ya, yang benar saja apa suaminya itu benar-ben
n marah padanya, yang pasti hatinya cukup terluka. Dan itu hal yang wajar bukan? Hati sekuat apapun rasanya juga akan luluh lantak jika mendengar sebuah kalimat seperti tadi, di mana seor
ram akan menyuruhnya seperti itu, selama ini Bram memang tidak perah melibatkan Pelita prihal Ang
lit
dengan orang sekitar. Meskipun dia sedang dalam masalah besar, sedang kesal ataupun marah, tapi ia tetap memasang wajah baik-baik saja dan wajah tersnyumnya di depan orang sekitarnya
?" tanya Rafli m
Bang." Jawab P
anterin Bram?"
tanyaan Rafli ini pikirnya, seperti tid
eadanya, tanpa menyebutkan embel-embel lain. Padahal bisa
terin." U
gipula Pelita juga bisa pulang sendiri kok Bang." Tolak Pelita, dia sung
Pelita, ayo Abang anterin, lagian Abang
nya sudah lebih dulu di tarik oleh Raf
arena Mbok Yan sedang pergi dan sedang mendapat musibah, wanita itu terserempet saat pergi ke pasar. Ia bukan hanya ingin menyuruh untuk mengantarkan makanan tapi sek
mengejar kedua orang yang su
rkiran. Keduanya menoleh bersamaan kearah Br
taya Rafli menai
Bram tanpa menjawab pertanyaan dari Rafli. Dan tanpa menunggu jawa
sendiri, aku tdiak mau ikut." Tol
ak jangan keras kepal
pa Pelita harus ikut denganmu?" tan
ampur, sekarang tugas mu hanya mengecek lokasi saja." Sarkas B
a.Dia sangat malas pergi ke rumah yang dulunya tempat dia tinggal, dia tidak ingin be
i saya suruh kamu sekalian untuk melihat keadaan Mbok Ya
khawatir."Apa? Mbok Yan kekserempet?" panikny
a yang sudah lama mengabdi di rumah itu, bahkan jauh sebelum Anggun dan Ana
berlari masuk ke dalam rumah besar milik Abdi itu."Mbok, Mbok
on Pe
n yang berjalan dengan tertatih-tatih. Pelita segera berlari
an Pelita udah bilang kalau ada apa-apa tuh telepon Pelita, kasih tau
ngu Non Pelita, mana
i harus hubungan Pelita ya, ini udah di obati?
bati, besok juga udah sembuh, ini mah
h jalan, kita ke rumah sa
ng cantik, Mbok gak apa-ap
itu merasa tersentuh, ia tau jika Peli
aja?" tanya Bram ikut b
k saja Den. Ini juga u
alanya. "Anggun ada d
a D
kamar Ang
p perih mendengar suami sendiri ingin masuk ke kamar
h ke arah Pelita yang menundukkan kepalanya, dia raihnya ta
menganggukkan kepala
a saat ini. "Non tau 'kan kalau sama Mbok, Non gak per
erkaca-kaca mendeng
r
ok, Pelita pengen udah, tapi Pelita gak bisa." Tangis Pelita pecah di dekapan Mbok Yan. Wanita
it, tapi Mbok Yakin Tuhan pun
ok? Pelita rasanya ing
, jangan se
pahkan segala rasa pedih dan beba
*
k baru datang ?" tanya Angg
n tadi." Jawab Bram semb
akan?" tanya B
suapin sama kamu
dan keluar dari kamar Anggun, langkahnya memelan saat mendengar su
ampai dia menangais sesenggukkan se
pat melepaskan pelukannya pada Mbok
kkan bungkusan makanan di atas meja, matanya melirik
kan kepalanya, dan berbalik pergi ke rah kam
baik-baik aja 'kan? Apa perlu Pel
a." Mbok Yan tidak ingin Pelita semk
iar di anterin sama Mang
Pelita naik taxi sa
suara itu menghenti