ukup mengganggu meditasi yang telah ia mulai semenjak beberapa purnama yang lalu. Meditasi yang sesunggu
arat Pulau Swarnadwipa yang bermakna Pulau Emas. Atau setidaknya
bih mengenal daratan tersebut dengan nama Andala
ah ia membuka matanya."Mengapa suara-suara tak
erperawakan seperti seorang yang sudah berusia 70 tahun itu cukup pendek,
merah-merahan meski kumis dan jenggot menyatu menjadi cambang yang le
sebenarnya, itu juga alasannya orang-orang l
Wajah yang menengadah itu terlihat tidak terlalu tenang, dengan mata terpejam
,' bisik hati kecilnya, 'gerangan ap
hitam. Sesaat, Inyiak Mudo menghela napas lebih dalam sebelum tatapannya tertuju ke seberang lautan. Bayangan tipis dari
butuhkan sesuatu prosesi untuk memulainya lagi. Jadi, Inyiak Mudo memut
dengan posisi miring ke kanan. Dan kembali suara-suar
da kata-kata yang jelas yang bisa ia ingat. Hanya suara-suara berbisik halus yang lebih ser
i?" gumam Inyiak Mudo set
uk meninggalkan Pulau Sinaka. Dengan menaiki sebuah s
anpa terlihat terburu-buru, namun sampan itu justru meluncur s
as meski hanya dengan sebuah sampan kecil. Ia sudah melihat keramaian dari sebuah bandar d
elak akan menjadi sebuah ibukota
titik di antara kelebatan tanaman di tepi laut, Iny
ekor burung yang terbang dengan sangat ringannya, melesat ke arah utara. Ia sengaja meng
ara harfiah berarti Bukit Sirih. Kawasan itu berada di ujung utara sisi bara
ami goa itu, dan orang itulah yang s
Manih. Hanya saja, sebagaimana dengan Inyiak Mudo, wanita itu pun memiliki kulit wajah selayak
masih membayang jelas di wajahnya itu dalam kondisi bersemad
dalam sebelum akhirnya memutuskan untuk memasuki goa tersebut. Ia sedik