i adalah pria yang pernah membuatnya trauma di masa lalu. Rasanya menyakitkan melihat pria itu, ditambah lagi dengan Devan yang memilih men
ta bisa
belanjaannya, Andi sudah menghadang langkahnya. Berusaha sekuat tenaga Yasnina memutar tubuhny
rhak sebagai ka
nina. "Saya tahu kamu pasti marah saat Devan menikahi adik saya, tapi sebagai wanita kamu harus sadar kalau sekarang Devan sudah beristri. J
a Andi sangat menjijikan didengar telinganya, hanya saja untuk saat ini menjadi lemah adalah bukan p
karena berhadapan denga
usah s
ang enggak akan berubah dengan cepa
n memegang sebotol air mineral. Arlan datang menghampiri Yasnina, dia melihat apa yang terjadi di dalam lewa
katanya yang berdi
an Arlan menatap Andi penuh curiga. "Kayaknya saya pernah lihat Anda, em... ah
imana mungkin pemuda itu mengetahui dirinya ad
lakukan pada Yasnina. Berbisik di sisi wajahnya dengan sangat dekat. "Andi Januar Fuadi pelanggan VVIP Vodsma Club." lalu Arlan
an Andi yang mematung di tempatnya. Sialan! Bocah dengan seragam SMA itu tahu rahasianya
mong apa
nggak usah takut lagi,
ditinggal ibu kandungnya karena terluka oleh ayah mereka. Arlan tak pernah m
*
baikan makan siang yang dibuat istrinya. Saat di restoran belum sempat pula dia makan siang, sebab sudah hancur selera makannya. Waktu suda
at keningnya yan
a. Perusahaan kita ini perlu banyak-banyak menerima project dari perusahaan besar la
gue geber, lo
i, lalu melihat pada
m yang kerjain. Biar lo tenang perginya," Yudi menepuk-nepuk pun
ah lima." Devan tak senang rupanya
besok lembur ngerjain project baru k
dah waktunya pulang. Devan membiarkan Yudi, dan Sinta pulang. Sedangkan dia masih duduk di kursinya, layar komputernya masih me
aran kerja baru di layar komputernya berencana untuk lembur hari ini. Devan bahkan mengabai
erjaannya. Namun Devan masih kembali bekerja. Lampu ruangan masih terang menyala. Suara-suara keyboard computer menjadi terdengar nyaring seolah beradu deng
ia
ina yang lebih sering mengganggu pikirannya. Sekali lagi Devan menghela nafas, lebih berat dari sebelumnya. Sadar bahwa pekerjaan
an sudah tidak ada karyawan di ruangan ters
mau pula
udah saya
ngkan Devan berjalan dengan lelah menuju tempat mobilnya terparkir. Bergegas masuk dan menjalankan mobilnya segera. Rasa tubuhnya sudah l
van melihat Yasnina sedang berdiri di depan gerobak sate, sedang memesan. Mata Devan mengikuti pergerakan Yasnina yang kemudian d
uat apa?" tanyanya pada diri sendir
asnina. "Mas sate ayamnya dua puluh tusuk. Ja
en. Dit
ta itu terkekeh geli. Dia bangkit dan mendek
kia." bal
. Apa jangan-jangan emang dasarny
memberikan pesanan Yasnina lebih dahulu, kemudian pesanan Devan. Sebelum pergi Devan berkata pada