinya masih sakit. Ia tahu bahwa bayang-bayang masa lalu Leonard akan selalu menjadi ujian bagi hubu
eonard benar-benar tulus