nghela naf
Kok dari tadi batuu terus!" Gerutu Lintang berusaha mengendalik
leh jalan yang rusak. Di sebelah utara ada jalan berlubang-lubang menuju ke dusun Kayu Gintung, di sebelah timur ada jala
paling parah. Dan anehnya, Lintang memilih jalan itu
melompat sebelum motornya jatuh, jadi lukanya tidak terlalu pa
orang sama sekali. Aduh! Padahal dia harus ke Polindes jam sepuluh, sekarang
jatu
menoleh. Dilihatnya seorang lelaki memakai celana pend
kan motor Lintang. Beberapa orang dari rumah di pinggir ja
a yang jatuh
li mbaknya kayaknya ta
memegangi pergelangan ta
orang ibu, yang sepertinya pemilik rumah itu. Lintang menurut, sepe
ruh mandi dan berganti baj
yang baik hati itu, "San, ini lo, mbaknua ditemani makan, kasian se
nunggu Lintang, karena si ibu memint
idan yang
ntu bu Indah Restu mendata dan membantu melayani pasien di polind
jalan masuk desa yang sulit. Jalan kaki saja sulit, apalagi naik motor. A
adi memang luar biasa mengerikannya, apalagi sep
a, mbak?" Tanya
menggerak-gerakkan perg
akit, mas. Mungkin tadi kaget
saya namanya Suwagino, biasanya saya dipanggil Bu Gino. Nah, yang mbantu mbak tadi nama
. Salam kenal," m
dengan lelaki bernama Sandi ta
ng sini, sudah biasa lewat jalan ini. Biar cepa
ah diterima dengan baik," ka
ruh orang saja ke sini, insya Allah kami bantu," kata bu Gino tulus
eru Sandi ketika
l berteriak juga, karena Sandi
Dawung, mbak! Punya peternakan s
ia sedang menca
ka menolong mbak!"
cukup kencang. Sandi masih berbicara banyak hal, Lintang hanya mendengar
itu lama sekali, hingga akhirnya mereka
upanya Sandi tahu Lintan
mbak! Selamat datang di
ng te
Lintang melongokkan kepalanya. Tidak buruk juga, nampaknya Kayu Dawung desa di pegu
andi, kemudian memarkir moto
era turun dari motor. Dia menelan
senyum lebar di wajahnya itu sepertinya pak Kades. Dia menyambut Lintang dengan suka cita, seakan-akan ingin memeluk Lintang. Di bel
, "Katanya kamu jatuh, ndhuk?" Tanya
g terp
at tersebar. Tadi bu Gino sudah nelfo
ngsung menya
datang di Kayu Dawung!" Kata pak Kade
but Lintang, Lintang jadi meras
ulu. Nge-teh dulu," kata seorang w
sudah kenyang. Saya mau ngarit (cari rumput) lagi," jawab Sandi
n Lintang, pak Kades m
mbil motor di rumah ibunya di belakang sini, tenang saja!" Kata pak Kades,
*
sa, jadi lumayan ramai. Lagipula, pak Priyatno, pak Kades, dengan baik hati menye
s atau enam belas tahun. Dia pintar memasak dan lumayan lincah dalam b
to
un. Apa benar a
to
egera memakai jilbabnya. Ternya
em, terdengar gumaman menjawab. Terdenga
a sang tamu, bertepatan d
dicari mas Dimas!" Kata Sarinem da
inya dia pernah melihat pria ini,
segera duduk di hadapan tamu y
Lintang. Katanya tadi jatuh, ya mbak?" Kata Dimas. Mendengar itu tiba-tiba Lintang ingat sesuatu, dia pernah melihat
l Dimas keras, membuat Linta
t kampus, kan?" Lintang malah balik bertanya. Dimas terk
. Kok mbak
a mas, malah jadi ngelantur. Soalnya tadi kayak pernah lih
ga tersenyum, lumayan juga jadi orang terkenal,
ana, mbak?" Ta
situ," jawab Lintang merasa bersalah. Sebenarnya dia juga tidak ingin segera
, kita ke sana! Biar saya nggak salah motor!"
tuk parkir kendaraan. Nggak papa, kok kita amb
tersip
ng banyak kendaraan yang dititip di sini. Lintang jadi ing
yang man
tih hita
ng
lihat berkeliling. Motor yang titipkan lumayan banyak juga, Linta sudah
serius. Ini, ada kantung plastik yang ketinggalan di motornya mbak. Takutny
anan? Kayaknya dia tadi hanya bawa tas isi baju
saya saja," kata Dimas, "Ini nomor saya, mbak," kata D
g langsung membaringkan dirinya
*
i daun kering?" Tanya Sarinem
a m
membawa sekantung plastik isi daun ke
Mungkin mbak Lintang bawa wak
a Dimas mungkin isinya makanan. T
Sarinem lagi, Lintang menganggu
*
berteria
banyak yang rajin ibadah!" Dia mengg
tumbalnya ga
*
sibuk sekali melayani para pasien yang datang ke Polindes. Mereka antusias ingin bertemu Lintang sang bidan muda nan cantik, t
nya, tapi dia melayani mereka semua dengan suka cita dan sempurna. Tidak terlalu dipikir
iap-siap menutup Polindes ketika beberapa
n tolong, bu!" Ter
dia berlari keluar Polindes sa
rkan, bu. Di jalan d
Ayo Lintang, bawa
ka tidak menggunakan sepeda motor, sepe
sudah terlihat orang yang berkerumun. Merek
depan rumah pak Haji yang besar. Di belakangnya ada seora
, sayang," bisik lelaki ten
meriksa wan
nnya, kita gotong ke
encengkeram baju sang lelaki. Nampaknya wa
aya menelan ludah, d
" kata bu Haji, dia sepertinya tidak tega, k
sama membawa wanita bernama Asri itu ke rumah pak Haj
tang mempersiapkan kelahiran sang wanita. Para lelaki menu
dah dan mbak Lintang mbaknya bisa melahirka
lelaki itu, menut
pak? Kayaknya bukan
Tintrim. Istri saya y
pandangan
a tadi istr
enganggukkan
ak istrinya? Dari
ya pak Abdullah juragan k
f, ya, pak, tadi saya kira anaknya,"
saya Nuruddin, biasa dipanggil pa
yambut uluran t
dipanggil pak RT walaupun s
*