n, justru menghadirkan lebih banyak misteri. Bayangan Sarah, sahabat masa kecil Dimas, menghantuinya. Apakah Dimas masih menyimpan peras
imnya juga tak kunjung mendapat balasan. Kecemasan dan kekecewaan mulai menggerogoti hatiny
cermin. Wajahnya tampak pucat, matanya sembab. Dia lelah dengan rasa tidak pasti yan
ya. Dia memutuskan untuk menjauh dari Dimas, untuk memberikan ruang ba
ke kampung halamannya, tempat di mana dia merasa tenang dan damai. Dia berhar
a. Dia meninggalkan sebuah pesan singkat untuk Dimas
Dia meninggalkan Dimas, pria yang pernah menjadi segalanya baginy
lalang, seolah-olah mereka adalah bayangan dari dirinya sendiri. Mereka semua memiliki tujuan, merek
. Dia melangkah menuju pintu keberangkatan, meninggalkan Dimas, meningga
dupnya. Dia berharap, Dimas bisa menemukan kebahagiaan yang selama ini dia cari. Dan, dia be
ah Dimas akan kembali padanya? Keraguan apakah Dimas akan memilihnya? Kerag
semakin mengecil di bawahnya. Dia tahu, perjalanan ini bukanlah akhir dari segalanya. Ini hanyalah sebuah permu
pegunungan dan suara gemericik air sungai membantunya melupakan hiruk pikuk Jakarta dan beban pikira
nuh dengan cerita dan kebijaksanaan. Nenek selalu menjadi tempatnya berkel
n air mata. "Aku merasa seperti sedang ber
uh dengan misteri, sayang," ujar nenek, suaranya lembut seperti bisikan angin.
"Tapi, bagaimana aku tahu apa yang leb
. "Ikuti hatimu, sayang," kata nenek. "Hati tak pern
ndengarkan hatinya, mencoba memahami bisikan yang tersemb
nya. Dia melewati jalan setapak yang familiar, menikmati pemandangan sawah hijau yang ter
e dalam. Di balik jendela yang berdebu, dia melihat sebuah foto yang tergantung di
di kampung halamannya saat masih kecil. Nenek pernah bercerita tentang sa
, matanya menatap f
imas memiliki masa lalu yang tidak pernah dia ketahui. Masa lalu yang melibatkan seo
rnah bercerita tentang Sarah, sahabatnya sejak kecil. Dimas pernah meng
ah?" tanya Aria dalam hati. "Apak
tuinya, membuat hatinya semakin bimbang
Dimas. Dia harus memahami hubungan Dimas dengan Sarah. Dia h
ingin bertemu dengan Dimas, ingin mendengar cerita Dimas tentang Sar
s menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini menghantuinya. Dia harus menem
tu dengan hati berdebar. Dia tak tahu bagaimana reaksi Dimas saat melihatn
t, matanya membulat. "Aria?" ucapny
mencoba tersenyum.
timbangkan. "Masuklah," katanya akhirnya, m
ng di dinding. Foto Dimas dengan keluarga, foto Dimas dengan teman-temann
anya Aria, sua
matanya tampak sen
anya?" tanya Aria, su
ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya," jawab Dimas, suarany
ya?" tanya Aria, suaranya
ya, Aria," jawab Dimas, suaranya terdengar berat. "Aku mencinta
ai aku, kan?" tanya Ari
imas, suaranya terdengar lembut. "Aku mencintaimu dengan cara yang berbeda.
anya Aria, suaranya bergetar. "
jawab pertanyaan Aria. Dia tidak bisa memutuskan. Dia mencintai Sara
s akhirnya, suaranya terdengar putus asa. "
a tahu, Dimas tidak bisa memberikan jawaban y
ranya terdengar lirih. "Aku akan
u mohon, jangan pergi," katanya, suaranya ter
as," katanya, suaranya bergetar. "Aku harus
erpisahan ini mungkin bukan akhir dari segalanya. Tapi, dia juga tahu, perpisahan ini mungkin me
us terus melangkah maju. Dia harus menemukan kebahagiaan untuk dirinya sendiri, meskipun itu berarti harus melepas
mendung. Dia tahu, perjalanan ini baru saja dimulai. Perjalanan untuk m
ambu