1 : Set
air laut membuat Kalila merasa begitu segar. Dia mencoba bangkit, dan duduk, tetapi ketika hendak bangun, kepalanya terbentur sesuatu yang terbuat dari logam d
ngan itu kecil sekali? Atau dia berada di dunia lilliput, seperti buku yang sudah dibacanya d
a, semua tidak terikat. Dia mulai memandang sekelilingnya, tetapi kegelapan membuat matanya tak
karena kaki Kalila yang sengaja diangkat langsung menyentuh logam dingin it
. Ruangan kecil itu sebenarnya tidak terlalu gelap, setelah mata Kalila bisa beradaptasi dengan kegelapan, sehingga sepintas kila
nya mulai tersengal ketika dia menyadari dan mulai menduga dia berada di mana. Dia mulai mengalami sesak napas, dia mulai
a di dalam s
encoba sekuat tenaga untuk membuka tutup keranda itu di
olong!" te
ya memang di kunci dari luar. Atau mungkin ada kai
itu. Tetapi nihil, keranda itu terbuat dari semacam alu
it itu, terutama karena kepanikannya. Dia berusaha tenang dan berbaring lagi, tetapi tidak
anda itu, tetapi tetap tidak ada yang terjadi. Kalila mulai menangis lagi. Dia m
yang begitu bergantung padanya, wajah teman-teman di tempatnya bekerja. Oh, air mata itu tak terkendali lagi. Ka
a tidak memedulikan suara itu, karena dikiranya suara itu pasti halusinasi d
ar mendengar suara seseorang membuka gembok dan dentingan-
tu terang membanjiri mata Kalila, yang belum lagi selesai memroses bunyi
lila. Sepertinya suara itu bertanya pada Kalila. Kalila mem
karena matanya belum lagi beradaptasi dengan peralihan dari gelap pekat ke terang benderang. Kalila mengerjapkan m
lila berkali-kali dan Kalila
*
rana berdiri denga
yah An Nur Ka
g berpandangan dengan penuh ketegangan sekaligus kewaspadaan. Mereka bertiga agak sedikit t
u. Putri dan Kir
upa tanaman bunga berwarna-warni menyejukkan mata. Di beberapa sudut terdapat kursi beton yang melingkari sebuah meja beton dengan naungan atap berbentuk menyerupai jamur di at
sebuah selasar lebar yang di kanan kirinya dilengkapi dengan papan inform
enunjukkan detail pesan
ngan sepak bola, lapangan umum, sarana kesehatan ... Masya Allah, rupanya kita bukan
ang menunjukkan ada tiga buah ruang terapi r
ahnya tidak terlihat karena tertutup cadar, tetapi Kirana bisa mema
ang tunggu, kan,
menga
" kata Ratu, yang kemudian segera bisa menemukan ruan
ewancarai mereka setelah ini, dan di ruang tunggu ini pun mereka disambut dengan pemandangan yang tak
atu tersenyum geli, dia belum pernah memerhatikan nama lengkap Ustadz Irfan sela
foto pria yang sangat menawan dengan rambut putihnya yang mencapai belakang kerah bajunya. Pria
bih muda dan memiliki jenggot dan brewok yang tebal. Pria itu memandang ke depan dengan serius. Nama pria itu Hasan Abdurrah
ewok dan jenggot yang juga lebat. Wajah pria itu tampan, tetap
an. Mungkin ada masalah, ya, pikir Ratu, karena foto Hasan Abdurrahman kembali muncul, kemudian setelah foto Hasan muncul foto seorang ustadz sep
u menjadi teman diskusi, pikir Ratu. Ratu memicingkan m
foto pemimpin pesantren ruqyah yang paling baru. Pria itu masih muda
n buru-buru minta maaf. Ustadzah itu tersenyum dan menganggu
*
ang begitu cantik dan unik, walaupun terbilang sudah sepuh. Dia dampingi oleh seor
h Kirana
menga
tadzah Kirana terkait dengan surat lamaran yang dikirim Ustadzah Kirana kepada k
yadari dia benar-benar sudah berada di pesantren impiannya ini. Pesantren yang dulu hanya dilihatnya dari koran atau majalah dan kangas sebagai ustadzah besok dan boleh memasukkan barang-barangnya malam ini,
uda bernama Kirana itu. Yasna ikut m
*
ustadzah yang tersenyum mani
Ustadzah Putri, y
Penuh kelembutan dan ketenangan yang dalam. Terdapat tiga buah tahi l
pas lega ketika, dipersilahkan untuk memulai
ra ini selesai. Ustadzah kersa nengga sekedap, kan? Ustadzah Hasna tasih ngisi kajian, (Ustadzah mau menunggu sebentar, k
ika, kemarin ustadzah bertiga menginap di hot
gunung, Ust. Bingung kalau di Karang Pa
g, ya?" tanya
meng
uh sekal
bis dan lanjut naik
g Wulung itu adalah desa di lereng sebu
ma berasal dari Karang Wulung dan sama-sam
ullah sama-sama diterima di Universitas Al Azhar dengan jurusan yang berbeda-beda, dan setelah dua tahun mencari pengalam
sna untuk pertama kalinya. Menurut Putri, Hasna adalah seorang yang sangat maskulin, wajahnya sangat
lkan saya Hasna," kata Hasna dengan mantap dan lantang. Ah,
lagi dengan teman sa
ri menjadi peruqyah. Jazakillah sudah mau menjadi peruqyah di sini, njih, Ust. Besok kita
juga baru selesai wawancara," jawab Mutia. Hasna mengangguk,
Wah, sayang sekali, semula saya kira ada tiga pe
nnya. Hasna sempat melihat wajah risau itu, tetapi membiarkannya saja, kalau Allah berkehenda
awancara Putri. Hasna menyambut Ratu dengan suka c
kenal dengan seorang sensei di sana? Na
jut. Mereka berpandangan denga
" jawab Ratu sambil m
na yang terkejut, ma
Apa kabarnya Sultan? Saya minta nomornya, ya?" Ratu dan Hasna saling bertukar info, dan Hasna meminta
rsenyum, membuat dua ustadzah muda itu merona d
dzah muda itu perg
ah Jawa! Bapak mereka terkenal sebagai mafia tembakau sejak dulu, sampai sekarang
, Ust, bapaknya Ustadz
ke arah Mutia
inya sudah
*
Pandan. Dan menjelang pulang, ketika Rosalina hendak menaiki
o! Bagus banget, enak-
yak dico
! Ban
ma
ara RSUD, nama
unya
an Korea, dong, pokoknya kekini
, nih, yang
an motor mereka masing-masing, membuat Rosalina jadi me
*
andan. Resto yang didirikan di sebuah tanah yang semula adalah tanah kosong yang menjadi sengketa dan
pat ruangan-ruangan kecil yang batasi dengan dinding bambu berwarna kuning, di dalam ruangan tersebut ter
empat berp
mencoba duduk di bantal duduk warna merah marun yang sangat empuk itu. Malina melihat ruangan
heran dan semakin girang melihat menu di buku menu. Makanan
san makanan Restu s
kalau di tempat b
u te
mandinya, Yud," jawab Restu gel
an hajatnya di kamar mandi resto yang serba modern itu. Dia mematut diri di kaca sebelum
u sudah di
unggu perint
ag
terbuka sedikit dan Restu paham, dari situlah bisikan-bisikan iti didengarnya. Restu juga paham, dia seharusnya segera pergi dari situ, tetapi Restu malah memilih sebaliknya.
*
membawa keluarganya ke pesantren ruqyah, maka perumahan untuk para asatidz itu berkembang sangat pesat, bahkan terbagi menjadi tiga bagian. Di bagian utara pesantren adalah perumahan untuk para peru
osalina. Faza melihat ke arah jam dinding. Seharusnya Rosalina sudah pulan
lihat Rosalina tertidur. Sepertinya Rosalina
hampir seperti transparan itu sangat lembut dan halus. P
letakkan HP itu di meja agar tidak tertindih, tetapi secara tidak
ada di web tersebut. Wah, rupanya ada sebuah restoran baru di
*
rapat dan dia dikelilingi kegelapan. Dia langs
a di tengah ruangan itu. Pria? Entahlah mereka semua memakai jas dan celana warna hitam dan mereka semua memakai topeng di wajah mereka
kai topeng yang sama dengan para pria yang mengelilingi meja, tetapi walaupun mereka tidak menun
karena kamu sudah terlanjur masuk, b
*
annya!" desis Astri, Malina dan Yud
gak asyik kalau kita nggak
men
ga ke sini!" seru Yuda di ten
ak bangkit mencari Restu. Astri bertanya pada se
u, saya takut, mungkin dia pingsan," kata Astri asal, sekali
ngan. Seorang wanita menghampiri Astr
saya Liana," kata wanita itu. Dia segera menyuruh seorang pelayan
masuk terlebih dahulu ke dalam kamar m
keluar dari kamar man
ya? Mohon dicek!" seru pelayan itu dengan gagap. Astri sea menghibur Astri. Astri mengangguk, mer
n
ehnya lampunya sekarang berwarna merah
, tetapi sepinya ruangan itu me
pa langkah ketakuta
ingnya dan mengalami kepanikan yang sama, seperti dirinya
Astri ketakutan, tetapi dia tak peduli, dia segera mencari pintu keluar, tetapi anehnya di dalam keremangan itu,
tiba ada sosok yang tiba-tiba mendarat tepat di depannya. Astri mencoba bangkit dan meli
lambang salah satu klub sepak bola di Inggris sana. Sosok berwarna merah, berta
erah itu terlihat basah dan liat. Astri tersengal ketika sosok itu mendekatinya. Astri
i bergerak mundur, tapi masih kalah cepat dengan gerakan setan merah itu
rasakan kasarnya lidah setan m
*