rik tangannya perlahan, namun p
an?" tanya Valdi, suaranya te
it goyah karena posisi intim mereka. Dia bisa merasakan napas Valdi
uk tidak melakukan sesuatu yang lebih. Namun, perasaan yang muncul dari sentuhan tadi masih t
gakhiri momen itu sebelum situasi menjadi lebih canggung. Dia melang
mengalihkan pikirannya dari ketegangan yang masih tersisa. Namun, saat dia melangkah kelua
katanya, berusaha terdengar biasa saja meski hatinya masih sedikit berdeb
"Iya, Om. Aku bantu pegangin," jawabnya dengan semang
atkan kursi itu di bawah lampu yang harus diganti, lalu meletakkan bohlam baru di de
enaiki kursi, mencoba untuk fokus pada tugasnya da
a yang tinggi dan posisi yang lebih tinggi membuat Mayang secara otomatis mendongak. Saat itulah pandangannya tertuju pada tonjola
jak tadi kembali menyerang, kali ini lebih kuat. Sementara Valdi sibuk mengganti bohlam, Mayang mencoba keras untuk tidak mem
m dan lampu pun menyala terang kembali. Dia menghela
udah bantu pegangin, Mayang,"
aha menyembunyikan perasaan yang
matanya sedikit menghinda
ng tampak sedikit merah dan canggung. Namun, dia memutuskan untuk tidak menan
ekarang?" tanyanya, men
ipun pikirannya masih b
bisa makan siang bareng," katanya sambil berjala
nya memutuskan untuk meninggalkan dapur da
ke ruang kerja, ada yang perlu Om selesaikan
. Namun, semakin dia mencoba untuk fokus, bayangan tonjolan di celana Valdi yang tak sengaja dilihatnya tadi terus mearan yang mulai membesar. Dia mencoba mengusir pikiran i
ngkin, kan?" Dia menggigit bibir bawahnya, merasa malu pada dirinya s
rinya sendiri, tapi pikirannya menolak untuk mendeng
berdebar lebih kencang. Ada bagian dari dirinya yang ingin tahu lebih banyak, ya
yang sama kayak aku?" pikirnya lagi, kali ini sedikit lebih lama,
nnya, pikirannya tidak akan berhenti memutar pertanyaan-pertanyaan itu sampai dia mendapatkan jawaban
emotong sayuran, pikirannya sudah jauh dari dapur itu, terperangk
*
enar enak, lebih dari yang dia harapkan. Valdi tersenyum hangat sambil menatap gadis muda itu
arang sekali Om bisa makan seenak in
inya merona merah, meras
ka," jawabnya pelan, matanya sesekali meliri
lurkan tangannya untuk menyentuh punggung tangan Ma
jadi lebih hangat. Kamu... bikin suasana jadi beda
rasakan kehangatan merambat dari
ra bergetar, merasa ada sesuatu yang
i laci samping tempat tidur - botol pheromone yang telah lama disimpannya untuk momen-momen seperti ini. Dengan hati-hati, ia menyemprotkan beberapa kali di titik-titik tertentu p
m, waktu masih menunjukkan pukul 8 malam. Dia berpikir untuk segera beristira
nton TV sama Om?" ajak Valdi, sua