ri Rin.
tika mataku membesar dengan kengerian yang langsun
, bur
aksaku untuk ikut lari mengik
i, R
, kakiku terus berlari. "Damar berengsek!
a, sesekali dia menoleh ke belakang
Lari dulu y
am
rang siswa sekolah lain dengan sebatang
teriak yang
untuk kuhentikan lagi, sebab seragam SMA-ku sama persis dengan seragam SMA
unya terhalang ini dan itu, maklum saja, Damar
, s
i justru dipenuhi oleh para pedagang kaki
gibaskan tangannya, berusaha membuka
-kursi dagangannya menjadi berantakan tersenggol l
erus saja diseret oleh Damar.
a semakin kaget sebab lebih banyak lagi anak SMA yan
in geng SMA lain terse
keh meskipun umpatan dan makian dari ora
ak dari SMA lain itu pasti juga akan memukuliku. Paling parah, m
ke s
asuki sebuah gang ke
mi dari para pedagang dan para pengunjung pasar deng
a memah
p detakan jantungku akan membuat paru-paruku semakin dingin dan bertambah
nggapi kesialan orang-orang pasar
peduli, atau lebih tepatnya, Damar lah yang tidak peduli
ke s
balasku. "Gang
keh dan kami kembali ber
mer
n, sepertinya hidung mereka cukup kuat
u pada Damar sembari menunj
i mengangkat kepalan tangannya. "
nak SMA lain tersebut. "Kejar
nya berbalik dan meneriaki anak-anak SMA dari sekolahan
. Olah ra
lu pitak!" aku