tang hari-harinya, kini lebih sering pulang larut malam. Setiap kali ditanya, jawabannya selalu sama: "Banyak pekerjaan." Namun, Sari tida
, tapi belum ada tanda-tanda Bima akan pulang. Ia mencoba menghubungi suaminya, namun telepon itu
adari Sari yang duduk di sofa, ia langsung menuju dapur, mengambil segelas
gan nada tenang namun te
berbalik dan menatap Sari dengan ekspresi lelah.
a lama kita nggak punya waktu bersama? Kamu selalu pulang larut den
riga tanpa alasan, Sari. Aku benar-benar sibuk. Kamu tahu
hampir tumpah. "Aku bisa merasakannya, Bima. Kita semakin jauh. Kamu nggak p
a dapur. "Aku nggak tahu harus bilang
sedihan. "Kalau ada sesuatu yang kamu sembunyikan... kal
ghindari tatapan Sari. "Ini cuma di kepalamu, Sari.
r pekerjaan yang memisahkan mereka. Semakin hari, Bima semakin sulit dijangkau,
aku nggak bisa kalau kamu terus begini. Kita dulu selalu terbuka sat
asnya kembali, menghindari tatapan Sari yang penuh harap. "Aku capek. Kit
keheningan kembali menyelimuti rumah mereka, namun kali ini terasa lebih berat. Ada j
Ia tidak bisa menyingkirkan perasaan bahwa ada yang salah. Sari akhirnya memutuskan untuk menghubungi Bima lebih sering,
ya, ponselnya berbunyi. Nama Fajar muncul di layar, d
ya dengan nada lebih
imana kabar?
aikan," jawabnya, mencoba terdengar norma
Tapi aku cuma mau bilang... kalau kam
elalu hadir sebagai sosok yang membuatnya merasa dihargai dan didengarkan. Meski begitu, ia tahu i
selalu tahu apa yang harus
a ada pada hubungannya dengan Bima. Malam itu, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk mencari tahu apa yang seben
etap berjuang untuk menyelamatkan pernikahannya, atau membiarkan hubungan
dengan perlahan. Bima, yang sudah lama berada di kamar, hanya berbaring di sisi lain tempat tidur dengan punggung menghadap ke arahnya. Seja
n mereka-saat-saat di mana mereka saling tertawa, saling berbagi mimpi, dan merencanakan masa depan bersama. Namu
meja samping tempat tidur.
ja
nti mikirin kamu, Sar
hilang, memberikan perhatian dan rasa peduli yang sangat ia butuhkan. Namun, di s
itu cukup lama, sebelum
ri
sih udah peduli. Aku cuma b
dalam kenyamanan yang diberikan Fajar bukanlah solusi. Ia harus menghadapi Bima dan mengungkap apa yang sebenarn
ersiap untuk berangkat kerja, S
us," ucap Sari sambil memegan
hanya menoleh sekilas tanpa banyak emosi. "Tenta
n cuma tentang kamu pulang larut atau sibuk kerja. Aku ngerasa ki
dan sedikit jengah. "Apa yang kamu mak
u ada sesuatu yang kamu sembunyikan, Bima. Aku bisa merasakannya. Kalau ini c
i banyak tekanan di kantor. Proyek besar, target yang nggak masuk aka
il yang ia rasakan. Ia menggenggam cangkir kopinya lebih erat, suaranya mulai bergetar. "Bima, tolo
akan apa-apa, hanya memasang jaketnya dan mengambil tas kerja. "Aku harus pe
rah, tapi karena rasa kecewa yang semakin dalam. Bima tidak memberinya jawaban, hanya lebih banyak jarak yang tercipta di anti merasa paling rapuh, memberikan dukungan tanpa syarat. Namun, Sari tahu bahwa ia tak bisa terus lari dar
ang tertinggal di rumah. Tangannya gemetar saat membuka layar kunci, merasa bersalah sekaligus putus asa.
Percakapan itu cukup singkat, namun cukup untuk menimbulkan kecurigaan. Kata-kata yang dipil
nita ini? Dan mengapa Bima berkomunikasi d
bisa ia hentikan. Ia tahu bahwa sesuatu telah berubah dalam pernikahannng semakin menjauh dengan rahasia yang ia sembunyikan, dan Fajar yan
-apakah ia akan bertahan dalam pernikahan yang perlahan hancur, ataukah ia akan mengambil langkah u
ambu