sarapan! Tidur saja kerj
adi makanannya hari-hari. Telinganya sudah terbiasa mendengar perkataan pedas yang k
ga , lelaki yang seharusn
rlahan wanita cantik berbadan mungil itu membangunkan tubuhnya yang pagi ini terasa berat, entah mengapa seda
an mata yang sayu serta wajah yang pucat. Kepalanya benar-benar berat saat ini, jangankan untuk berjalan, untuk
kamu! Cepat bangun! Saya har
a Pelita.Dan itu sudah hal yang biasa, Bram memang selalu bersama Anggun. Semenjak kecelakaan yang menimpa Ang
satu tahun lamanya mereka menikah tidak pernah Bram menyentuhnya barang sedikitpun, jangankan memberikan nafkah batin, sekedar bertukar saliva saja me
wa sasisten rumah tangga, karena bagi dia Pelita adalah asiten rumah tangga, jik
i ini, rasanya dia tidak sanggup jika harus memasak
jika bukan langkah kaki Bram, karena d
saya
h gosong."Sahut Pelita masih sibuk dengan kegiatannya. Sementara Bram sudah
ggun sudah m
ng seperti in. Dia merasa dirinya tidak di anggap, dan hanya di jadikan pembantu oleh lelaki itu.
i tangannya, lalu meletakkannya di atas meja makan, se
sembari meletakkan secangkir k
eristirahat karena tubuhnya benar-benar serasa tidak enak sekali. Nmaun bar
ni! kenapa p
adi sudah pasti panas Bang." Sahut Pelita dengan malas. Ia sudah terlalu muak dengan drama aneh
akkan koipinya. Ia menatap Pelita yang kemb
a kamu!!?"
r Bang." Jawab Peli
? Temani saya sarapan! Kamu sudah tau
sialanya hanya bisa ia bayangkan saja. Dengan gontai Pelita kembali bejalan menuju meja ma
a, nanti dikira Ayah kamu saya tida
tadi ia buat. "Pelita nanti saja, masih tidak
Oh saya tau! Kamu pasti sengaja 'kan? Supaya saya
Faktanya 'kan emang seperti itu,
uli! saya b
Pelita lun mengambil piring dan mengisinya sdikit nasi goreng
a? Biar kurus? Dan biar saya di kir
lelaki di hadapannya itu berfikiraan positif tentang
ak!" Bram berucap sembari mengambilkan nasi gor
ita saat melihat Bram kemba
" titah Br
hanya bisa mengge
pamitan ia langsung pergi begitu saja meningga
buat apa? Suamianya itu akan pergi kerumahnya, ralat. Rumah Ayahnya, di mana Anggun sang Kakak tiri tinggal. Angun dan Pelita bukanlah saudara kan
ar ke sebuah rumah yang manjadi tempat
g!
u tangannya membawa sebuah buket bung
ok Yan, asisten rumah
n menemui Anggun." Uc
tiap hari datang ke sana. Mbok Yan sendiri merasa kasihan pada Nonanya yang satu, yaitu Pelita. Nonanya itu hanya menjadi figuran saja bagi Bram, jika saja
i, sedangkan di sini suaminya malah men
ok? Tumben gak ada?" tanya Bram se
nya pergi ke Bandung, ada urusan bi
nggun s
a, kan a
k Yan lagi-lagi hanya bisa membatin. Ingin sekali dia meneriaki lelaki tamapan itu seperti ini. 'Den! Aden it
." Lirih Mbok Yan mentap punggung Bram yang
Tok
tu pelan, lalu me
au sarapan!" Ucap seorang wanita yang
itu, pasti Anggun meng
erjalan mendekat
u sarapan hm?"
membuat Anggun membu
" pekikn