ah kamu me
. Menerobos begitu saja, sehingga membuat t
penting, Rum? Harusnya kamu lihat ba
Seketika itu juga, kakiku bergetar merasa takut. Sala
meninggalkanku. Huft! Ku hembuskan nafas yang sejak ta
n air bening yang mulai menggen
mendekati bayi enam bulan itu. Kuusap lembut kepalanya yang ditumbuh
kan kalimat yang aku rindukan itu. Setidaknya di depa
Bahkan, baru memasuki tahun kedua. Aku juga tidak pernah mengira,
gan senyuman yang manis. Kami memang dijodohkan, sehingga tidak pernah ada yang namanya pacaran. Jalan berdua se
ngsung begitu cepat. Hanya lewat pertemuan yang tidak banyak, aku pun tidak banyak berontak. Aku yakin dengan
alah seorang t
nggung jawab. Pernikahan kami berlangsung dengan sangat sederhana. Dilaksanakan di panti asuhan, tempat aku
n dia sangat bertanggung jawab. Memberiku rumah untuk berteduh, dan memenuhi nafkah
ada diriku, semua rontok oleh sikap Mas Angga. Aku terlalu obsesi atas cerita Bu Yanti semasa aku
tual bercinta pun, tak ada kata-kata indah yang membuat j
u, atau mungkin belum terbiasa. Namun, setelah sekian
t terkikis oleh waktu. Ternyata tidak semudah itu. Sampai
ngga tak juga menyatakan rasa cintanya padaku. Dia hanya tersenyu
atu saat Mas Angga mau berubah jadi pangeran im
ga s
*
ampa. Mempersiapkan bekal untuk Mas Ang
bangun terlambat, dan Bilqis belum
udah siap. Mas m
moles bibir dengan lipstik, dan membedaki wajah tipis-tipis. Wangi semerbak
untuk memikat ha
h, Rum. Te
lupa dia menggendong Bilqis sebentar. Kemud
tu, sambil menggendong Bilqis. Melam
enyuman sebelum pergi. Tidak ada juga
an menunggu saat
suk ke dalam kontrakan. Menyiapkan makan Bilqis yang su
enapa dan kenapa. Aku rasa, aku tidak jelek untuk standar kecantikan wanita Ind
mmmm
hatian pada Bilqis. Saat ini, pasti Bilqis sangat membutuhkank
*
luar kamar. Acara ngelonin Bilqis segera aku akhiri. Lagip
uka sepatunya. Aku menyambut tas kerjanya d
untuk aku dan Bilqis, menguar begitu saja.
ndi dulu ap
udah tidur?" t
ang diutarakan, Mas Angga mala
sudah ti
p Mas Angga mel
anggilan dari Mas Angga membuatku bergegas melang
apa,
lqis sedang
atapan datar. Tak ada senyum
ndi dulu? Bia
a, bahwa dia baru pulang ke
alau belum mandi, R
u sudah begitu, mengal
nnya. Kalau bukan karena aku mencintainya, tentu saja aku akan menolak ajakannya. Bagaimanap
ual ibadah kami. Mas Angga sudah membuka baju dan celana jeansnya. Aku sege
bercampur aduk. Rasa tak enak bercampur dengan rasa ing
kan pemanasan yang singkat. Sebenarnya aku belum sia
buh intim belum sepenuhnya siap untuk dimasuki. Namun, m
aku tidak ingin membuatnya kecewa. Beberapa saat berlalu, aku pun berpura-pura klima
punggungnya yang basah oleh keringat. Se
Angga. Begitu juga aku tidak berkata apa-apa. Aku hanya mencob
aku rasakan. Di buku-buku novel yang aku baca, seharusnya setelah berhubungan Inti
ga membuatku semakin terusik. Perta
encintaiku?" aku be
ari sisi Mas Angga. Namun, belum sempat aku bangun, Mas Angg
apa yang k
mbung