n malah membuat dia batuk tanpa henti. Seorang perawat membantu menegakkan bed tempat Kalila
san lagi," kata perawat itu, sedikit me
nya perawat itu lag
tahu kami, ya?" kata perawat itu pada Kalila, "mohon bantuannya, ya,
s
ta
ia itu mendekati Kalila. Ah, ternyata wajah mereka terlihat begitu bersih, begitu teduh dan begitu menenangkan
iapa?" tanya wanita cantik be
ila," jaw
la keheranan. Matanya membu
tanya As
gkel. Sekali lagi Asma berwajah keheranan dan sedikit takut. D
Coba tanya lagi, tetapi diminta menjawab dengan bahasa tubuh saja, anggukan a
. Kalau mendengar perkataan pria itu, berarti mereka tidak mendengar a
nganggu
arang Legi?"
kan Karang Legi. Kalila bertambah panik, dan di
pria yang paling tinggi diantara mereka. Sem
h
ucu sekali, dan tiba-tiba saja Kalila merasakan gelitik geli di bagian perut y
a pria itu. Dia membawa
itu, oh, ya, kenapa tidak dipikirkan
ia perlahan. Dia memberik
ama mbak di sini, y
a menulis pada sebuah pesan WA. Kalila membaca sekilas n
dang keheranan ke arah pri
ik pria itu lagi. Kalila m
a Rah
so, nomor 36,
ampai ke kepala Kalila. Rasanya hampir sama seperti kesemutan. Kadangan juga bergetar
k pri
ngar suara yang seakan ber
tikanmu! Kalau kamu bisa mendapatkan pria itu, kamu t
keher
au dijadikan tumbal?
ngan heran. Mereka memandang Kalila ketakutan
anya pada Kalila. Wanita bernama Asma itu mengang
u. Beberapa pria yang lain menggoda Fiki, dan entah kenapa ejekan dan go
marah dan sekali lagi membuat para pria itu keheranan. Aneh, mereka tida
alah mendekati Kalila dan
angan kayak kucing kawin gitu, dong!" kata pria itu
keterlal
ul. Aku
ya, jangan
usaha bangun, tetapi tubuhnya sangat lem
cukup berat. Jangan suka memaksakan kehendak seperti itu. Nanti gadis ini bis
ak sedikit kecewa dan kemudian kembali pasrah di bed-nya. Mata Kalila tetap memandang ke arah Fiki dengan lekat, membu
a nam
g mencari informasinya. Rumahnya
arang Pandan dan Karang Legi, dua daerah yang
*
ca alamat seorang wanita yang a
a yang menunjukkan aktivitas gaib, dan tempat-tempat lain s
gan keberadaan kita, sehingga fenomena kegaiban itu munculnya kalau tidak di Tintrim, Karang Pandan, Karang Nangka ya, Karang Legi. Iya, ka
k. Jadi, nanti fenomena gaib yang muncul akan semakin merata dan kamu akan lebih jauh eksp
ata Fadli, Salma itu seperti ibunya. Kebanyakan akan ber
elewati air mata dulu. Agak sedikit membuat
, sebelum Fiki mengatakan bahwa dia akan berekspedisi, wajah Salma seakan sudah tahu kalau Fiki pasti akan meminta izin tentang ekspedisi. Salma ak
inya kalau berekspedisi. Dan Nurul Islam punya tanggung jawab sebagai pemimpin pesantren sehingga jara
slam. Dia sengaja memandang Fiki dengan provokatif dan akhirnya Nurul Islam tertawa terbahak. Fiki diam saja, dia tah
pedisi adalah hak mutlaknya, jadi menurut Iqbal, istrinya tidak berhak me
tadz melaksanakan kewajiban ustadz sebagai suami dan bapak!' dan saya tanya kewajiban sebagai suami yang mana yang belum saya tunaikan, dan Naimah malah menangis. Dia bilang semua kewajiban saya sebagai suami sudah saya tunaikan dan dia tidak bisa menghalangi saya untuk berekspedisi ...." Iqbal berhenti sejena
i tentu saja pasangan yang mereka hadapi berbeda-beda dan membutuhkan penanganan
tkan Fiki yang sedang melamun sambil membaca
gkah, tiba-tiba Kalila bangkit, nyaris seperti melayang, dia menghalangi lang
t Kalila tidak bisa bicara, padahal sejak tadi Kalila bisa diajak bicara. Fiki memejamkan matanya dan be
tanya Nurul Islam. Fiki men
sa bicara karena jin itu, Rul. Kita ruqya
adiknya mendekati Fiki. Kalila mengg
dan tidak bisa memahami apa yang kamu katakan. Bicaralah yang benar!" se
Kalila terduduk lemas, Fiki batuk
ah itu dan meminumkan air itu secara paksa kepada Kalila. Kalila terbatuk dan memberontak liar. Nurul Isla
baringkannya di atas bednya lagi. Beberapa petugas cleaning service membersihkan kamar Kalila. Nurul Islam membe
ut dan khawatir Fiki tidak bisa mendenga
sa mendeng
menga
uara Mbak Kalila. Benar, kan, saya ber
menga
saya bisa sampai ke Karang Legi, Ust
ahulu, mungkin kakak saya yang akan bercerita, karena dia yang ikut menemukan Mbak Kalila," jawab Fik
z Nurul Islam," kata Nurul Iman menunjuk kepada pria yan
ia mengira Mbak Kalila akan bunuh diri, dan Mbak Kalila langsung jatuh dari tebing itu dan langsung tepat tenggelam di sungai Asem Legi. Kami langsung membantu mengevakuas
ngguk. Dia b
nya masih makan di Resto GM, dan tiba-tiba saja saya sekarang
rasa sa
k Kalila coba cerita," bisik Fiki. Kalila mengangguk pelan. Dia ber
lampunya menyala kemerahan. Saya kira itu lampu darurat, kemudian saya berniat keluar dari kamar mandi ... lalu ... lalu ... saya melihat mahluk itu, Ust! Mahluk berwarna merah seperti ... seperti setan merah yan
i lagi, Kalila mengangguk, "lalu
an, Ust, dan pintu keranda itu dibuka dan sepertinya saya dibius dan ketika saya sadar saya sudah memakai baju pengantin adat Jawa," cerita
ara takjub dan heran, juga sedikit was
di Karang Pandan, Mbak?" ta
sekali," jawab Kalila, "saya bel
ikir. Dia
pulang ke Karang Pandan, jangan khawatir, ya, Mbak," kata
ungi pria-pria berambut panjang itu
m dan Fiki dengan agak kebi
ntar lagi kita akan segera ke Karang
*