dengan dorongan tersebut. Namun, rasa penasaran dan keingintahuan mulai
gup kencang, menyadari bahwa Valdi mungkin akan mengetuk pintu. Di kepalanya, berbagai pikiran bercampu
agu, menahan diri. Suasana hening semakin mencekam. Pintu kamar itu menjadi penghalang tipis antara me
, dan dia tahu, jika dia tidak berhati-hati, dia bisa terperosok lebih jauh ke dalam keinginan yang tak seharusnya d
ng nyaris berbisik, matanya besar menatap Valdi
terasa begitu lama. Valdi membuka mulutnya untuk berbicara, tapi kata-kata seolah tersangkut di tenggorokannya. Di teng
sana, seolah menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ketika tangan Valdi hampir menyentuhnya, napas mer
Va
adi. Seketika, Valdi merasa malu pada dirinya sendiri, dan segera menarik tangannya kembali. Seny
ng mungkin. Dia melirik jam dinding yang menunjukkan sudah cukup malam. "Kamu sudah
sih penuh kesedihan terlukis di wajahnya. "Belum
ur punya alasan untuk mengalihkan
. Makanan itu tampak menggoda, dengan aroma yang memenuhi udara, namun suasana di antara mereka masih terasa agak kaku. Valdi beru
panjang yang sudah mulai robek di bagian pinggir memperlihatkan bahwa pakaian Mayang tidak lagi layak pakai. Bahkan pakai
erapa saat hening, "kamu bawa pakaian berapa banyak da
malu. "Iya, Om. Pakaian Mayang nggak banyak, cuma
, keluar rumah memang tidak mudah, dan membeli baju di to
ayang? Sekarang kan, semuanya bisa dibeli online. Kamu t
ada masih cukup kok," tambahnya dengan senyum t
il dari Om. Lagipula, Om senang bisa membantu," katanya dengan nada l
mata sedikit terbelalak. "
a Om, jadi nggak usah sungkan," kata Valdi dengan nada
ikit canggung. Di layar laptop, Valdi membuka halaman marketplace oren, memutar layar sedikit ke arah Mayang agar dia bisa melihat lebih jelas. Mayang yang polos dan baru per
bil memandu, matanya sedikit melirik ke arah g
aja dadanya yang lembut sedikit menempel di lengan Valdi. Tanpa menyadarinya, Mayang semakin dekat,
elan, menunduk malu-malu. Sementara dia bicara, dadanya masih menempel lembut
gairah yang tersembunyi. Namun, dia tetap berusaha menjaga sikap tenangnya. "Bagaimana kalau yang ini?" ujarnya, mengklik gambar
k apa-apa, Om," jawabnya dengan ragu-ragu, meski dia merasa sedikit aneh dengan pilihan tersebut. Saat dia mendekatkan wajahnya ke layar untuk meli