Pelita mengkerut, apa maksdunya dari ucapan lelaki itu baruan? Dia melar
p penuh tanya
ta itu meluncur d
h di universitas mahal tapi otak kamu tidak di gunakan dengan benar.
dengan semua perkataan Bram barusan. "Apa maksudnya Bang? Apa yang aku lakuka
in sedangkan kamu sudah punya suami? Apa kata
engan sosok lelaki yang sudah satu tahun ini menjadi suaminya. Bagaiaman bisa dia berkata seperti itu seda
nama Abang buruk, lagipula aku dan Bang
afli seperti tadi kamu pikir baik jika di lihat oleh ora
r ucapan Bram barusan yang seakan-akan di sini dirinya lah y
i, mengapa masi menjalin hubungan dengan Kak Anggun."Akhirnya kalimat itu keluar dari mulut Pelit
r. "Beda! Kamu bisa bedakan tidak saya dengan Ang
selalu di puja-puja dan di puji-puji para pembisnis. Yang nyatanya bagi Pelita sosok Bram tidak lah
adi kalau Aku sama Bang Rafli
duduknya yang tadinya b
potong oleh sebuah getara
ngkan Bram langsung buru-buru mengangkat panggi
o Say
gar Bram mengangkat panggilan telepon itu dengan panggilan sayang dan suara
ana, karena banyak pekerjaan dan sepert
'ginap? Itu artinya Ayah sama Mama Ana s
lagi Pelita hanya bisa berdecih mendengar obr
Tok
patan dengan itu , Bram te
as
di saya di beri pesan untuk mengantar ke
letakan saja
ik
h di
ah P
ah saat office Boy i
ri
i, terima
-sama
" Pamitnya ju
H
e arah Pelita, lalu duduk di samping Pelit
ang, aku tungg
kan tangan Bram yang akan membuka bungkus
k di sampingnya. Perlahan Pelita menoleh
Bang?" ta
t dan kembali ke kursinya . Sedangkan Pelita menggaruk kepalan
makan?' batin Peli
ak ada sahutan dari Bram, lelaki itu
uk bermain ponsel saja sembari mnunggu keda
rsilhkan masuk pintu sudah lebih dulu di buka, jika seperti itu sudah pas
" tanya Rfali saat matanya menatap bungkusan makanan yan
ja menunggu Rafli , ia merasa tidak enak saja jika harus makan
ri, bahkan tak melepasakan tatapannya dari laptop
npa menatap, suaranya pun te
bahunya, sebagai jawaban dia tidak tahu. Rafli pun tak ambil pusing, ia duduk di sofa kosong hadapan Pelita. "Makan dulu, setel
ia merasa kesal saja melihat pemandangan seperti itu.
s menyiapakan makanan untuk dirinya dan juga Pelita. Bram diam, ia tdak bisa menggun
menyodorkan satu kotak makana
yang? Gak mau makan aja?'' tawar Pelita, dia mera
itu sahuta
makanannya begitupun dengan Rafli, keduanya makan bersama sedangkan Bram diam-diam menegak ludah, ia sebe
merasa kasian pada suamianya itu, tapi mau bagaimana lagi dia juga tidak
toh sudah tidak ada lagi yang ia lkukan di sana, yang ada
Pelita pada Bram. Rafli sedir
g sudah bersiap dengan menyampirkan tas ke bahunya. "Siapa
Pelita bungung. "Tapi kenapa Bang? Toh Pelita sudah meng
n perkataan saya?Apa hanya perkata
sa Bram barusan. Apa sangkut pautnya dengan Rafli dan astaga, ap
gak jelas."Hilang sudah rasan
t. "Pulanglah, tapi kamu singgah belika
e