asaan yang tumbuh di dalam hatinya. Di luar profesionalisme yang selalu ia jaga, ada dorongan kuat dalam dirinya yang in
persiapkan presentasi atau merancang strategi, percakapan sering kali berlanjut ke hal-hal pribadi. Lambat laun, dinding yang Sari ba
laptop terbuka di atas meja, menyelesaikan beberapa laporan terakhir. Setelah be
al menuntut waktu sebanyak ini,"
, tapi kita hampir selesai. Kamu keren banget, Sar. Aku nggak tahu b
hatinya karena pujian itu. "Kamu juga nggak kalah, Faja
yang, bagi Sari, semakin sering terjadi dan semakin membuatnya merasa aman. Seolah-ola
ih pelan dan serius. "Kenapa kamu selalu terlihat... tegar? Aku tahu ngga
elama ini ia bangun. Rasanya begitu aneh, karena Bima, yang seharusnya orang ter
i akhirnya, berusaha menjaga nada suaranya tetap ringan, meski di dala
alu berkata, "Sari, kamu nggak harus selal
takan, begitu banyak hal yang selama ini ia pendam. Tapi di saat yang sama, ia takut jika membuka diri se
tahu harus mulai dari mana, Fajar. Pernikahan aku... sepertinya n
yela, memberikan Sari ruang
a. Dia sibuk dengan pekerjaannya, aku sibuk dengan karierku. Aku bahkan nggak ingat kapan terakhir
lir tanpa bisa ia hentikan. Selama ini, ia tak pernah berbicara t
khirnya bertanya pelan, "Dan it
anas. "Iya. Aku merasa sendirian, meski
i yang ada di meja. Sentuhan itu sederhana, tapi penuh makna. Sari terkejut, namun ia tak menarik tangannya. Ad
rbisik, suaranya h
gak perlu merasa sendirian lag
, sesuatu yang ia tahu salah tapi tak bisa dihindari. Ia merasa nyaman dan dilihat dengan cara yang Bima sudah lama tak lakukan. Namun, pad
at. Tapi sebelum ia bisa berbicara, Fajar menarik tangann
r," ucap Fajar dengan nada lembut namun penuh pengert
han. "Terima kasih, F
semakin kuat. Koneksi yang mereka rasakan bukan lagi sekadar rekan kerja yang baik. Itu adalah sesuat
ski tak ada satu pun kata yang diucapkan. Hanya deru angin malam yang menyapu wajah mereka, menambah kesan hening namun bermakna. Sari merasakan detak ja
Tatapan mereka bertemu, ada sesuatu yang tak terucapkan di balik mata Fajar yang tajam n
ahu mungkin ini terdengar aneh, tapi... aku merasa kita bisa bic
gangan dalam hatinya. "Aku juga ngerasa begitu,
an dahi, suaranya penuh ke
lau... aku terlalu bergantung sama kamu. Terlalu banyak hal yang aku
terasa begitu dekat. "Sar, kalau kamu butuh tempat untuk melampiaskan atau sekadar berbagi cerita, aku ada
lalu dalam. Dalam hati kecilnya, ia tahu bahwa perasaan yang berkembang ini salah, namun di sisi l
pa yang akan terjadi kalau kita terus begini, tapi... untuk
. Aku juga nggak mau bikin kamu merasa tertekan. Yang jelas, aku a
inya, ia tahu bahwa perasaan terhadap Fajar akan sulit dihentikan. Ada sesuatu di antara mereka
p Sari pelan. "Aku... aku
ambaikan tangan kecil sebagai perpisahan. Ia masuk ke dalam mobilnya, meninggalkan
ia harus membuat keputusan besar suatu saat nanti-keputusan yang akan mempengaruhi seluruh hidupnya. Namun, mala
masih mati, menandakan Bima belum kembali. Sepi dan dingin, sama seperti malam-malam sebelumnya. Cincin di jar
namun di balik itu, ia hanyalah seorang istri yang merasa hampa. Ia mengusap cincin pernikah
kirannya kembali melayang pada Bima dan Fajar. Bima yang dulu begitu ia cintai, tapi kini terasa
jar sudah mulai melewati batas yang tak seharusnya. Dan ia tahu,
ambu