Buku Minang KW
Kisah Aku & Dia
Damar, dia seorang laki-laki yang pernah aku harapkan menjadi seseorang yang akan selalu mendampingiku dalam suka maupun duka. Dan aku, Rina, gadis yang akan selalu ada untuknya dalam sakit ataupun senang. Tapi kehidupan tak akan pernah sejalan dengan pemikiran dan keinginan, membuyarkan khayalanku, menghempaskan mimpi-mimpiku ke jurang terdalam, lalu pecah berderai di kerasnya kenyataan. Damar yang selalu memperlakukanku dengan baik, bahkan lebih dekat daripada keluarganya sendiri, ternyata sama sekali tak menaruh hati padaku. Perasaan yang terhempas ini tak pernah bisa kuungkapkan. Tidak pada orang tuaku, tidak pula pada Damar sendiri. Kusimpan segala sakit di dalam hati, sendiri, dan mendoakan yang terbaik baik bagi Damar sebab dia yang harus pindah, dibawa pergi oleh keluarganya ke luar kota.
Teratai Abadi
Karena kejadian memilukan yang menimpa ibunya, Puti Bungo Satangkai terlahir prematur, bisu, dan hanya bisa mendengar dengan sebelah telinga kanannya saja. Meski demikian, berkat ketelatenan Inyiak Mudo yang menemukannya di lembah Ngarai Sianok dan merawatnya, dia tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik dan menguasai silat serta kesaktian. Bungo besar dan mendapat pengajaran Inyiak Mudo di sebuah pulau kecil, di lepas pantai barat Andalas, bernama Pulau Sinaka. Setelah kematian Inyiak Mudo dalam pertarungannya dengan Inyiak Gadih, Bungo akhirnya meninggalkan Pulau Sinaka menuju daratan utama Andalas melalui pelabuhan Bandar Bangkahulu. Berbekal sebuah liontin berbentuk satu kelopak teratai pemberian Inyiak Mudo, Bungo memulai pencarian atas jati dirinya. Langkah membawa pertemuannya dengan si Kumbang Janti, salah satu Hulubalang Kerajaan Minangatamvan. Dari si Kumbang Janti, Bungo mengetahui bahwa liontinnya itu adalah satu bagian dari tujuh kelopak Teratai Abadi, pusaka Kerajaan Minanga yang telah lama menghilang. Petunjuk-petunjuk yang didapat Bungo mengarah ke kerajaan yang sama. Maka, dia memutuskan untuk pergi bersama si Kumbang Janti menuju Istana Minanga di Batang Kuantan. Di Istana Minanga, Bungo justru terseret kasus asusila bersama si Kumbang Janti yang dituduhkan oleh si Balam Putiah kepada mereka. Meski demikian, Bungo tetap tenang dan mampu menyelesaikan permasalahan itu, meski harus mengalahkan Halimunan, pasukan rahasia penjaga Raja Minanga, Rajo Mudo. Di sini pula terungkap bahwa Bungo ternyata adalah keturunan Sialang Babega bersama Zuraya, dan dia memiliki seorang abang yang sakti bernama Mantiko Sati. Semua itu bersangkut-paut dengan liontin miliknya yang sejatinya adalah milik Sialang Babega, dan Sialang Babega mendapatkan kelopak Teratai Abadi itu dari tangan Datuak Rajo Tuo, Raja Minanga dua generasi sebelumnya. Dengan kata lain, Bungo adalah keturunan seorang yang terpandang dan dekat dengan istana. Terlebih lagi, Ratu Nan Sabatang adalah tetangga keluarganya semasa dahulu. Dari sinilah pertualangan Bungo memasuki masa yang lebih kejam dan menyakitkan. Demi memenuhi keinginan Rajo Mudo, mengumpulkan semua kelopak Teratai Abadi, Bungo harus berhadapan dengan tokoh-tokoh sakti Tanah Andalas, bahkan hingga ke Selat Malaka. Dalam perjalanannya menemani Bungo, si Kumbang Janti yang mencintai Bungo justru tewas. Namun cinta Bungo bukanlah kepada si Kumbang Janti, melainkan kepada Antaguna, seorang pimpinan Penjahat Berbaju Hitam. Sebab Antaguna juga mencintai Bungo, maka ia rela meninggalkan dunia hitamnya dan berjuang bersama sang gadis demi berbakti pada kerajaan. Di akhir perjalanannya mengumpulkan kelopak Teratai Abadi, Bungo akhirnya bertemu dengan satu-satunya keluarga kandung yang ia miliki, Mantiko Sati. Dan kala itu, Mantiko Sati yang beristrikan Ratu Mudo, pemimpin Minangatamvan sebelum Rajo Mudo, hidup dengan mengasingkan diri dari keramaian. Selesai dengan urusan istana, Bungo dan Antaguna menikah di Pulau Sinaka.