olahku yang justru cemburu buta terh
baik saja. Aku tidak punya perasaan apa-ap
an selalu mengalihkan pembicaraan jika ak
n seperti yang sering muncul di televisi, at
sama s
dalam keluarga Damar, tentang ayah dan ibunya,
tidur di rumah kami. Di sanalah aku, ayah, dan ibuku baru menge
u, Damar selalu menj
i ke rumahnya meski sekadar bikin PR bersama, misalnya. Juga, alasan mengap
ngkin sudah menganggap Dama
ar mengambil sebotol air
te mau bikin pepes ikan
ampiriku. "
a begitu seenaknya saja mau duduk di
sementara ibuku menyiangi d
atanny
kamu mau, ya makan malam b
. Jangan ng
ol bahuku dengan bahunya. "Gue tuh lagi n
aja, dia menoyor kenin
r, ya!" Aku mendelik padan
!" sahutnya
mi, untuk yang kesejuta kalinya.
dinding yang juga dipas
am tiga
" jawabku. "Ntar aja
an!" Damar la
ka cemberut. "Lu tuh gak ada ba
mar. "Jangan galak-galak gitu, ah. Ibu gak suka.
lagi seraya mengambil satu pir
api keributan kami. Sementara Damar t
berupa ikan goreng balado, tahu, te
estoran ternama? Bukankah itu akan lebih sesuai untuknya? Dan,
musingkan k
*
coba menghentikanku semenjak dari ger
kepadanya. Dasar, dia bahkan tidak peduli denga
i," ucapnya, lagi. "Ri
memandang tajam padanya dan beb