dak berangan-angan lagi. Walaupun cinta di hati tentu masih ada untuknya. Namun, mung
Pertama kali Mas Angga menampar wajahku. Pertama kali juga di
kan aku laku
*
kamu salah
jelaskan
perihal fitnahan dan aduannya pada Mas Angga. Siapa y
buruk. Buktinya dia tidak macam-macam. Jika memang dia ingin berbuat jahat, tentu ta
kamu di Kafe
asi Bilqis yang mulai aktif merangkak. Temui dia ata
n-akan tidak merasa bersalah atas tindakannya terhadapku. Menunggu kata maaf dari dia itu, ibarat men
, ba
dia bangun dan mau mengantarku
wajahnya, lalu segera duduk menyandarka
anter?" Memohon dengan nada yang rendah,
ajahnya. Aku pun memilih untuk menunggu di kamar saja. Berharap dia mau mengantar dan i
ngapai
Mas Angga memiliki wajah dengan garis wajah tegas. Sepasang alis mata rapi yang
i angka 30 tahun, karisma justru semakin terpancar keluar. Entahlah!
tidaklah menjadi masalah. Jika boleh jujur, dia adalah cint
smanya semakin memancar. Postur tubuhnya yang tegap dan tinggi, membuatku ingin selalu memeluknya. Sering b
e kafe
na, Bu Yanti selalu mengajarkan
alisnya yang hitam dan ra
gukan, dan masih betah
amu mau
mainkan alis. Apa y
cut dan ... sudahlah! Terserah! Oh ya, jangan lupa bawa Bilqis." Mas Angga n
ngarkan
. Gojek, angkot atau a
as dalam-dalam. Baiklah, aku akan menemui Mas Fai
*
mau untuk sampai ke kafe menggunakan ojek online. Benda p
ampai di dep
tap bisa didapatkan oleh Mas Faisal. Tidak perlu heran, apalagi bertanya-tanya.
g dikunjungi banyak orang, tentunya saat itu. Aku bisa melihat dengan mata
ggi melambaikan tangan, seraya datang menghampiri. Aku
pis itu langsung mengus
ja, Rum?" tan
qis, Mas." Aku men
ak Angga?" Mas Angga mas
i langkah Mas Faisal. Kami masuk, m
narnya, Mas?" Aku langsung
k berleha-leha menghabiskan waktu. Mas Faisal tersenyum, lalu mengisy
a, Rum?" tany
memilih untuk mengik
araan lebih dulu. Dia menatap lurus ke arahku, la
u kamu jadi kena tampar." Mas Faisal menguc
ar? Sedekat apa sih pertemanannya dengan Mas Angga? Tid
ang aku alami Angga pasti t
-tiba menjadi kering. Meneguk air di
ku menatap Mas Faisal, den
k ada privasi
dalam, agar jiwaku s
kian, Mas?" Aku s
in belum saatnya
enjelasannya. Aku pun memutusk
ngatakan aku menggo
. Setelah itu, dia kembali menatap semba
tergoda. Tapi itu bukan karena kamu. Malam itu, kamu benar-benar can
kerontang. Mas Faisal memperhati
auh itu? Mas suka kamu, jadi kan wajar." Mas
au pulang," jawabk
u, Rum? Tunggula
as Angga mar
biar Mas
aisal. Tidak enak
s antar sampai jalan utama sa
Aku mengalah, membiarkan Mas Faisal m
ng menikmati hiruk pikuk kota Jakarta. Angin bercampur asap kendaraan menerpa wajah. Nam
s sudah lepas asi, aku bisa bekerja di luar. Itu juga jika Mas Angga mengizinkan. Bukannya tida
tidak?" tanya Mas Fai
pulang a
i sesuatu dulu? Mas yang
menatap lewat kaca spion. Aku hanya bisa t
Gak usah re
berhutang budi pada laki-laki lain. Apalag
dia pun mengangguk dan memutusk
Rum. Kita p
aja. Begitu jauh lebih baik menurutku. Tidak ma
k sedikit pegal. Tanpa mengulur waktu, aku seger
depan pintu masuk yang tertutup rapat, aku melihat sepasang sepatu h
sepatu itu? Apa